Ini Masalah Hubungan Intim yang Butuh Bantuan Ahli
Halodoc, Jakarta – Seperti air laut, sebuah hubungan suami istri pun mengalami pasang surut. Kebersamaan dengan pasangan yang dicintai bisa jadi membosankan jika kamu dan Si Dia enggak pandai merajut benang-benang asmara agar tetap harmonis.
Kehidupan seksual pasangan menjadi salah satu alasan yang paling banyak dikeluhkan oleh pasangan yang menikah ketika melakukan konseling pada ahli. Seperti dilansir dari Prevention, ada saat ketika pasangan merasa jenuh tentang kehidupan seksual mereka. Lebih pada perbedaan “taste” dalam melakukan hubungan intim. Apakah dari segi posisi hubungan intim atau intensitas hingga waktu untuk melakukan hubungan intim itu sendiri.
Hal ini berlaku hampir pada semua pasangan, lho. Baik pasangan yang baru menikah atau baru memiliki momongan, hingga pasangan yang sudah cukup lama menikah. Namun permasalahan hubungan intim ini sebenarnya bukanlah hal yang dapat mengarahkan hubungan pada perpisahan. Sebaliknya, ini adalah hal yang wajar terjadi dan bukan merupakan tanda bahwa hubungan pasangan sudah goyah.
Menurut Lauren Zander, ahli percintaan dan juga penulis Maybe It’s You, pasangan mungkin merasa bersalah ketika membahas mengenai kehidupan seksual mereka, apakah tertali membosankan atau terlalu lelah melakukannya sama sekali. Namun sangat penting untuk mengingat bahwa setiap pasangan menghadapi masalah yang sama pada titik tertentu. Jalan keluarnya menurut Lauren adalah selalu jujur, terbukan, dan menerima hubungan intim untuk tetap hidup dan menyenangkan. Ini akan membantu pasangan untuk menemukan solusi terbaik dari hubungan mereka.
Berikut ini adalah beberapa masalah hubungan intim yang seringkali didengar para ahli dan membutuhkan bantuan:
“Kami terlalu lelah untuk melakukan hubungan intim.”
Ada saat ketika kamu merasa kelelahan secara emosional dan fisik untuk melakukan hubungan intim. Misalnya ketika pasangan kehilangan pekerjaan atau baru saja pindah rumah. Namun untuk kebanyakan orang, kelelahan justru menutupi rasa malas. Hal ini dikatakan oleh Lauren, kalau kamu bisa menonton Youtube atau menghabiskan waktu di linimasa Instagram, berarti kamu bisa memasukkan 30 menit untuk hubungan intim dalam rutinitas kamu. Ini hanya masalah pengertian satu sama lain untuk memahami kebutuhan pasangan.
Pasangan semestinya membahas seberapa sering sih mereka harus melakukan hubungan intim. Kalau sudah setuju melakukannya dalam kurun waktu tertentu, sebaiknya tetap pada rencana itu. Dari pengalamannya, Lauren mengatakan kalau ia meminta kliennya untuk membuat semacam “hukuman” jika salah satu melanggar perjanjian. Misalnya, tidak boleh menonton acara televisi dalam seminggu atau tidak boleh melakukan melakukan hal yang disukai selama beberapa hari. Hasilnya, menurut Lauren orang cenderung untuk melakukan sesuai dengan apa yang dijanjikan.
“Saya ingin memakai sex toy, tapi pasangan tidak tertarik.”
Menurut Fran Walfish, PsyD psikoterapis keluarga dan hubungan menyatakan bahwa sex toys bisa jadi memberikan pengaruh pada apa yang orang rasakan tentang kehidupan seksual mereka. Tak ada salahnya mengungkapkan pada pasangan apa yang diinginkan kepada pasangan dan apa yang ingin dicoba.
Awalnya, pasangan mungkin menolak menggunakan sex toys karena merasa tidak nyaman namun nantinya akan merasa ingin tahu. Jadi, kalau suami atau istri kamu menolak, jangan putus asa dulu. Menurut Wendi Dumbroff, LPC terapis keluarga dan pasangan di New Jersey, jika pasangan menjadi lebih vocal mengenai bahasa seksual mereka, kemudian rasa aman dan percaya telah ada maka keseganan seseorang mencoba hal baru akan hilang.
“Kami melakukan hubungan intim secara rutin, tapi saya tidak terhubung secara emosional.”
Stan Tatkin, PsyD, terapis pasangan dan penulis Wired for Love menyatakan bahwa melakukan hubungan intim perlu sebagai pilar hubungan yang sehat, melakukan hubungan intim sendiri bisa membuat ikatan emosional. Namun ada juga pasangan yang merasakan tidak ada kedekatan yang semakin erat ketika melakukan hubungan intim. Ia menyarankan untuk saling menatap mata satu sama lain ketika berhubungan. Terdengar sedarhana namun kebanyakan pasangan tidak melakukan ini. Seringkali hubungan intim terasa kosong karena orang terlalu sibuk berpikir atau mengkhawatirkan sesuatu daripada menikmati apa yang sedang terjadi. Membuat kontak mata bisa membantu pasangan terikat secara emosional.
Untuk meningkatkan keintiman, saling menyebutkan nama pun bisa menjadi jalan keluarnya. Nama yang bukan nama panggilan terikat di dalam otak sehingga bisa menstimuli kedekatan emosional.
“Kami punya bayi dan kehidupan intim terganggu.”
Hal yang wajar bagi wanita untuk butuh waktu sejenak setelah melahirkan sebelum siap kembali melakukan hubungan intim. Kelelahan menjadi ibu baru bisa jadi salah satu alasannya. Untuk itu bicarakan kepada pasangan mengenai kondisi ini. Cari waktu yang pas untuk melakukan hubungan intim. Apakah setelah kondisi sudah semakin fit, atau ketika si kecil sedang bersitirahat. Kuncinya adalah komunikasi agar suami pun bisa mengerti kondisi yang dialami oleh istri.
Jika membutuhkan saran dari dokter mengenai hubungan intim yang tepat, pasangan bisa menggunakan aplikasi Halodoc. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Selain itu, produk kesehatan yang dibutuhkan pun bisa dibeli di Halodoc dan pesanan akan diantar dalam satu jam. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan