Ini Berbagai Fakta Tes Pendengaran yang Perlu Diketahui
“Tes pendengaran bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem pendengaran. Tes tersebut bisa kamu gunakan untuk mengetahui seberapa baik fungsi telinga bagian dalam atau koklea dalam bekerja.”
DAFTAR ISI
- Jenis-Jenis Tes Pendengaran
- Jenis Gangguan yang Bisa Dideteksi dengan Tes Pendengaran
- Waktu yang Tepat untuk Melakukan Tes Pendengaran
- Prosedur Tes Pendengaran
- Hubungi Dokter Ini untuk Info Seputar Tes Pendengaran
- Tempat dan Biaya Melakukan Tes Pendengaran
Halodoc, Jakarta – Tes pendengaran berguna untuk mengevaluasi sistem pendengaran. Pemeriksaan juga mendeteksi masalah pada orang yang tidak dapat menjalani tes pendengaran konvensional.
Selain itu, tes pendengaran juga dapat memeriksa gangguan di telinga bagian dalam, khususnya bagian koklea (rumah siput). Terutama pada bayi yang baru lahir untuk mengetahui dugaan tuli.
Ketahui di bawah ini jenis-jenis tes pendengaran dan prosedurnya!
Jenis-Jenis Tes Pendengaran
Ada beberapa jenis tes pendengaran dan beberapa di antaranya bisa memeriksa kualitas pendengaran orang dewasa. Lainnya bisa dokter gunakan untuk bayi, anak-anak, dan orang dewasa.
Lantas, apa saja jenis-jenis tes pendengaran? Berikut ini di antaranya:
1. Auditory brainstem response (ABR)
Tujuan ABR adalah memeriksa koneksi atau jalur antara telinga bagian dalam dan otak. Dokter akan melakukan pemeriksaan ini pada anak-anak dan orang yang tidak dapat melakukan audiometri nada murni.
Tes ABR juga dapat dokter lakukan untuk orang yang mengalami cedera otak yang memengaruhi pendengarannya. Misalnya, adanya penyumbatan di sepanjang jalur antara telinga bagian dalam dan otak.
2. Audiometri nada murni
Audiometri nada murni bertujuan menemukan volume paling tenang yang dapat kamu dengar di setiap nada. Dokter akan memberikan rangsangan melalui udara dan tulang mastoid, yaitu tulang di belakang telinga.
Jalur pendengaran luar dan telinga bagian dalam akan diukur ketika rangsangan diberikan melalui udara. Sementara itu, pendengaran pada telinga bagian dalam akan diukur melalui rangsangan pada tulang.
Lantas, audiometri normal berapa? Angkanya kurang dari 25 decibel hearing level (db Hl).
Mau tahu prosedur dari pemeriksaan ini? Baca selengkapnya di artikel ini: “Bagaimana Cara Pemeriksaan Audiometri Dilakukan?”
3. Timpanometri
Kegunaannya mengetahui seberapa baik gendang telinga bergerak. Dokter melakukannya untuk mengetahui apakah gendang telinga seseorang pecah, ada cairan di tengah telinga, atau kotoran di liang telinga.
4. Tes garpu tala
Tujuannya untuk mendeteksi gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural unilateral pada salah satu telinga. Dokter dapat mendeteksi di mana lokasi gangguan terjadi dan sifat gangguan pendengaran.
5. Brainstem evoke response evaluation (BERA)
Tes evaluasi respon batang otak atau BERA bertujuan mengukur saraf listrik yang membawa suara dari telinga bagian dalam ke otak. Melalui tes ini, nantinya dokter akan tahu apakah terdapat hambatan pada saraf.
6. Threshold equalizing noise (TEN)
Tes TEN bertujuan untuk mengetahui apakah ada bagian telinga yang tidak merespons rangsangan suara. Jika ada, maka bagian telinga tersebut adalah “dead zone”. Dokter akan menggunakan hasil pemeriksaan untuk menentukan alat bantu yang tepat.
7. Sentence in noise (SIN)
Tujuannya untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memahami percakapan dalam lingkungan bising. Hasil tes akan dibandingkan dengan kemampuan seseorang memahami percakapan dalam lingkungan yang tenang.
8. Speech perception test
Tes pendengaran ini bertujuan untuk memeriksa seberapa jelas seseorang dapat mendengar ucapan. Dokter akan memintamu mendengarkan dan mengulangi kata-kata tertentu, sehingga ia tahu seberapa jelas kamu dapat mendengar dan memahami ucapan.
9. Otoacoustic emissions (OAE)
Tes pendengaran OAE berguna untuk mengevaluasi sistem pendengaran. Pemeriksaan juga mendeteksi masalah pada orang yang tidak dapat menjalani tes pendengaran konvensional.
Selain itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa gangguan di telinga bagian dalam, khususnya bagian koklea (rumah siput). Terutama pada bayi yang baru lahir untuk mengetahui dugaan tuli.
Jenis Gangguan yang Bisa Dideteksi dengan Tes Pendengaran
Masalah pendengaran terjadi akibat adanya kerusakan pada saraf dalam telinga, bagian otak yang mengontrol pendengaran, dan telinga itu sendiri. Jenisnya terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Gangguan pendengaran konduktif
Masalah pendengaran ini terjadi akibat gelombang suara tidak dapat masuk ke dalam telinga. Umumnya jenis masalah pendengaran konduktif umumnya ringan dan terjadi sementara.
2. Gangguan pendengaran sensorineural
Selanjutnya ada gangguan pendengaran sensorineural. Masalah ini terjadi ketika ada masalah pada saraf pengontrol pendengaran dan gangguan pada organ dalam telinga. Gangguan bisa terjadi dari ringan hingga berat.
3. Gangguan pendengaran campuran
Masalah ini terjadi bersamaan dengan gangguan pendengaran sensorineural. Penyebabnya mulai dari infeksi telinga tengah, kelainan bawaan, cedera, atau bagian dari proses penuaan alami.
Ketahui ini jenis gangguan telinga lainnya yang umum terjadi: Ini Gangguan Telinga yang Paling Umum Terjadi
Waktu yang Tepat untuk Melakukan Tes Pendengaran
Tes pendengaran dilakukan pada orang yang mengalami gejala masalah pendengaran. Beberapa tandanya dapat meliputi:
- Mengidap tinnitus atau sensasi dengung pada telinga.
- Berbicara dengan volume suara yang kencang.
- Kesulitan memahami dan mendengar lawan bicara.
- Sering meminta lawan bicara untuk mengulang kalimat.
- Menonton televisi atau mendengarkan musik dengan volume suara yang tinggi.
- Seseorang yang sering menggunakan headset atau headphone dengan volume yang keras.
- Mendeteksi dini autisme. Terkait dengan hal itu, baca selengkapnya di sini: Fungsi Tes Pendengaran untuk Deteksi Dini Autisme.
Prosedur Tes Pendengaran
Tes pendengaran otoacoustic emissions umumnya hanya memerlukan waktu selama 30 menit. Prosedurnya juga tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga tak akan membuat pasien merasa tidak nyaman.
Prosedur tes pendengaran bergantung dari jenisnya. Berikut beberapa contoh prosedurnya:
1. Audiometri nada murni
Ini adalah tes pendengaran yang paling umum. Begini cara kerjanya:
- Pasien duduk di dalam ruangan.
- Kemudian, memakai headphone atau earphone.
- Audiolog menggunakan mesin yang disebut audiometer. Audiometer menghasilkan suara pada frekuensi dan tingkat kenyaringan yang berbeda.
- Pasien perlu mengangkat tangan, menekan tombol, atau berkata “ya” saat mendengar suara.
Audiolog kemudian mencatat tanggapan pasien pada audiogram. Alat ini akan memetakan pola gangguan pendengaran. Jika terdapat gangguan, alat akan menunjukkan tingkat keparahannya.
Selain itu, ada beberapa hal yang harus diketahui mengenai tes ini. Baca di artikel ini: “5 Hal yang Diperhatikan saat Pemeriksaan Audiometri”.
2. Bone conduction testing
Ahli audiologi menggunakan tes untuk mengetahui penumpukan kotoran atau cairan yang menghalangi telinga tengah atau luar. Selain itu, tes ini dapat mengetahui gangguan pendengaran pada sel sensorik.
Cara kerjanya dengan:
- Audiolog meletakkan alat kecil di belakang telinga atau di dahi.
- Alat mengirimkan suara melalui perangkat. Suara-suara itu membuat tengkorak bergetar dengan sangat lembut.
- Getaran akan melewati telinga luar dan tengah serta menuju ke telinga bagian dalam.
3. Speech perception test
Audiolog biasanya melakukan tes ini bersamaan dengan tes nada murni. Tes ini mengevaluasi kemampuan pasien dalam mendengarkan kata-kata dan harus mengulanginya.
Begini langkah prosedurnya:
- Seperti tes nada murni, pasien akan memakai headphone atau earphone.
- Audiolog akan mengucapkan kata-kata dengan tingkat suara yang lembut hingga keras.
- Pasien perlu mengulangi kata-kata yang diucapkan audiolog.
- Audiolog akan merekam ucapan paling lembut yang dapat pasien dengar.
- Mereka juga meminta pasien mengulangi kata-kata yang diucapkan dengan lebih keras untuk menguji pengenalan kata.
4. Auditory brainstem response (ABR)
Tes pendengaran ini memeriksa koneksi atau jalur antara telinga bagian dalam dan otak. Berbeda dengan tes nada murni, pasien tidak perlu merespons suara dan harus tetap diam selama ujian.
Prosedurnya, yaitu:
- Pasien duduk dan memakai earphone.
- Audiolog memasang elektroda di kepala. Elektroda menempel pada kulit dan terhubung ke komputer.
- Elektroda merekam aktivitas gelombang otak saat otak merespons suara tertentu yang diputar melalui earphone.
- Komputer mencatat aktivitas gelombang otak.
- Audiolog meninjau cetakan komputer untuk melihat hasil tes pasien.
Hubungi Dokter Ini untuk Info Seputar Tes Pendengaran
Apabila kamu atau orang terdekat berencana menjalani tes pendengaran, kamu bisa menghubungi dokter spesialis THT di Halodoc untuk mengetahui prosedurnya lebih dalam.
Nah, berikut ini beberapa rekomendasi dokter spesialis THT di Halodoc yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun.
Mereka juga memiliki penilaian yang baik dari pasien-pasien yang pernah mereka tangani sebelumnya, ini daftarnya:
- dr. I Gede Wahyu Adi Raditya Sp.THT-KL
- dr. Alfira Ulfa Sp.THT-BKL, FICS
- dr. Arif Surgana Sp.THT-BKL
- dr. Yurnita Arifin Sp.THT-BKL
- dr. Cut Elvira Novita M.Ked(ORL-HNS),Sp.THT-BKL
Jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir.
Sebab kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui Halodoc atau berkonsultasi dengan dokter lainnya.
Tempat dan Biaya Melakukan Tes Pendengaran
Tes ini dapat kamu lakukan di rumah sakit, klinik, atau fasilitas kesehatan yang memiliki layanan tersebut. Besarnya kisaran biaya berbeda-beda, tergantung pada tempat dan fasilitas kesehatan yang kamu pilih.
Perbedaan biaya juga tergantung pada jenis tes yang dokter pilih dan seberapa parah kondisi gangguannya. Sebagai acuan, kisaran biaya terendah yaitu sekitar Rp130.000,-. Namun, acuan biaya tersebut bisa saja berubah sewaktu-waktu.
Lantas, berapa biaya tes BERA? Biaya tes BERA akan bervariasi, tergantung pada fasilitas kesehatan yang kamu datangi. Angkanya berkisar Rp300.000 hingga Rp800.000, tergantung indikasi medis.
Itulah yang perlu kamu ketahui tentang jenis tes pendengaran otoacoustic emissions. Jika ada hal yang mengkhawatirkan, jangan ragu untuk bertanya pada dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc.