Ini Pengobatan Tepat untuk Mengatasi Genophobia
“Genophobia adalah ketakutan terhadap aktivitas seksual. Kondisi ini dapat diatasi dengan terapi perilaku kognitif yang dilakukan dengan mengubah cara pandang pengidapnya.”
Halodoc, Jakarta – Genophobia merupakan ketakutan akan hubungan intim. Pengidap kondisi ini akan menghindari semua perilaku atau tindakan yang menjurus pada aktivitas seksual.
Sama halnya dengan semua jenis fobia, genophobia disebabkan oleh trauma parah akibat pemerkosaan dan penganiayaan. Kejadian tersebut menimbulkan rasa tidak aman atau was-was akan aktivitas seksual.
Genophobia juga terjadi karena memiliki gangguan atau masalah dengan citra tubuh dan gangguan medis. Salah satu langkah mengatasinya yakni dengan melakukan terapi perilaku kognitif (CBT).
Langkah Pengobatan Genophobia
Prosedur pengobatan yang dilakukan disesuaikan berdasarkan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah vaginismus, cara mengatasinya yakni dengan latihan mengontrol otot panggul.
Caranya, dilakukan dengan mengencangkan dan melepaskan otot-otot vagina agar lebih elastis ketika melakukan hubungan seksual. Adapun langkah lainnya dengan pemanasan atau foreplay.
Namun, jika masalah genophobia bukan disebabkan oleh gangguan medis tertentu, pengobatannya bisa dilakukan dengan psikoterapi. Salah satunya yakni terapi perilaku kognitif (CBT).
CBT bertujuan untuk mengubah pola pikir dan respons pengidap terhadap situasi yang memicu munculnya rasa takut. Terapi juga dapat membantu memperbaiki cara menyikapi fobia yang dialami.
CBT dapat dilakukan dalam sesi personal dengan psikolog atau psikiater atau dilakukan secara berkelompok. Dalam sesi kelompok, prosesnya bisa dibantu oleh anggota keluarga atau seseorang dengan masalah psikologis serupa.
Kenali Faktor Pemicunya
Adapun beberapa kondisi yang meningkatkan risiko gangguan, yakni:
- Vaginismus. Kondisi ini terjadi ketika otot-otot vagina mengencang tanpa disengaja saat melakukan penetrasi.
- Disfungsi ereksi. Kondisi ini terjadi ketika pria kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksinya.
- Riwayat pelecehan seksual. Kondisi ini dapat memicu gangguan stres pasca trauma (PTSD) yang berdampak pada berubahnya cara pandang terhadap seks.
- Ketakutan yang belum tentu terjadi. Rasa khawatir berlebihan tidak mampu memuaskan pasangan di atas ranjang menjadi salah satu pemicunya.
- Malu dengan bentuk tubuh. Kondisi ini muncul karena pengidap menganggap bahwa bentuk tubuhnya tidak sempurna.
Kapan Harus ke Dokter?
Fobia merupakan gangguan yang bisa berdampak negatif pada kehidupan seseorang dan memengaruhinya secara signifikan. Genophobia, khususnya, kondisi ini dapat mengganggu hubungan romantis antarpasangan.
Kondisi ini juga berkontribusi pada perasaan terisolasi dan depresi. Jadi, segera periksakan diri saat mengalami gejalanya, seperti:
- Perasaan takut, cemas dan panik saat terpapar sumber fobia.
- Tidak mampu mengalihkan pikiran terhadap rasa takut yang dialami.
- Gejala tidak berangsur membaik meski tidak terpapar pemicu.
- Selalu menghindari situasi yang dapat menjadi pemicu gejala.
- Mual, pusing, kesulitan bernapas, jantung berdebar atau berkeringat dingin.
Tak hanya melakukan terapi saja, gejala berupa ketakutan berlebihan juga dapat diatasi dengan perubahan pola hidup menjadi lebih sehat. Di antaranya rajin berolahraga, mengonsumsi makanan sehat dan suplemen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Caranya, download Halodoc segera dan cek kebutuhan suplemen di Toko Kesehatan pada aplikasi tersebut, ya. Dapatkan juga informasi lain seputar kesehatan, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya lewat aplikasi Halodoc.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. Genophobia and How to Treat a Fear of Sex.
Very Well Mind. Diakses pada 2022. Genophobia or the Fear of Sexual Intercourse.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan