Ini Perbedaan COVID-19 dan SARS yang Perlu Diketahui
“COVID-19 dan SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menginfeksi saluran pernapasan. Perbedaan keduanya terletak pada gejala, tingkat keparahan, hingga cara penularannya.”
Halodoc, Jakarta – COVID-19 dan SARS disebabkan oleh kelompok atau keluarga virus yang sama, yaitu coronavirus. Keduanya merupakan penyakit infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan dan bisa berakibat fatal.
COVID-19 adalah penyakit yang muncul di akhir 2019 dan telah menyebabkan banyak kematian di seluruh dunia. Sementara SARS muncul pada 2002.
COVID-19 dan SARS muncul di negara yang sama, yaitu China. Keuda penyakit ini memiliki perbedaan mendasar terkait dengan gejala, tingkat keparahan, penularan, genom, dan proses pengikatan virusnya.
Perbedaan antara COVID-19 dan SARS
Meski sama-sama menyerang saluran pernapasan, COVID-19 dan SARS memiliki perbedaan dari segi:
1. Gejala yang muncul pada pengidap
Adapun gejala yang dialami pengidap COVID-19, yaitu:
- Demam tinggi, lebih dari 38 derajat Celsius.
- Pilek dan hidung tersumbat.
- Batuk kering, tanpa lendir dan dahak.
- Sakit tenggorokan dan susah menelan.
- Rasa lelah berlebihan.
- Suara serak, parau, dan tidak nyaman di tenggorokan.
- Sakit kepala berupa sensasi berdenyut.
- Mialgia atau nyeri otot.
Sementara pengidap SARS memiliki gejala yang lebih bervariasi, seperti:
- Demam tinggi, lebih dari 38 derajat Celsius.
- Menggigil.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot.
- Mencret atau diare.
- Mual dan muntah.
- Mudah merasa lelah.
- Penurunan nafsu makan.
Pada kondisi kronis seperti diabetes melitus atau gagal ginjal, gejala demam biasanya tidak terjadi di awal kemunculan penyakit. Namun, setelah virus menyebar ke paru-paru dan saluran pernapasan, mereka mengalami gejala berupa:
- Batuk kering.
- Sesak napas atau kesulitan untuk bernapas.
- Penurunan kadar oksigen dalam darah.
2. Tingkat keparahan penyakit
Terdapat 20 persen pengidap COVID-19 yang melakukan rawat inap dan membutuhkan alat bantu pernapasan, seperti ventilator. Alasannya, yakni penyakit berkembang menjadi lebih serius, seperti pneumonia.
Namun, kondisi pada pengidap SARS bisa dibilang jauh lebih parah ketimbang COVID-19. Jumlahnya berkisar 20 hingga 30 persen pengidap yang membutuhkan ventilator selama proses perawatan berlangsung.
3. Proses penularan virus
COVID-19 memiliki jumlah kasus yang lebih tinggi ketimbang SARS. Alasannya, virus lebih mudah menginfeksi, karena terdapat pada hidung dan tenggorokan pengidapnya. Di fase ini, virus sudah bisa menyebar ke orang lain, bahkan sebelum gejala muncul.
Sementara pada pengidap SARS, jumlah virus akan terus meningkat ketika sudah masuk dan tinggi di dalam tubuh dalam beberapa hari. Berbeda dengan COVID-19, pengidap SARS tidak dapat menularkan virus sebelum gejala muncul.
4. Genom atau informasi genetik
Penelitian yang tertuang dalam judul Genomic characterisation and epidemiology of 2019 novel coronavirus: implications for virus origins and receptor binding mengungkapkan informasi genetik lengkap (genom) SARS-CoV-2. Ini adalah virus yang menjadi penyebab COVID-19.
Studi menemukan bahwa COVID-19 memiliki kesamaan genetik dengan virus SARS. Kisarannya sebesar 79 persen. Ketika virus memasuki sel, mereka akan berinteraksi dengan reseptor, yakni protein di permukaan sel. Selanjutnya, virus akan menyebar lewat terseptop tersebut.
5. Proses pengikatan virus
Baik COVID-19 maupun SARS, keduanya memakai reseptor sel inang yang sama. Namun, COVID-19 memiliki keterkaitan lebih tinggi dengan reseptor sel inang ketimbang SARS.
Sederhananya, COVID-19 memiliki afinitas lebih tinggi bagi reseptor sel inangnya. Kondisi ini juga yang menjadi alasan mengapa COVID-19 lebih mudah menyebar ketimbang SARS.
COVID-19 dan SARS merupakan penyakit yang berpotensi membahayakan pengidapnya. Kematian bisa saja terjadi jika mereka mengalami perburukan gejala dan tidak mendapatkan penanganan yang dibutuhkan.
Jika mengalaminya, segera konsultasi dengan dokter untuk melakukan langkah perawatan. Dapatkan juga informasi lain seputar kesehatan, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya dengan download Halodoc sekarang juga.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2023. COVID-19 vs. SARS: How Do They Differ?
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2023. Symptoms of COVID-19.
World Health Organization (WHO). Diakses pada 2023. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
The Lancet Journal. Diakses pada 2023. Genomic characterisation and epidemiology of 2019 novel coronavirus: implications for virus origins and receptor binding.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan