Ini Alasan Usai Vaksinasi Corona Tetap Terinfeksi

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   03 Februari 2021
Ini Alasan Usai Vaksinasi Corona Tetap Terinfeksi Ini Alasan Usai Vaksinasi Corona Tetap Terinfeksi

Halodoc, Jakarta - Belakangan ini, ternyata ada saja orang yang masih terinfeksi virus corona padahal mereka sudah mendapatkan vaksin. Ada beberapa tokoh publik Amerika Serikat yang mengalaminya, seperti beberapa anggota Kongres AS, Adriano Espaillat (Demokrat-New York), Stephen Lynch, dan Lori Trahan (Demokrat-Massachusetts). Selain di AS, di Indonesia sendiri, ada tokoh publik seperti Bupati Sleman, Sri Purnomo yang dilaporkan positif COVID-19 padahal ia sudah mendapatkan dosis vaksin pertama.

Para ahli ternyata tidak menganggap hal ini adalah hal yang aneh atau mengejutkan, mereka juga tidak mengatakan ada yang salah dengan cara pemberian vaksin atau jenis vaksin yang digunakan. Merek mengatakan bahwa alasannya cukup sederhana, vaksin tidak bisa bekerja secara instan. Tubuh manusia membutuhkan waktu beberapa minggu untuk dapat membangun suatu kekebalan setelah menerima dosis vaksin. 

Baca juga: Awas, Ini 8 Mitos Virus Corona yang Menyesatkan 

Alasan Positif Corona Usai Vaksinasi

Selama uji coba, vaksin Sinovac hanya memiliki angka 65,3 pesan, yang berarti beberapa orang yang divaksinasi masih sangat mungkin untuk terinfeksi. Tidak hanya Sinovac, vaksin Pfizer yang memiliki angka efikasi di atas 90 persen pun masih sangat memungkinkan seseorang terjangkit virus corona. Beberapa alasannya antara lain:

Kekebalan Tidak Langsung Terbentuk

Perlu waktu bagi vaksin untuk membangun kekebalan, dan dua vaksin virus corona resmi keduanya memerlukan dua dosis, diberikan selang beberapa minggu, untuk melatih sistem kekebalan tubuh. Orang dapat terpapar virus corona tepat sebelum divaksinasi, atau setelahnya, dan tidak akan ada waktu bagi tubuh untuk mengembangkan pertahanannya.

Biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu agar sistem imun terbentuk sempurna. Itu berarti ada kemungkinan seseorang dapat terinfeksi virus yang menyebabkan COVID-19 tepat sebelum atau setelah vaksinasi dan tetap sakit.

Vaksin Mungkin Tidak Memberikan Perlindungan yang Sempurna

Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif, dan pembuat vaksin virus corona masih mengevaluasi apakah suntikan melindungi dari semua infeksi, atau hanya yang menyebabkan gejala. Centers for Diseases Control and Prevention memperkirakan bahwa 40 persen infeksi virus corona tidak menimbulkan gejala, dan uji coba vaksin Moderna dan Pfizer/BioNTech hanya melihat apakah vaksin tersebut mencegah infeksi bergejala.

Moderna mengatakan pada Desember pihaknya telah menyerahkan data ke U.S. Food and Drug Administration yang menunjukkan bahwa vaksinnya mencegah 2/3 dari semua infeksi, termasuk infeksi tanpa gejala. Untuk saat ini, CDC merekomendasikan agar orang tidak berasumsi bahwa mereka sepenuhnya kebal terhadap infeksi setelah divaksinasi. Jadi, melaksanakan protokol kesehatan tetap wajib dilakukan. 

Baca juga: Aktivitas yang Diklaim Mampu Meningkatkan Efektivitas Vaksinasi COVID-19

Kekebalan Dapat Berkurang Seiring Waktu

Tidak ada yang tahu berapa lama vaksin yang keluar sekarang akan melindungi orang dari infeksi. Virus corona baru baru ada sekitar satu tahun, dan fase terakhir pengujian vaksin baru selesai beberapa minggu yang lalu. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin dapat memudar seiring waktu, dan beberapa vaksin memerlukan suntikan penguat bertahun-tahun kemudian.

Misalnya, CDC merekomendasikan orang dewasa untuk mendapatkan suntikan penguat tetanus setiap 10 tahun. Selama wabah campak atau gondongan, CDC juga mengatakan beberapa orang "mungkin disarankan" untuk mendapatkan dosis tambahan vaksin MMR untuk perlindungan tambahan.

Ada juga kemungkinan bahwa virus corona baru mungkin bermutasi dengan cara yang membuat vaksin menjadi kurang efektif. Strain virus influenza bermutasi secara konstan dan itulah salah satu alasan orang membutuhkan vaksin flu baru setiap tahun.

Dokter berharap virus corona tidak bermutasi seperti flu. Namun, jika itu terjadi, teknologi yang digunakan untuk membuat vaksin virus corona baru dirancang agar mudah diadaptasi. Untungnya perlu waktu yang jauh lebih singkat untuk memperbarui vaksin yang ada sekarang agar bisa efektif dengan varian baru virus corona. 

Baca juga: Alasan Pandemi Belum Tentu Usai Meski Vaksin Corona Ditemukan

Kamu juga bisa tanyakan pada dokter di Halodoc mengenai tips mencegah penularan virus corona, apa lagi jika kamu tergolong orang yang aktif dan tetap harus bepergian ke luar rumah untuk mengurus pekerjaan. Dokter di Halodoc akan memberikan semua saran kesehatan yang kamu butuhkan hanya melalui smartphone. Mudah bukan? Tunggu apa lagi, download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
Centers for Diseases Control and Prevention . Diakses pada 2021. Facts About COVID0-19 Vaccines.
CNN. Diakses pada 2021. Yes, You Can Still Get Infected with Covid-19 After Being Vaccinated. Here's Why.
Kompas. Diakses pada 2021. Kenapa Beberapa Orang yang Sudah Divaksin Masih Bisa Terinfeksi Virus Corona?