Ini Dampak yang Terjadi pada Anak yang Terpisah dari Orangtua

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   30 Juni 2020
Ini Dampak yang Terjadi pada Anak yang Terpisah dari OrangtuaIni Dampak yang Terjadi pada Anak yang Terpisah dari Orangtua

Halodoc, Jakarta - Memang benar jika tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua yang baik dan sempurna untuk anak. Dalam proses membesarkan anak, berbagai konflik tentu bisa muncul, yang tak jarang berakhir pada perpisahan. Jika sudah berpisah, anak biasanya akan “dipaksa” untuk memilih ikut dengan siapa, ayah atau ibunya. 

Jika ikut dengan ayahnya, tentu anak jadi terpisah dengan ibunya, begitu pula sebaliknya. Perpisahan anak dengan orangtuanya ini tentu berdampak pada mentalnya. Namun, selain karena perceraian, anak juga bisa terpisah dari orangtua karena faktor lain, misalnya orangtua meninggal. Apapun penyebabnya, anak yang terpisah dari orangtua tetap akan mengalami dampak.

Baca juga: Seberapa Besar Pengaruh Pola Pikir Ibu Terhadap Anak?

Stres Jadi Dampak Utama Jika Anak Terpisah dari Orangtua

Terbiasa bersama kedua orangtua, lalu tiba-tiba harus terpisah, tentu dampak utama yang dirasakan anak adalah stres dan tertekan. Pada orang dewasa saja, stres dapat jadi akar dari berbagai gangguan fisik dan psikis, apalagi pada anak-anak. Ketika stres, otak akan melepaskan hormon stres (kortisol) ke dalam tubuh.

Stres yang ringan seperti kesal karena tidak dibelikan mainan, biasanya tidak memiliki dampak negatif jangka panjang bagi anak. Namun, stres berat karena harus terpisah dari orangtua tentu lain cerita. Jika setelah berpisah orangtua masih kerap memberi perhatian dan kasih sayang dengan berbagai cara, stres yang dirasakan anak mungkin tidak akan terlalu berdampak buruk.

Namun, jika setelah anak terpisah dari orangtua, ia tidak lagi mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang ia butuhkan, merasa dibuang dan tidak lagi dicintai, ini tentu berbahaya. Stres berat seperti ini dapat memengaruhi perkembangan otak anak. Salah satu dampaknya adalah kemampuan untuk mengatur emosi dan mengatasi stres di masa depan. Tak jarang juga anak yang terpisah dari orangtua mengalami masalah perilaku. 

Baca juga: Hubungan Ayah dan Anak Renggang, Ibu Lakukan Ini

Pelukan Orangtua Jadi Penyembuh

Sebelum anak terpisah dari orangtua, stres pada anak biasanya tidak berkepanjangan, karena ada orangtua yang responsif, yang selalu didekatnya. Ketika anak menangis atau kesal, orangtua biasanya akan menenangkannya dengan cara memeluk atau menggendongnya. 

Pelukan dan sentuhan kasih sayang dari orangtua, terutama ibu, memang dapat membantu meredakan stres anak, menurunkan kadar hormon kortisol dalam tubuhnya. Tanpa perlu memeluk pun, kehadiran orangtua bagi anak dapat membuat respons stres dalam tubuh anak menurun. Hal ini karena bagian otak yang berperan dalam mengontrol rasa takut, amigdala, menjadi tidak aktif pada anak, ketika ibunya ada di sampingnya.

Rasa stres akibat terpisah dari orangtua biasanya begitu dirasakan anak-anak yang memang selalu dekat dan diasuh langsung oleh ibunya, ketimbang pada anak yang diasuh oleh baby sitter karena orangtua sibuk. Artinya, memang kehadiran orangtua dapat memengaruhi otak anak, termasuk kondisi emosionalnya. 

Baca juga: Usia yang Tepat untuk Mulai Pendidikan Seks pada Anak

Dalam hal ini termasuk bagaimana cara anak mengatasi stres yang dirasakan. Itulah sebabnya tak jarang anak yang terpisah dari orangtuanya mengalami gangguan dan penyimpangan perilaku. Sebab, mereka sejak kecil sudah mengalami stres berat dan tidak tahu cara mengatasinya. 

Oleh karena itu, jika kamu dan pasangan memiliki rencana untuk berpisah, pastikan itu tidak membuat anak terdampak terlalu besar. Caranya adalah dengan tetap menjadi orangtua yang responsif bagi anak, selalu ada untuknya setiap kali ia membutuhkan, dan jangan biarkan anak merasa terbuang atau terabaikan. 

Jika masih bingung dan butuh saran pengasuhan anak setelah berpisah dengan pasangan, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk bertanya pada psikolog lewat chat, atau buat janji dengan psikolog di rumah sakit. Ajak pasangan untuk menemui psikolog bersama, agar ia juga sadar pentingnya menjaga mental anak setelah orangtuanya berpisah.

Referensi:
Psychology Today. Diakses pada 2020. The Effects of Separating Children From Their Parents.