Ini yang Dimaksud Cedera Tendon dan Cara Mengatasinya
“Atlet atau orang yang sering olahraga berisiko mengalami cedera tendon. Kamu bisa mengatasinya dengan terapi fisik atau operasi jika sudah parah.”
Halodoc, Jakarta – Cedera tendon atau tendinopathy adalah kondisi yang terjadi ketika ada kelebihan beban yang menyebabkan serat kecil tendon robek. Ketika otot atau persendian yang terkena tekanan berlebih, ini menyebabkan peradangan tendon.
Kondisi ini dapat mengurangi aliran darah dan dapat menyebabkan kompresi saraf. Ketika peradangan ringan ini muncul, maka kamu mengalami tendonitis. Sementara itu, jika kondisi menyebabkan degenerasi tenon, maka kamu mengalami tendinosis.
Jenis-Jenis Cedera Tendon
Kondisi ini sering terjadi dalam olahraga. Lokasi cedera akan tergantung pada olahraga.
Beberapa cedera tendon yang umum meliputi:
- Cedera Tendon Achilles: Terjadi di tumit, ini umum di kalangan atlet profesional.
- Cedera Tendon Patela: Terjadi di lutut, lebih sering terjadi pada wanita. Berolahraga penting untuk menghindari ketidaknyamanan.
- Cedera Tendon Supraspinatus: Terjadi di bahu, karena merupakan area yang rapuh, dan pemulihan cenderung memakan waktu lebih lama. Ini biasanya tendon yang mengalami cedera rotator cuff.
- Cedera Tendon Epikondilus Lateral: Terjadi di siku, paling umum dokter menyebutnya dengan siku tenis. Kondisi ini akan muncuk di antara pemain tenis, tetapi bisa juga terjadi di profesi lain.
Apa Saja Gejalanya?
Beberapa gejala cedera yang dapat muncul adalah:
- Sensasi panas dan terbakar.
- Kesulitan menggerakkan sendi.
- Merasakan sensasi berderak atau kisi-kisi saat menggerakkan persendian.
- Kelemahan otot dan kehilangan kekuatan.
- Kulit merah dan hangat di area yang nyeri. Ini kadang mengindikasikan adanya infeksi. Jika mengalami gejala ini, sebaiknya segera hubungi dokter.
- Kekakuan.
- Pembengkakan.
Mungkin bermanfaat untuk membuat daftar gejala dan membuat jurnal untuk melacaknya. Dokter mungkin memerlukan rincian mengenai berapa lama kamu mengalami gejala dan tingkat keparahan cedera yang muncul. Ini dapat membantu dalam membuat diagnosis yang akurat.
Pilihan Perawatan yang Tersedia
Dokter biasanya akan mencoba perawatan konservatif terlebih dahulu untuk mengobati cedera jenis ini. Banyak orang menemukan bahwa mereka mendapatkan hasil yang sangat baik dan tidak lagi mengalami rasa sakit dengan melakukan perawatan non-bedah, seperti:
- Modifikasi aktivitas.
- Obat anti inflamasi.
- Injeksi kortikosteroid.
- Penguat kustom.
- Ortotik khusus (sisipan sepatu).
- Membekukan area.
- Terapi fisik.
Cedera ini biasanya dapat sembuh dengan menjalani berbagai perawatan tersebut. Kebanyakan orang sembuh tanpa operasi.
Perawatan Bedah, Penggunaan Gips, dan Terapi
Namun, pada beberapa kasus yang parah, atau ketika pendekatan non-bedah tidak efektif, ada beberapa cara lain yang bisa kamu lakukan, yaitu operasitTendon kaki. Tindakan ini mungkin perlu kamu jalani untuk memperbaiki robekan, kerusakan, dan cedera yang parah.
Operasi perbaikan tendon melibatkan pembuatan sayatan kecil di area di atas tendon. Menggunakan alat bedah khusus, ahli bedah akan mengangkat jaringan yang rusak.
Tendon dapat diambil dari area lain di tubuh, lalu dokter mencangkokkannya ke area yang rusak. Ini berfungsi untuk memperkuat dan memperbaiki tendon yang lemah.
Dalam beberapa kasus, transfer tendon mungkin perlu. Transfer tendon melibatkan pengangkatan tendon dari area tubuh lain atau dari donor untuk menggantikan tendon yang rusak akibat cedera.
Setelah operasi, kamu biasanya perlu memakai gips atau sepatu bot untuk membantu melindungi tendon yang baru perbaikan. Terapi fisik adalah bagian penting dari pemulihan cedera.
Terapis fisik biasanya akan membuat rencana pemulihan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pengidap, tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Proses pemulihan berbeda untuk setiap orang, berlangsung dari beberapa minggu hingga bulan.
Itulah pembahasan mengenai cedera tendon, gejala, hingga cara penanganannya. Jika kamu atau orang terdekat mengalaminya, download Halodoc saja untuk membuat janji pemeriksaan dengan Dokter Spesialis Olahraga.