Ini 7 Kondisi yang Membuat Pasien Membutuhkan Ventilator
“Ventilator adalah alat yang bisa membantu proses pernapasan pasien dengan kondisi tertentu. Beberapa kondisi yang memerlukan ventilator adalah gagal napas, mengidap pneumonia, dan gagal jantung.”
DAFTAR ISI
1. Berbagai Kondisi yang Membutuhkan Ventilator
- Gagal napas
- ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
- Pneumonia
- PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
- Gagal jantung
- Neonatal respiratory distress syndrome
- Kondisi medis lainnya
2. Cara Menggunakan Ventilator
Halodoc, Jakarta – Ventilator adalah alat yang digunakan untuk menunjang proses pernapasan pasien dengan kondisi kesehatan tertentu. Pada beberapa penyakit, pasien memiliki keluhan tidak mampu bernapas sendiri.
Tujuan penggunaan ventilator sendiri adalah mencukupi kebutuhan oksigen pasien, agar mereka dapat bernapas selayaknya orang sehat lainnya.
Berbagai Kondisi yang Membutuhkan Ventilator
Ada beberapa golongan penyakit yang membutuhkan ventilator. Contohnya seperti pengidap gangguan paru-paru berat, hingga seseorang yang mengalami cedera berat. Nah, berikut kondisi-kondisi yang memerlukan penggunaan ventilator.
1. Gagal napas
Kenapa pasien harus pakai ventilator? Gagal napas merupakan kondisi gawat darurat medis serius yang dipicu oleh adanya masalah serius pada sistem pernapasan, sehingga tubuh kekurangan oksigen. Penyakit ini dapat memicu kerusakan organ, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.
Beberapa gejala yang tampak pada pengidap gagal napas, yaitu:
- Sesak napas, yang berujung pada sulit berbicara.
- Napas cepat.
- Peningkatan detak jantung.
- Batuk-batuk.
- Mengi.
- Lemas.
- Kulit pucat dan berkeringat.
- Gelisah dan kebingungan.
- Kebiruan pada jari-jari tangan atau bibir.
- Pingsan.
Segera dapatkan pertolongan jika ada kerabat atau keluarga yang mengalami kondisi ini. Gagal napas yang tidak diatasi dengan baik dapat memicu kerusakan organ tubuh. Simak ulasannya dalam artikel: Waspadai Kerusakan Organ Akibat Gagal Napas.
2. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
ARDS merupakan masalah pernapasan berat yang dipicu oleh penumpukan cairan di kantung udara kecil dalam paru-paru atau alveoli. Kondisi ini umumnya terjadi karena sepsis atau pneumonia berat. Beberapa gejala yang tampak pada pengidap ARDS, meliputi:
- Napas pendek dan cepat.
- Sesak napas.
- Tekanan darah rendah.
- Tubuh sangat lelah.
- Keringat berlebih.
- Bibir atau kuku kebiruan.
- Nyeri dada.
- Peningkatan detak jantung.
- Batuk-batuk.
- Demam.
- Sakit kepala.
- Merasa kebingungan
3. Pneumonia
Pneumonia atau paru-paru basah adalah infeksi yang memicu peradangan pada alveoli di salah satu atau kedua paru-paru sekaligus. Peradangan tersebut memicu penumpukan cairan atau nanah, sehingga pengidapnya sulit bernapas. Beberapa gejala yang tampak pada pengidap pneumonia, meliputi:
- Batuk.
- Demam.
- Sesak napas.
- Menggigil.
- Kelelahan.
4. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit kronis yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
Beberapa gejala yang tampak pada pengidap PPOK, yaitu:
- Batuk berdahak terus-menerus.
- Napas tersengal-sengal.
- Penurunan berat badan.
- Nyeri dada.
- Mengi.
- Pembengkakan di tungkai dan kaki.
- Lemas.
5. Gagal Jantung
Heart failure atau gagal jantung membuat jantung tidak dapat mengalirkan cukup darah ke seluruh tubuh. Pemicunya adalah penyakit anemia, hipertensi, dan penyakit jantung.
Beberapa gejala yang tampak pada pengidap gagal jantung, yaitu:
- Sesak napas.
- Cepat merasa lelah.
- Pembengkakan pada tungkai.
- Batuk yang memburuk pada malam hari.
- Berat badan naik atau turun drastis.
- Cemas.
- Gelisah.
- Penurunan nafsu makan.
- Perut kembung.
6. Neonatal respiratory distress syndrome
Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada bayi yang baru saja lahir. Kondisi ini sangat rentan terjadi pada bayi yang lahir secara prematur. Untuk membantu proses pernapasan, biasanya bayi akan mendapatkan perawatan dengan menggunakan ventilator.
Ada beberapa gejala yang menandakan bayi mengalami kondisi ini, seperti:
- Kebiruan pada kuku, bibir, dan kulit.
- Napas yang lebih pendek.
- Cuping hidung yang mengembang saat bernapas.
- Muncul suara atau mengi saat bernapas.
7. Kondisi medis lainnya
Selain beberapa penyakit tersebut, ada kondisi medis lain yang juga membutuhkan perawatan dan penanganan menggunakan ventilator, yaitu:
- Serangan jantung.
- Henti jantung.
- Keracunan karbon dioksida.
- Asidosis.
- Alkalosis.
- Bius total.
- Cedera kepala berat.
- Stroke.
- Overdosis penggunaan obat.
- Sindrom gangguan pernapasan neonatal.
- Bayi prematur.
- Peradangan paru-paru.
Tidak ada salahnya untuk ketahui risiko gangguan pernapasan pada lansia melalui artikel: Waspada 3 Masalah Sistem Pernapasan Lansia.
Cara Menggunakan Ventilator
Bagaimana cara kerja mekanisme dari ventilator? Alat ini akan meniupkan tekanan udara beroksigen ke saluran pernapasan. Saluran pernapasan tersebut, yaitu hidung, mulut, tenggorokan, kotak suara, tenggorokan, dan tabung paru-paru.
Oksigen dari ventilator dapat didorong ke paru-paru menggunakan dua cara berbeda, yaitu menggunakan masker yang sesuai dan tabung pernapasan.
1. Dengan masker
Penggunaan masker untuk memasukkan oksigen ke dalam paru-paru terkenal sebagai ventilasi non-invasif. Dengan menggunakan cara ini, masker akan terpasang pada hidung dan mulut.
Metode ini biasanya berguna bagi gangguan kesehatan yang tidak terlalu parah. Selain itu, metode ini terkenal lebih nyaman daripada tabung yang masuk ke dalam saluran pernapasan.Metode ini juga berisiko mengurangi risiko efek samping dan komplikasi dari penggunaan ventilator.
Berikut penggunaan ventilator dengan masker, yaitu:
- Kantong resusitasi akan dipasangkan pada katup non pernapasan dan masker ventilator yang akan dipasang.
- Ujung kantong resusitasi akan dihubungkan dengan sumber oksigen.
- Kemudian, masker akan dipasangkan secara manual pada wajah hingga menutupi hidung dan mulut.
- Pasien bisa mendapatkan oksigen melalui hidung dan mulut. Setelah itu, pasien akan bernapas seperti biasa.
2. Dengan tabung pernapasan
Untuk kondisi kesehatan yang lebih parah, ventilator biasanya menggunakan tabung pernapasan. Cara ini terkenal sebagai ventilasi invasif.
Sebelum penggunaan, pasien akan mendapatkan bius total untuk mengurangi rasa sakit. Berikut pemasangan ventilator dengan tabung pernapasan, seperti:
- Tabung pernapasan akan dimasukkan ke dalam tenggorokan yang terhubung dengan ventilator.
- Tabung pernapasan akan memasukkan oksigen sehingga tubuh mendapatkan oksigen hingga kondisi membaik atau pemulihan.
- Jika pasien membutuhkan penggunaan ventilator dengan tabung pernapasan dalam waktu yang panjang, biasanya dokter akan melakukan trakeostomi.
- Trakeostomi akan melibatkan dokter bedah untuk membuat sebuah lubang pada bagian depan leher, untuk memasukkan tabung pernapasan ventilator.
- Tabung akan dimasukkan melalui trakea tepatnya di bawah pita suara. Setelah itu, tabung akan dihubungkan dengan ventilator.
Tentunya penggunaan ventilator hanya bisa dilakukan oleh tim medis atau dokter bedah. Ada beberapa tim medis yang akan melakukan pemantauan, seperti ahli anestesi, dokter spesialis paru, ahli bedah, hingga perawat.
Pemantauan akan terus dilakukan untuk memastikan beberapa hal, seperti tekanan darah, kondisi jantung, hingga level oksigen dalam tubuh.Kamu juga bisa cari tahu berbagai jenis alat bantu pernapasan melalui artikel ini Kenali 6 Jenis Alat Bantu Pernapasan dan Cara Kerjanya.
Jika kamu mengalami gejala dari penyakit tersebut, sebaiknya diskusikan dengan dokter di aplikasi Halodoc untuk menentukan langkah penanganan yang tepat. Semakin cepat langkah penanganan, maka semakin tinggi pula persentase kesembuhan.