Ini Manfaat dan Cara Menggunakan Oksimeter dengan Tepat
“Semenjak infeksi COVID-19 merebak, banyak orang yang membutuhkan oksimeter untuk memantau saturasi oksigen mereka. Oksimeter bermanfaat untuk memantau kesehatan orang-orang dengan kondisi yang memengaruhi kadar oksigen darah, salah satunya infeksi COVID-19.”
Halodoc, Jakarta – Penggunaan oksimeter semakin melonjak semenjak pandemi COVID-19. Seperti diketahui, virus COVID-19 dapat menurunkan saturasi oksigen pengidapnya. Nah, oksimeter adalah perangkat tes non-invasif untuk mengukur tingkat saturasi oksigen
Oksimeter mampu mendeteksi perubahan kadar oksigen secara cepat sehingga sangat berguna untuk memantau kondisi pengidap COVID-19. Nah, berikut manfaat dan cara tepat menggunakan oksimeter.
Manfaat Oksimeter yang Perlu Kamu Ketahui
Oksimeter sering digunakan oleh para tenaga kesehatan untuk memantau kesehatan orang-orang dengan kondisi yang memengaruhi kadar oksigen darah, terutama saat berada di rumah sakit. Selain infeksi COVID-19, oksimeter juga kerap digunakan untuk memantau laju pernapasan pengidap penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, radang paru-paru, kanker paru-paru, anemia, serangan jantung atau gagal jantung dan penyakit jantung bawaan.
Selain memantau kadar oksigen pasien dengan penyakit di atas, dokter juga sering menggunakan oksimeter untuk beberapa alasan berikut ini:
- Menilai seberapa baik obat paru-paru bekerja.
- Mengevaluasi apakah seseorang membutuhkan bantuan pernapasan.
- Mengevaluasi fungsi penggunaan ventilator.
- Memantau kadar oksigen selama atau setelah prosedur bedah yang memerlukan sedasi.
- Menentukan apakah seseorang membutuhkan terapi oksigen tambahan.
- Menentukan seberapa efektif terapi oksigen tambahan, terutama saat seseorang sedang menjalani pengobatan baru.
- Menilai kemampuan seseorang untuk mentolerir peningkatan aktivitas fisik.
- Mengevaluasi apakah seseorang berhenti bernapas sejenak saat tidur, seperti dalam kasus sleep apnea.
Begini Cara Menggunakan Oksimeter
Sebelum pandemi COVID-19, mungkin tak banyak orang yang menyediakan oksimeter di rumah. Namun, semenjak infeksi COVID-19 merebak, kini banyak orang yang membutuhkan pulse oximeter untuk memantau kondisi kesehatan mereka. Pulse oximeter yang banyak dijual di pasaran ini dapat mendeteksi tingkat saturasi oksigen dan detak jantung. Nah, berikut cara tepat menggunakan oksimeter:
1. Pastikan tangan kamu hangat, rileks, dan posisinya tidak lebih tinggi dari jantung. Kemudian, letakkan perangkat oksimeter di jari, daun telinga, atau kaki.
2. Kemudian aktifkan perangkat untuk memantau denyut nadi dan saturasi oksigen.
3. Tahan sejenak sampai angka saturasinya muncul. Kemudian, lepaskan perangkat setelah tes selesai.
Oksimeter menggunakan berkas cahaya kecil yang melewati darah di jari untuk mengukur jumlah oksigen. Menurut British Lung Foundation, perangkat ini bekerja dengan mengukur perubahan penyerapan cahaya dalam darah yang teroksigenasi atau terdeoksigenasi.
Bagaimana Cara Membaca Oksimeter?
Meskipun oksimeter bukan tes perangkat invasif, tapi alat ini cukup akurat dalam memantau kadar oksigen darah. Menurut The American Thoracic Society, seseorang dikatakan memiliki kadar oksigen yang cukup apabila saturasinya di atas 89 persen. Angka tersebut adalah tingkat saturasi oksigen yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga sel-sel tetap sehat.
Meskipun saturasi oksigen yang berada di bawah 89 persen mungkin tidak menyebabkan kerusakan, penurunan tingkat saturasi oksigen yang berulang atau konsisten dapat memperburuk kondisi seseorang. Seseorang dianggap sehat apabila saturasi oksigennya mencapai 95 persen ke atas. Saturasi 92 persen atau lebih rendah dapat menunjukkan potensi hipoksemia, yang merupakan tingkat oksigen yang sangat rendah dalam darah.
Meskipun cukup akurat, tetap ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi pembacaan, oksimeter, salah satunya warna kulit seseorang. Melansir dari Healthline, laporan tahun 2020 membandingkan keakuratan tes oksimetri nadi dan pengukuran gas darah untuk mendeteksi hipoksemia pada pasien kulit hitam dan putih.
Para peneliti menemukan bahwa di antara pasien kulit hitam, ada tiga kali lebih banyak kasus tes oksimeter yang gagal mendeteksi hipoksemia jika dibandingkan dengan pengukuran gas darah. Tes seperti ini dikembangkan tanpa mempertimbangkan keragaman warna kulit. Para penulis menyimpulkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dan memperbaiki penelitian tersebut.
Bila kamu punya keluhan kesehatan, segera tanyakan ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Jangan tunda untuk menghubungi dokter sebelum kondisinya semakin memburuk. Dokter yang ahli di bidangnya akan menjawab segala pertanyaan kamu. Yuk, download aplikasinya sekarang juga!