Ini 5 Mitos Mengenai Mammografi yang Perlu Diluruskan
Halodoc, Jakarta - Mammografi merupakan prosedur pemeriksaan yang dilakukan dengan menangkap gambar jaringan payudara menggunakan teknologi foto Rontgen. Prosedur pemeriksaan yang satu ini dianggap paling efektif untuk memeriksa dan mendeteksi adanya gangguan kesehatan pada payudara, seperti tumor, kanker, kista, atau penumpukan kalsium di jaringan payudara. Meski demikian, banyak mitos mengenai mammografi yang beredar di kalangan masyarakat. Berikut ini beberapa di antaranya:
Baca juga: Adakah Komplikasi yang Diakibatkan Pemeriksaan Mammografi?
Mitos #1: Jika tidak memiliki riwayat keluarga atau gejala kanker payudara, tidak perlu melakukan mammografi
Faktanya adalah, pemeriksaan mammografi disarankan untuk dilakukan secara berkala, yaitu satu tahun sekali untuk wanita di atas usia 40 tahun, terlepas dari gejala atau riwayat keluarga. Jangan menunggu untuk menjalani mammografi sampai memiliki gejala kanker payudara, seperti benjolan atau keluarnya cairan. Pasalnya, kedua gejala tersebut sudah menandakan jika kanker payudara yang kamu alami sudah memasuki tahapan yang parah.
Jika kanker payudara terdeteksi di stadium awal kemunculannya, pengidap memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih lama, yaitu sebesar 99 persen. Sedangkan kanker payudara yang terdeteksi di stadium lanjut, pengidap hanya memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 27 persen. Lebih dari 75 persen wanita pengidap kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga.
Mitos #2: Tingkat radiasi pada prosedur mammografi tidak aman untuk kesehatan tubuh
Faktanya adalah, meskipun mamografi dilakukan dengan menggunakan radiasi, tetapi prosedur tersebut sangat aman dilakukan. Hal tersebut dikarenakan, mamografi alat yang dipergunakan sudah lolos uji oleh Food and Drug Administration, Mammography Quality and Standards Act, serta organisasi lainnya, seperti American College of Radiology. Hal tersebut yang membuat alat ini sangat aman digunakan
Mitos #3: Mammografi 3-D sama dengan mamografi tradisional
Faktanya adalah, mammografi tiga dimensi atau tomosintesis merupakan alat skrining dan diagnostik paling modern saat ini untuk mendeteksi dini kanker payudara. Dibandingkan dengan mammografi 2-D standar, mammogram 3-D menampilkan jaringan payudara lebih jelas, dengan cangkupan area yang lebih luas. Mammogram 3-D memberi gambaran yang lebih jelas dalam menentukan perbedaan antara jaringan normal yang tumpang tindih, dengan kanker.
Baca juga: Tak Hanya untuk Deteksi Kanker Payudara, Ini Kegunaan dari Tes Mammografi
Mitos #4: Mammogram dapat menemukan masalah kesehatan apapun di jaringan payudara
Faktanya adalah, meskipun mamografi sangat penting dilakukan pada wanita, prosedur ini juga ada batasannya. Semakin padat payudara, maka semakin besar kemungkinan kanker akan tersembunyi di dalam jaringan. Jaringan payudara normal dapat menyembunyikan dan meniru bentuk kanker.
Mitos #5: Tidak perlu melakukan mamografi tahun ini, jika tahun kemarin sudah
Faktanya adalah, mamografi merupakan teknik untuk mendeteksi, bukan mencegah. Melakukan prosedur mammografi setiap tahun mampu meningkatkan kemungkinan dalam mendeteksi kanker pada payudara, sehingga proses pengobatannya pun lebih cepat dan tepat dilakukan.
Baca juga: Cek Kesehatan yang Wajib Dilakukan Wanita
Itulah sejumlah mitos mengenai mammografi yang tidak perlu dipercaya. Jika kamu berniat untuk melakukan pemeriksaan rutin yang satu ini, silahkan temui dokter di rumah sakit terdekat untuk melakukan sejumlah prosedur awal pemeriksaan sebelum mammografi dilakukan. Jaga selalu kesehatan organ payudaramu dengan melakukan pemeriksaan rutin, ya.
Referensi:
Fda.gov. Diakses pada 2021. 4 Mammography Myths.
Journals.lww.com. Diakses pada 2021. Debunking Mammography Myths.
Hopkinsmedicine.org. Diakses pada 2021. 6 Mammogram Myths.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan