Ini 4 Kandidat Vaksin Corona yang Disebut Paling Efektif
Halodoc, Jakarta - Kemunculan COVID-19 pada akhir tahun lalu membuat banyak perusahaan farmasi dari berbagai negara seolah berkompetisi menciptakan vaksin corona. Tentunya dengan harapan bisa mengakhiri pandemi yang berlangsung hingga kini.
Dalam perjalanan mengembangkan vaksin corona yang efektif dan aman digunakan masyarakat, tentunya butuh proses yang panjang. Setidaknya dibutuhkan tiga tahap uji klinis, bagi vaksin corona untuk bisa disetujui dan digunakan.
Baca juga: Berjuang Hasilkan Vaksin COVID-19, Ini Kandidatnya
Kandidat Vaksin Corona yang Mengklaim Efektivitas Tinggi
Di antara banyaknya produk vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi seluruh dunia, ada empat kandidat vaksin corona yang diklaim memiliki efektivitas tinggi. Apa saja ya? Berikut di antaranya:
1.Vaksin Pfizer dan BioNTech
Bekerjasama dengan perusahaan Jerman, BionTech, Pfizer Inc mengklaim kandidat vaksin yang dikembangkannya memiliki efektivitas 95 persen dan tidak memiliki efek samping serius. Mengutip laman The New York Times, data menunjukkan bahwa vaksin mencegah COVID-19 yang ringan dan parah.
Vaksin yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech disebut dengan nama BNT162b2, dengan menggunakan m-RNA. Teknologi tersebut sebelumnya digunakan Jerman dalam pengembangan vaksin kanker eksperimental. Adapun uji coba fase dua dan tiga digabungkan dan mulai dilakukan pada Juli 2020.
Relawan uji coba pada fase tersebut berasal dari berbagai daerah dengan penularan SARS-CoV-2 signifikan. Tinjauan regulasi atas vaksin Pfizer dan BioNTech diharapkan ada sebelum akhir tahun. Namun, hasil awal dari uji fase satu dan dua menunjukkan vaksin menghasilkan antibodi dan respons sel-T yang spesifik untuk SARS-CoV-2.
Baca juga: Alasan Pandemi Belum Tentu Usai Meski Vaksin Corona Ditemukan
2.Moderna
Sama seperti Pfizer dan BionTech, perusahaan Moderna Inc juga mengklaim kandidat vaksinnya mempunyai efektivitas tinggi, yakni 94,5 persen. Mengutip laman CNBC, CEO Moderna mengatakan angka tersebut didapat berdasarkan data awal uji klinis fase tiga.
Analisis dilakukan terhadap 95 kasus infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi di antara 30.000 peserta uji coba. Lalu, sebanyak 90 kasus yang diamati merupakan kelompok plasebo, yang dibandingkan dengan 5 kasus pada kelompok penerima dua dosis vaksin.
Moderna mengklaim tidak ditemukan masalah keamanan yang signifikan pada vaksinnya. Secara umum, vaksin mereka aman dengan sebagian efek samping dengan kategori ringan atau sedang, seperti nyeri di lokasi suntikan, kelelahan, nyeri otot, dan sakit kepala.
Sebagai informasi, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Massachusetts ini bekerja sama dengan National Institutes of Health, dalam mengembangkan vaksin corona yang diberi nama mRNA-1273. Vaksin tersebut bergantung pada penyuntikan potongan materi genetik virus, mRNA, ke dalam sel manusia.
3.Gamaleya (Sputnik V)
Vaksin Sputnik V yang dikembangkan oleh Gamaleya Center, di Rusia, juga mengklaim keefektifan vaksinnya mencapai 92 persen. Vaksin terbukti efektif di antara sekelompok relawan yang menjadi bagian dari uji coba fase tiga. Namun, laporan awal kemanjuran vaksin Sputnik V belum dipublikasikan dalam jurnal medis yang ditinjau sejawat.
Seperti diketahui, Rusia menjadi negara pertama yang mendaftarkan dan menyetujui vaksin virus corona. Gamaleya mengembangkan vaksin vektor virus dengan menggunakan versi lemah adenovirus penyebab flu pada umumnya, untuk memperkenalkan bagian protein terluar dari virus SARS-CoV-2 ke tubuh.
Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Lemah pada Lansia, Apa Alasannya?
4.Sinovac
Vaksin corona yang dikembangkan Sinovac Biotech, CoronaVac, diklaim dapat memicu respons imun yang cepat. Namun, tingkat antibodi yang dihasilkan lebih rendah daripada orang yang sudah pulih dari COVID-19. Diberitakan Aljazeera, para peneliti mengatakan vaksin CoronaVac dapat memberikan perlindungan yang cukup.
Saat ini, China tengah mengembangkan CoronaVac dan empat vaksin eksperimental lainnya, yang masih dalam uji coba tahap akhir untuk menentukan keefektifannya dalam mencegah COVID-19.
Zhu Fengcai dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Jiangsu di Nanjing, mengatakan bahwa penemuannya menunjukkan bahwa CoronaVac dapat memicu respons antibodi yang cepat dalam empat minggu setelah disuntikkan, dengan pemberian dua dosis pada interval 14 hari.
Itulah empat kandidat vaksin corona yang mengklaim efektivitas tinggi saat ini. Meski begitu, uji coba, penelitian, dan pengamatan masih terus berlanjut dan hasil efektivitas yang mereka klaim bisa saja berubah-ubah.
Jadi, sambil menunggu vaksin yang efektif dan aman, terus patuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19, yaitu 3M. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak fisik. Kalau merasa tidak enak badan, segera download aplikasi Halodoc untuk membicarakannya pada dokter, ya.
Referensi:
The New York Times. Diakses pada 2020. Pfizer’s Covid Vaccine: 11 Things You Need to Know.
CNBC. Diakses pada 2020. Moderna says preliminary trial data shows its coronavirus vaccine is more than 94% effective, shares soar.
FDA News. Diakses pada 2020. Russia’s Sputnik V Vaccine Declared 92 Percent Effective.
Aljazeera. Diakses pada 2020. Early trial results show Sinovac vaccine triggers immune response.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan