Ini Prosedur Diagnosis Fistula Trakea Esofagus

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   18 Juni 2020
Ini Prosedur Diagnosis Fistula Trakea EsofagusIni Prosedur Diagnosis Fistula Trakea Esofagus

Halodoc, Jakarta – Fistula trakea esofagus (TFE) bisa didiagnosis sejak awal, yaitu saat bayi baru lahir. Ada pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini. Sebelumnya perlu diketahui, TFE merupakan kelainan yang terjadi karena ada pertumbuhan jaringan abnormal yang menyambungkan esofagus (kerongkongan, yaitu pipa penghubung leher ke perut) dengan trakea (tenggorokan, yaitu pipa penghubung leher dan paru). 

Dalam kondisi normal, kedua pipa ini berada terpisah satu sama lain tanpa ada sambungan. Fistula trakea esofagus merupakan kondisi cacat lahir yang biasanya muncul bersama dengan bentuk cacat lahir lainnya. Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab gangguan ini bisa muncul. Namun, dokter biasanya akan melakukan prosedur diagnosis segera jika bayi baru lahir menunjukkan gejala penyakit ini.

Baca juga: Ini yang Dimaksud dengan Fistula Trakea Esofagus

Pemeriksaan untuk Diagnosis TFE pada Bayi

TFE adalah salah satu jenis cacat lahir. Saat bayi yang lahir dengan kondisi ini minum ASI, cairan bisa masuk ke jalur penghubung tersebut dan berdampak parah. Air susu bisa masuk ke dalam paru-paru yang menyebabkan pneumonia atau gangguan pernapasan lain. Penyakit ini bisa didiagnosis segera setelah bayi lahir.

Untuk mendiagnosis fistula trakea esofagus, prosedur yang dilakukan adalah dengan memasukkan sebuah selang khusus dari mulut, hingga ke dalam perut bayi (endoskopi). Melalui kateter radiopaque, jenis dan lokasi fistula dapat diketahui dari gambar kerongkongan yang diambil. Nantinya, alat tersebut akan mengambil gambaran yang menunjukkan penumpukan gas di usus. Endoskopi tidak dapat mendeteksi ukuran fistula yang kecil.

Prosedur diagnosis biasanya akan diambil jika bayi menunjukkan gejala penyakit ini. TFE pada bayi ditandai dengan gejala berupa batuk parah, tersedak saat menerima asupan ASI atau makanan, sianosis, muntah, sekresi lisan tebal, dan distress pernapasan. Kondisi ini sama sekali tidak boleh diabaikan begitu saja karena bisa menimbulkan komplikasi.  

Fistula trakea esofagus pada bayi bisa memicu berbagai komplikasi, mulai dari nutrisi buruk, gangguan pernapasan akut, abses paru, bronkiektasis dari aspirasi berulang, kegagalan pernapasan, hingga kematian. Kelainan ini ditangani dengan melakukan pembedahan yang bertujuan untuk memisahkan saluran yang menyatu akibat fistula trakea esofagus. 

Baca juga: Gejala Fistula Trakea Esofagus pada Bayi

Pembedahan harus dilakukan untuk mengatasi kondisi ini. Sebab, harapan hidup pada bayi yang terlahir dengan kondisi ini menjadi sangat kecil jika fistula trakea esofagus tidak segera ditangani dengan bedah. Trakea dan esofagus perlu segera dipisahkan agar menyerupai kondisi normal. Setelah operasi dilakukan pun, bentuk dari esofagus yang sudah terpisah dari esofagus tetap harus diperbaiki. 

Sayangnya, terkadang operasi tidak bisa segera dilakukan. Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan, seperti bayi terlahir prematur, memiliki kondisi cacat lahir lain, atau mengalami komplikasi pneumonia aspirasi. Bayi yang memiliki cacat fistula trakea esofagus rentan mengalami pneumonia. Selalu bicarakan pada dokter terkait gejala yang muncul dan kemungkinan cacat lahir yang dialami setelah bayi lahir. Sehingga langkah diagnosis bisa segera dilakukan. 

Baca juga: Awas, Komplikasi yang Diakibatkan Fistula Trakea Esofagus

Cari tahu lebih lanjut seputar fistula trakea esofagus dengan bertanya pada dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Referensi:
NCBI. Diakses pada 2020. The treatment strategy for tracheoesophageal fistula.
Medscape. Diakses pada 2020. Tracheoesophageal Fistula: Background, Pathophysiology, Etiology.