Ini 5 Mitos tentang Penyakit Campak pada Bayi 

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   06 April 2020
Ini 5 Mitos tentang Penyakit Campak pada Bayi Ini 5 Mitos tentang Penyakit Campak pada Bayi 

Halodoc, Jakarta - Campak adalah salah satu penyakit yang sangat menular, melalui udara yang menyebar melalui batuk dan bersin. Bayi yang mengalami campak biasanya mengalami gejala awal seperti demam, batuk, pilek, mata merah, sakit tenggorokan, dan rewel. Saat infeksi berlanjut, bintik-bintik putih kecil muncul di dalam mulut dan ruam merah mulai bermunculan di wajah hingga ke kaki. Ibu wajib waspada karena kondisi ini dapat berkembang dengan cepat. 

Melansir Orlando Health, sebanyak 1 dari 20 anak dengan campak bisa mengalami pneumonia, yang merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat campak. Satu dari 1.000 anak-anak pengidap campak juga bisa dengan mengembangkan ensefalitis (radang otak), yang menyebabkan kerusakan otak hingga kemudian berakibat fatal. 

Baca juga: Hati-Hati, Bukan Cuma dari Percikan Liur Saja Virus Campak Bisa Menyebar

Beberapa Mitos Umum Terkait Campak pada Bayi

Berkat vaksin campak, gondok dan rubella (MMR), campak pada anak bisa dicegah. Vaksinasi menjadi hal yang direkomendasikan untuk mencegah penyebaran campak, tetapi sayangnya masih ada saja orang yang percaya bahwa vaksin itu berbahaya dan menganggap campak bukanlah penyakit serius.

Itulah mengapa penting untuk mengetahui beberapa mitos yang salah terkait penyakit campak pada bayi. Nah, berikut ini mitos yang perlu kamu ketahui mengenai campak: 

Mitos: Hanya anak-anak yang bisa terkena campak.

Fakta: Walaupun orang dewasa memiliki risiko yang lebih rendah tertular campak, namun dalam beberapa kasus, orang dewasa juga masih harus mendapatkan vaksin. Pertama, sebagian besar orang dewasa yang lahir sebelum tahun 1957 dianggap kebal karena pernah atau terpapar campak. Namun, jika mereka dilahirkan antara tahun 1957 dan 1989, dan belum mendapatkan campak atau menerima 2 dosis vaksin campak, mereka harus mendapatkan vaksinasi.

Alasannya, mereka  yang lahir antara tahun 1957 dan 1989 mungkin hanya memiliki satu dosis vaksin campak yang kurang efektif mencegah campak. Coba tanyakan kepada dokter kapan waktu yang tepat kamu mendapatkan vaksin campak. Biasanya vaksin akan sangat disarankan untuk diberikan sebelum kamu melakukan perjalanan ke negara yang memiliki kasus campak tinggi. Diskusikan kepada dokter melalui chat di aplikasi Halodoc, dan ikuti saran-saran yang dokter sampaikan guna mencegah penularan campak pada orang dewasa. 

Mitos: Setiap orang harus mendapatkan vaksin campak.

Fakta: Tidak semua orang harus menerima vaksin MMR. Bayi di bawah 6 bulan tidak boleh menerima vaksin ini. Orang yang sudah pernah mengidap campak atau seri vaksin campak tidak perlu divaksinasi. Selain itu, pasien yang sistem kekebalannya tidak normal atau menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan seharusnya tidak mendapatkan vaksin campak. 

Baca juga: Bedanya Campak Biasa dan Campak Jerman

Mitos: Ada cara alami untuk mencegah campak, sehingga vaksin tidak dibutuhkan.

Fakta: Sayangnya tidak ada tindakan pencegahan alami untuk campak. Vaksinasi adalah satu-satunya cara paling efektif untuk mencegah kamu terkena campak. Beberapa orang mungkin khawatir terhadap efek samping vaksin MMR, ini karena telah beredar informasi yang keliru mengenai vaksin campak. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah membaca dari sumber terpercaya, atau langsung menghubungi dokter di Halodoc. 

Mitos: Vaksin campak menyebabkan autisme.

Fakta: Anggapan ini sama sekali tidak benar. Gagasan ini mungkin muncul dari fakta bahwa MMR diberikan sekitar anak berulang tahun pertama, yang hampir bersamaan dengan tanda-tanda autisme menjadi lebih jelas untuk didiagnosis.

Sejumlah penelitian besar telah gagal menunjukkan hubungan antara vaksin MMR dan autisme. Tuduhan ini juga telah menjadi mitos lama dan sama sekali tidak benar. 

Mitos: Anak saya baru berusia satu tahun, dan terlalu muda untuk divaksinasi.

Fakta: Sebagian besar anak mendapatkan vaksin campak pertama ketika mereka berusia antara 12 dan 15 bulan. Oleh karena itu, para ahli kesehatan akan merekomendasikan vaksinasi dimulai pada 12 bulan. Jika ada wabah lokal, dokter dapat merekomendasikan agar anak-anak berusia 6 bulan mendapatkan vaksinasi.

Masalah potensial dengan imunisasi dini adalah bahwa banyak bayi masih memiliki cukup antibodi dalam tubuh mereka dari ibu mereka sehingga vaksin tidak bekerja secara efektif. Ketika anak divaksinasi lebih awal saat wabah menyerang, mereka perlu divaksinasi ulang pada usia satu tahun dan usia 4 untuk memastikan anak terlindungi.

Baca juga: Hati-Hati Kalau Ibu Hamil Kena Campak

Yuk, pahami lebih lanjut mengenai campak dengan bertanya pada dokter di Halodoc. Dokter akan selalu siaga menjawab seputar masalah kesehatan hanya melalui smartphone. Download aplikasinya sekarang juga!

Referensi:
Orlando Health - Arnold Palmer Hospital for Children. Diakses pada 2020. Common Myths About Measles—and the Real Facts.
The Infectious Diseases Society of America (IDSA). Diakses pada 2020. Measles Vaccination: Myths and Facts.
Canadian Paediatric Society. Diakses pada 2020. Vaccines: Myths and Facts.