Inilah 5 Cara untuk Mendiagnosis Skleroderma
"Skleroderma adalah penyakit autoimun yang bisa didiagnosis dengan beberapa cara, seperti biopsi, cek darah, EKG, CT scan, hingga tes fungsi paru."
Halodoc, Jakarta - Skleroderma adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan penebalan dan pengerasan kulit, langkah diagnosis skleroderma diawali dengan pemeriksaan fisik. Namun, karena penyakit ini dapat menyerang beberapa bagian tubuh, pemeriksaan penunjang biasanya diperlukan guna memastikan diagnosis.
Diagnosis Skleroderma
Berikut beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk diagnosis skleroderma:
- Biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan kulit di laboratorium.
- Pemeriksaan darah untuk mengukur tingkat antibodi.
- EKG dan tes ekokardiogram untuk mengetahui gambaran kondisi jantung.
- CT scan untuk mengetahui gambaran kondisi paru-paru.
- Tes fungsi paru atau spirometri.
Perlu diketahui bahwa penebalan kulit pada skleroderma terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan ikat, sehingga kulit menjadi tebal dan keras. Namun, selain menyerang jaringan ikat kulit, skleroderma juga dapat terjadi pada organ dalam tubuh, seperti timbulnya jaringan parut pada paru-paru atau ginjal, serta pengerasan pembuluh darah yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan tekanan darah tinggi.
Jika kamu mengalami penebalan kulit, jangan ragu untuk bertanya langsung dengan dokter menggunakan Halodoc supaya penanganan bisa dilakukan sesegera mungkin. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga.
Gejala Skleroderma Bervariasi
Meski gejala utamanya adalah penebalan kulit, skleroderma ternyata memiliki gejala lainnya yang cukup bervariasi. Ada yang sifatnya terlokalisasi di bagian kulit tertentu (localised scleroderma), ada yang bersifat sistemik dan menyerang kulit, organ dalam, maupun sirkulasi darah (systemic sclerosis). Berikut akan dijelaskan satu persatu.
1. Localized Scleroderma
Localized scleroderma kebanyakan terjadi pada anak-anak, meski tidak menutup kemungkinan untuk terjadi juga pada orang dalam segala usia. Pada localized scleroderma, terdapat dua macam bentuk bercak keras di kulit, salah satunya berbentuk oval (morphoea).
Bercak oval ini diawali dengan warna merah atau ungu lalu bagian tengahnya menjadi putih, permukaannya tidak ditumbuhi bulu, terasa gatal, dan bisa muncul di bagian kulit mana pun. Setelah beberapa tahun, biasanya kondisi ini dapat pulih dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Bentuk bercak localized scleroderma lainnya adalah lurus (linear). Bercak dapat berupa pengerasan kulit yang melintang pada kepala, lengan, tungkai, atau wajah. Kulit yang mengeras ini bisa berdampak pada otot atau tulang yang berada di bawah kulit. Jika diderita oleh anak-anak, localised scleroderma bercak lurus berisiko menyebabkan gangguan pertumbuhan.
2. Systemic Sclerosis
Pada skleroderma jenis ini, efek penyakit tidak hanya terlokalisasi di kulit, tetapi juga bisa menyerang sebagian organ dalam, seperti jantung, paru-paru, atau ginjal. Systemic sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita usia 30-50 tahun.
Jenis systemic sclerosis tipe ringan, atau disebut juga dengan limited cutaneous systemic sclerosis, biasanya diawali dengan fenomena Raynaud di mana ujung jari tangan atau kaki pucat bila terpapar suhu dingin. Penebalan pada kulit muncul perlahan dan menyebabkan gangguan pada kulit wajah, tangan, lengan, tungkai, kaki.
Gejala lain yang ditunjukkan kondisi ini adalah ruam merah pada kulit, benjolan yang keras di bawah kulit, rasa panas seperti terbakar di dada (heartburn), dan disfagia. Gejala cenderung memburuk seiring waktu meski dapat dikendalikan dengan pengobatan.
Jenis systemic sclerosis lainnya adalah diffuse systemic sclerosis yang ditandai dengan gangguan pada organ dalam dan perubahan kulit yang terjadi hampir di seluruh tubuh. Gejala lain dari kondisi ini berupa nyeri sendi, tubuh terasa lelah dan kaku pada sendi, serta penurunan berat badan.
Berbagai Komplikasi yang Mengintai
Skleroderma merupakan penyakit yang tidak boleh disepelekan. Sebab ternyata ada berbagai komplikasi serius yang dapat ditimbulkan, jika penyakit ini tidak ditangani. Komplikasi tersebut adalah:
- Luka pada kulit yang dapat mengakibatkan gangrene sehingga membutuhkan amputasi.
- Penurunan jumlah air liur dan gigi berlubang.
- Gastroesophageal reflux disease, konstipasi, atau diare.
- Hipertensi pulmonal dan fibrosis paru.
- Tekanan darah tinggi dan bocornya protein pada urine akibat turunnya fungsi penyaringan pada ginjal. Hal ini juga dapat mengakibatkan gagal ginjal.
- Perikarditis, gangguan irama jantung, dan gagal jantung.
- Disfungsi ereksi pada pria, dan vagina yang kering pada wanita.
Itulah sedikit penjelasan tentang skleroderma. Jangan lupa untuk selalu menjaga pola hidup dan pola makan sehat, agar tubuh tetap fit, ya. Jika kamu mengalami masalah kesehatan, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di aplikasi Halodoc. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.