Ini Langkah Pencegahan Hipospadia yang Perlu Diketahui
"Hipospadia bisa dicegah bahkan sebelum seseorang memutuskan untuk hamil. Caranya dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok dan minum alkohol."
Halodoc, Jakarta – Hipospadia adalah cacat lahir yang menyebabkan letak uretra bayi tidak berada pada posisi yang seharusnya. Uretra merupakan saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis.
Normalnya, lubang uretra terletak di ujung penis untuk mengeluarkan urine. Dalam kasus hipospadia, lubang justru berada di bagian bawah penis atau skrotum.
Biasanya, kondisi ini terjadi saat minggu ke 8-14 saat kehamilan. Hipospadia juga bisa berkisar ringan hingga berat. Lantas, apakah kondisi cacat bawaan ini bisa dicegah? Simak penjelasannya berikut ini!
Bisakah Hipospadia Dicegah?
Hipospadia bisa dicegah sebelum merencanakan kehamilan. Wanita yang berencana untuk hamil dapat mengurangi risiko hipospadia dengan mempraktikkan gaya hidup sehat, seperti:
- Jangan merokok atau minum alkohol.
- Pertahankan berat badan yang sehat.
- Konsumsi asam folat sekitar 400-800 mikrogram sehari sebelum dan saat hamil.
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Hipospadia
Gangguan pada hormon disinyalir menjadi penyebab utama gangguan pada perkembangan uretra.
Sayangnya, kebanyakan kasus hipospadia tidak diketahui penyebabnya. Meski begitu, para ahli percaya bahwa penyebab utamanya berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan.
Sejumlah faktor yang meningkatkan risikonya, yaitu:
- Memiliki anggota keluarga dengan hipospadia.
- Punya kebiasaan merokok.
- Terpapar pestisida atau bahan kimia industri selama kehamilan.
- Mengalami obesitas saat hamil.
- Hamil di usia lebih dari 35 tahun.
- Menggunakan perawatan kesuburan saat hamil.
Kenali Tanda dan Gejalanya
Tanda hipospadia umumnya mudah dikenali. Sebab, kondisi ini membuat lubang uretra berada di bagian bawah penis, bukan di ujung.
Tanda-tanda lainnya, yaitu:
- Penis yang melengkung ke bawah (chordee).
- Salah satu testis tidak sepenuhnya turun ke skrotum.
- Kulup belum berkembang membuat kepala penis tidak tertutup sepenuhnya, sehingga tidak boleh disunat.
- Aliran urine saat buang air tidak normal.
- Harus duduk saat buang air kecil.
Bagaimana Cara Mengobatinya?
Tidak semua hipospadia perlu diobati. Dokter yang akan memastikan apakah anak butuh penanganan medis atau tidak.
Penanganannya juga tergantung pada seberapa parah hipospadia. Pada umumnya, penanganan berfokus untuk:
- Membuat urine mengalir pada tempatnya.
- Mencegah penis bengkok saat ereksi.
- Agar penis terlihat normal seperti laki-laki pada umumnya.
Dokter umumnya tidak melakukan penanganan apapun jika lubang uretra terletak sangat dekat dengan tempat yang seharusnya dan bentuk penis normal.
Penanganan dilakukan apabila lubang uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya. Satu-satunya cara untuk memindahkan saluran ini yaitu melalui operasi.
Idealnya, operasi bisa dilakukan saat anak berusia 4-16 bulan. Dokter bedah akan mengubah uretra ke lokasi yang seharusnya.
Jika bentuk penis yang melengkung ke bawah akibat perkembangan kulup yang tidak normal, dokter juga akan memperbaikinnya.
Dokter bedah juga bisa melakukan cangkok jaringan tubuh yang diambil dari kulup atau bagian dalam mulut untuk merekonstruksi saluran urine. Hal ini dilakukan jika lubang uretra berada di dekat pangkal penis.
Jika kamu punya pertanyaan lain seputar masalah kesehatan, hubungi dokter melalui aplikasi Halodoc saja.
Dokter yang ahli di bidangnya akan menjawab pertanyaan kamu sekaligus memberikan solusi terbaik. Jangan tunda sebelum kondisinya memburuk, download Halodoc sekarang juga!