Ini Komplikasi Kesehatan Akibat Gangguan Kepribadian Ambang
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD)? Kalau belum apa pernah mengalami atau melihat seseorang dengan suasana hati dan citra diri yang senantiasa berubah-ubah, dan perilaku yang impulsif?
Nah, kondisi di atas bisa saja menandai gejala gangguan kepribadian ambang. Pengidap gangguan kepribadian ambang atau BDP memiliki cara pandang, pikir, dan perasaan yang berbeda dibandingkan dengan orang lain kebanyakan.
Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan masalah di kehidupan sehari-hari. Apalagi di saat menjalin hubungan dengan orang lain, seperti hubungan dengan keluarga, teman, dan lingkungan pekerjaan.
Ingat, BPD yang dibiarkan tanpa penanganan bisa memunculkan berbagai komplikasi yang merugikan. Lalu, apa saja sih komplikasi gangguan kepribadian ambang yang perlu diwaspadai?
Baca juga: Suka Marah-Marah Tanpa Sebab, Waspada Gangguan BPD
Komplikasi Gangguan Kepribadian Ambang
Sama seperti gangguan kepribadian lainnya, bila pengidap BDP tak mendapatkan pengobatan yang sesuai, maka dirinya berisiko mengalami berbagai komplikasi. Komplikasi inilah yang nantinya dapat mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan. Contohnya, kehilangan pekerjaan, menghadapi masalah hukum, hingga hubungan sarat konflik lainnya.
Masalahnya, komplikasi gangguan kepribadian ambang tak cuma menyoal gangguan dalam kehidupan saja. Komplikasi gangguan kepribadian ambang juga bisa memicu gangguan mental lainnya, seperti:
- PTSD,
- Gangguan makan,
- Gangguan kecemasan,
- ADHD,
- Gangguan bipolar,
- Depresi,
- Penyalahgunaan alkohol atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat-Zat Adiktif).
Selanjutnya, kondisi apa saja sih yang bisa menyebabkan gangguan kepribadian ambang?
Baca juga: Ini yang Terjadi pada Pengidap Borderline Personality Disorder
Dari Lingkungan sampai Genetik
Dalam kebanyakan kasus, borderline personality disorder biasanya muncul ketika menjelang masa dewasa, dan bertahan saat usia dewasa. Pengidapnya bisa merasakan gejala, seperti kondisi mood atau suasana hati yang tak stabil, gangguan pola pikir dan persepsi, perilaku impulsif, hingga tak stabil dalam menjalin hubungan yang intens. Lalu, apa sih yang menyebabkan gangguan kepribadian ini?
Sayangnya, hingga saat ini penyebab BPD belum diketahui pasti. Namun, setidaknya ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu kondisi ini, seperti:
- Lingkungan. Faktor lingkungan yang negatif, diduga juga bisa menimbulkan BPD. Contohnya, riwayat penyiksaan atau pelecehan semasa kecil, atau pula dicampakkan oleh orangtua.
- Kelainan pada otak. Pengidap BDP memiliki perubahan struktur pada fungsi otak, terutama pada area yang mengatur impuls dan emosi. Pengidapnya juga diduga mengalami kelainan fungsi dari zat kimia otak atau neurotransmitter yang berperan dalam pengaturan emosi.
- Ciri kepribadian tertentu. Beberapa tipe kepribadian lebih berisiko mengalami BPD, contohnya kepribadian agresif dan impulsif.
- Genetik. Borderline personality disorder diduga dapat diturunkan secara genetik.
Hal yang perlu diingat, bukan berarti orang yang tak memiliki satupun faktor risiko di atas, tidak bisa mengalami BPD. Hal sebaliknya juga berlaku, bukan berarti mereka yang memiliki faktor risiko di atas akan mengalami BDP.
Nah, bagi kamu atau anggota keluarga yang mungkin sedang mengalami masalah atau gangguan mental, segeralah temui dokter atau psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
Mayo Clinic. Diseases and Conditions. Diakses pada 2020. Personality Disorders.
NIH. National Institute of Mental Health. Diakses pada 2020. Borderline Personality Disorder.
NHS Choices UK . Diakses pada 2020. Borderline Personality Disorder.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan