Inilah Fakta Seputar Kanker Tenggorokan
Halodoc, Jakarta - Kanker tenggorokan adalah salah satu kanker yang cukup bahaya. Pasalnya cukup banyak area di dalam tenggorokan yang bisa mengalami kondisi ini. Termasuk di antaranya adalah nasofaring (area tenggorokan di belakang hidung); orofaring (bagian tengah tenggorokan); hipofaring (bagian bawah tenggorokan; rongga mulut tempat lidah duduk); dan laring (area tenggorokan digunakan untuk berbicara). Orang yang mengidap penyakit ini mengalami kondisi yang cukup menyakitkan dan kompleks. Mayoritas pasien yang bisa bertahan hidup berkisar 65 hingga 80 persen dari total keseluruhan kasus.
Kanker tenggorokan adalah kasus yang jarang terjadi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Banyak jenis kanker tenggorokan yang bermula dari karsinoma sel skuamosa. Ini terjadi pada sel skuamosa yang melapisi tenggorokan. Kondisi ini terdaftar oleh American Cancer Society (ACS) sebagai kanker kulit, tetapi kanker ini berisiko berkembang menjadi kanker tenggorokan ketika mempengaruhi kulit di sekitar tenggorokan.
Dalam melakukan pengobatan, maka diperlukan pendekatan multidisiplin, dengan tim perawatan suportif termasuk ahli gizi, ahli patologi bahasa bicara, ahli pengobatan oral, pekerja sosial, psikiater, spesialis manajemen nyeri, dan lainnya. Nah, berikut ini beberapa fakta penting tentang kanker tenggorokan yang wajib diketahui!
Baca Juga: Waspada, Ini Penyebab Kanker Tenggorokan
Faktor Risiko untuk Kanker Tenggorokan
Kebiasaan merokok tembakau, rokok pipa, atau cerutu, atau mengunyah tembakau, adalah hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker tenggorokan. Asupan alkohol berlebihan juga dikaitkan dengan kanker tenggorokan.
Kanker tenggorokan bisa terjadi akibat infeksi human papilloma virus (HPV). Penyakit ini umumnya mempengaruhi lebih banyak pria daripada wanita. Kanker tenggorokan juga dapat terjadi karena faktor genetik di dalam keluarga.
Diagnosis Kanker Tenggorokan
Gejala kanker tenggorokan adalah benjolan di leher, sakit tenggorokan yang menetap, batuk, sakit telinga, penurunan berat badan, atau kesulitan menelan atau makan.
Untuk mendiagnosisnya, tes yang umum untuk dilakukan adalah biopsi, di mana dokter melakukan endoskopi, memasukkan endoskopi tipis seperti tabung melalui hidung atau mulut untuk memeriksa area tenggorokan yang tidak dapat diakses melalui pemeriksaan fisik. Dokter dapat mengambil sampel jaringan atau kelenjar getah bening untuk diperiksa di bawah mikroskop untuk bukti kanker tenggorokan.
Dalam banyak kasus, CT scan, MRI, x-ray, PET scan, pemindaian tulang, atau barium swallow juga dapat digunakan.
Baca Juga: Sulit Menelan Makanan, Waspada Gejala Awal Kanker Esofagus
Cara Mengobati Kanker Tenggorokan
Perawatan untuk kanker tenggorokan tergantung pada stadium kanker dan kondisi keseluruhan pasien. Pendekatan multi-modalitas digunakan dengan kemoterapi, terapi radiasi, dan operasi. Urutan terapi tergantung pada lokasi dan stadium tumor.
Cara Terbaik untuk Mencegah Kanker Tenggorokan
Cara untuk mengurangi risiko terkena kanker tenggorokan, kamu wajib menghindari produk tembakau dan alkohol. Kamu disarankan melakukan pemeriksaan skrining setiap tahun oleh dokter atau dokter gigi dengan pemeriksaan oral lengkap, yang mencakup memeriksa jaringan lunak kepala dan leher serta bagian dalam mulut. Penting juga untuk mendapatkan vaksinasi terhadap HPV. Pusat Pengendalian Penyakit merekomendasikan anak perempuan dan perempuan muda untuk menerima vaksinasi idealnya pada usia 11-12, atau sebelum usia 26 tahun. Sementara untuk anak laki-laki dan remaja pria, rekomendasinya adalah usia 9-21.
Baca Juga: Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Kanker Tenggorokan
Itulah beberapa fakta mengenai kanker tenggorokan yang wajib kamu ketahui. Kalau kamu punya keluhan mirip gejala kanker tenggorokan, jangan ragu berbicara pada dokter ahli. Tanpa harus antre, sekarang kamu juga bisa langsung membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan melalui Halodoc. Yuk, segera download aplikasinya sekarang!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan