Ini Penyebab Hipotiroidisme yang Perlu Diketahui dan Diwaspadai
"Ada sejumlah penyebab yang bisa memicu terjadinya hipotiroidisme. Mulai dari penyakit yang memengaruhi kelenjar tiroid, penggunaan obat-obatan tertentu, defisiensi yodium, efek radioterapi, hingga usia."
DAFTAR ISI
Halodoc, Jakarta – Hipotiroidisme adalah kondisi medis yang membuat kelenjar tiroid kurang aktif, sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid yang cukup. Padahal, hormon ini sangat penting untuk proses metabolisme tubuh.
Alhasil, tiroid yang kurang aktif bisa memperlambat metabolisme. Dampaknya, tubuh menjadi mudah lelah, mudah kedinginan dan perubahan berat badan.
Lantas, apa saja faktor atau penyebab yang bisa memicu terjadinya hipotiroidisme?
Penyebab Hipotiroidisme yang Perlu Diketahui
Ada beberapa penyebab hipotiroidisme yang perlu diwaspadai, antara lain:
1. Tiroiditis
Peradangan pada kelenjar tiroid alias tiroiditis merupakan penyebab yang paling umum. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri atau masalah autoimun.
Pada kasus autoimun, sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid sehat dan merusak jaringan tiroid. Proses peradangan ini kemudian mengganggu kelenjar tiroid dalam menyerap yodium dalam darah, yang sebenarnya akan diubah menjadi hormon.
Akibatnya, produksi hormon tiroid menurun dan metabolisme tubuh menjadi melambat.
2. Penyakit Hashimoto
Hashimoto’s thyroiditis adalah masalah autoimun yang menyerang kelenjar tiroid. Dalam kasus ini, antibodi justru menyerang dan merusak kelenjar tiroid yang sehat.
Seiring waktu, kelenjar tiroid menjadi kurang efisien dalam memproduksi hormon tiroid. Akibatnya, proses metabolisme tubuh menjadi terganggu dan timbul gejala-gejala hipotiroidisme.
3. Radioterapi
Seseorang yang pernah menjalani radioterapi atau pengangkatan kelenjar tiroid bisa mengganggu organ ini. Sebab, tindakan tersebut bisa mengurangi produksi hormon tiroid secara drastis atau bahkan hilang sama sekali.
Radioterapi pada kelenjar tiroid dapat merusak sel-sel tiroid, serta mengganggu kemampuan kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon. Kerusakan pada kelenjar tiroid biasanya terjadi secara bertahap setelah tindakan.
Dalam beberapa tahun setelah radioterapi, pasien mungkin mulai mengalami hipotiroidisme.
Meskipun radioterapi adalah metode yang efektif untuk mengobati berbagai jenis kanker, penurunan fungsi kelenjar tiroid termasuk efek sampingnya.
4. Penggunaan obat-obatan tertentu
Beberapa obat-obatan seperti litium dan amiodarone, bisa memengaruhi produksi atau penggunaan hormon tiroid dalam tubuh. Dampaknya bisa memicu ketidakseimbangan hormon tiroid dan berpotensi mengakibatkan hipotiroidisme.
5. Defisiensi yodium
Yodium merupakan bahan utama dalam produksi hormon tiroid. Seseorang yang kekurangan yodium bisa menghambat kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon ini.
Defisiensi yodium umumnya rentan terjadi pada wilayah yang memiliki pasokan yodium rendah dalam makanan dan air minumnya.
6. Kondisi medis lainnya
Kondisi medis, seperti sindrom Turner, sindrom Down, dan sindrom resistensi hormon tiroid, dapat meningkatkan risiko hipotiroidisme. Perubahan genetik tersebut bisa menghasilkan struktur kelenjar tiroid yang abnormal.
Sindrom resistensi hormon tiroid misalnya, kelainan genetik langka ini mengganggu respons sel-sel tubuh terhadap hormon tiroid.
Meskipun kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid dengan baik, tubuh tetap tidak bisa meresponsnya dengan benar. Akibatnya, meskipun kadar hormon tiroid dalam darah mungkin normal, tubuh tidak dapat menggunakan hormon tersebut secara efektif, sehingga timbul gejala hipotiroidisme.
Lantas, Adakah Pencegahan Hipotiroid yang Dapat Dilakukan?
7. Perubahan hormon selama kehamilan
Selama kehamilan, hormon wanita mengalami perubahan secara signifikan. Hal ini yang kemudian bisa memengaruhi fungsi tiroid.
Akibatnya, beberapa wanita bisa mengalami hipotiroidisme selama kehamilan. Itu sebabnya, ibu hamil membutuhkan pemantauan khusus terkait potensi ini.
8. Usia
Risiko hipotiroidisme semakin meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada wanita yang lebih tua. Pasalnya, kelenjar tiroid cenderung mengalami perubahan akibat proses penuaan.
Pada wanita, menopause adalah tahap perubahan hormonal yang signifikan yang biasanya terjadi di usia 40-an atau awal 50-an. Selama menopause, produksi hormon estrogen menurun.
Penurunan estrogen dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan hormon tiroid. Akibatnya, beberapa wanita menopause rentan mengalami hipotiroidisme.
Gejala Hipotiroidisme yang Perlu Diwaspadai
Gejala dari hipotiroidisme sebenarnya tergantung dari jumlah hormon yang dihasilkan. Biasanya gejala akan muncul secara perlahan, dalam hitungan tahun. Semakin bertambahnya usia, gejala yang muncul pun bisa semakin terlihat.
Berikut ini sejumlah gejala hipotiroidisme yang perlu diwaspadai, antara lain:
- Tubuh jadi mudah lelah.
- Lebih sensitif terhadap udara dingin.
- Mengalami sembelit. Kulit menjadi lebih kering.
- Penambahan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Mengalami kelemahan dan kekakuan otot.
- Mengalami siklus menstruasi yang lebih berat dari biasanya.
- Siklus menstruasi yang tidak teratur.
- Penurunan detak jantung.
- Mengalami masalah ingatan atau memori.
Itulah informasi terkait hipotiroidisme. Jika kamu memiliki pertanyaan lain tentang kondisi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc.
Download aplikasinya sekarang juga!