Ini Risiko Kesehatan Mental yang Dialami oleh Korban Kekerasan Seksual
Halodoc, Jakarta – Selain trauma dari pelecehan dan penyerangan itu sendiri, ternyata para korban kekerasan seksual berisiko lebih besar terkena masalah kesehatan yang serius, termasuk depresi, PTSD, tekanan darah tinggi, kecemasan, penyakit ginjal, aneurisma, diabetes, dan banyak penyakit serius lainnya.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association (JAMA), pada Oktober 2018. Dibandingkan dengan peserta yang tidak memiliki riwayat pelecehan seksual, mereka yang memiliki riwayat pelecehan mengidap tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dan kemungkinan hipertensi tahap 1 atau 2 yang lebih tinggi. Sekitar 60 persen orang yang mengalami kekerasan seksual memiliki masalah tidur, dan 95 persen menunjukkan gejala depresi dan kecemasan klinis.
Baca juga: 6 Trauma Akibat Kekerasan Seksual
Donna Arnett, PhD, seorang ahli epidemiologi dari University of Alabama, mengatakan pelecehan seksual juga terkait dengan faktor-faktor risiko kardiovaskular salah satunya peningkatan tekanan darah. Situasi ini paling sering dan rentan terjadi pada perempuan yang mengalami pelecehan seksual pada masa kanak-kanak.
Lebih lanjut dijelaskan bahwasanya pelecehan seksual kerap dicatat sebagai penyebab trauma yang berkaitan pada kesehatan psikologis saja. Padahal, kesehatan mental juga bisa berdampak pada kondisi tubuh. Tubuh yang kewalahan menerima tekanan psikis akan memberikan reaksi secara fisik, seperti tekanan darah tinggi, insomnia, migrain, dan bahkan gangguan makan yang bisa menyebabkan masalah pada pencernaan.
Baca juga: 5 Hal Ini Masuk Kategori Pelecahan Seksual, Apa Alasannya?
Memahami bagaimana kekerasan seksual dan pelecehan dapat mempengaruhi tubuh secara fisik sangat penting untuk mengembalikan kualitas hidup. Untuk lebih memahami bagaimana pengaruh pengalaman kekerasan seksual terhadap psikis dan mental seseorang berikut adalah gejala ataupun tanda-tandanya.
Pada Anak-Anak
1. Keterlambatan perkembangan diri
2. Kecemasan dan ketakutan berlebihan
3. Ketidakpercayaan terhadap orang lain
4. Peningkatan amarah dan agresif ketika berada pada lingkungan sebaya
5. Mengisolasikan diri
6. Tingkat percaya diri yang rendah.
Baca juga: Friends with Benefits? Bisakah Pertemanan Tetap Langgeng?
Pada Remaja
-
Gejala depresi
-
Kecemasan, ketakutan, dan ketidakpercayaan terhadap orang lain, sehingga berujung pada konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang
-
Perilaku menyakiti diri
-
Tidak percaya diri
-
Mencoba melakukan upaya bunuh diri
-
Mengalami gangguan makan (anoreksia maupun bulimia)
-
Hubungan yang tegang dengan keluarga
-
Kurangnya komitmen emosional dalam hubungan yang serius
-
Mengalami masalah perilaku
Sedangkan gejala untuk orang dewasa bisa sangat kompleks, tergantung sudah berapa lama ia mengalami pengalaman traumatis tersebut. Adakah penanganan awal atau dia “menyembuhkan” dirinya sendiri, termasuk melakukan penyangkalan atas tragedi yang terjadi.
Beberapa gejalanya adalah menjalani gaya hidup berisiko, disabilitas pekerjaan, mengalami penyakit kronis, gangguan panik, kegelisahan berlebihan, kurang percaya terhadap orang lain, memiliki masalah komitmen, sering mengalami konflik internal dengan keluarga ataupun orang-orang terdekatnya. Sedangkan sebagai orangtua yang mengalami kekerasan seksual, akan sangat permisif dan tidak bisa mengendalikan emosinya saat bersama anak, termasuk gampang stres.
Mengalami kekerasan seksual bukanlah hal yang bisa diselesaikan dalam sekali pertemuan, karena butuh diskusi ataupun konseling yang bertahap dan intens, serta dampingan dari keluarga ataupun orang terdekat.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai dampak kekerasan seksual terhadap kesehatan mental dan fisik, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.