Ini 2 Cara Mendiagnosis Akromegali
Halodoc, Jakarta - Akromegali adalah kelainan hormonal yang terjadi karena banyak produksi hormon pertumbuhan pada tubuh. Hormon pertumbuhan dihasilkan oleh otak bagian hipofisis. Ketika akromegali terjadi, berarti hipofisis telah memproduksi terlalu banyak hormon pertumbuhan ini. Biasanya, kelebihan hormon ini berasal dari tumor jinak atau kanker pada kelenjar hipofisis, yang disebut adenoma.
Diagnosis akromegali paling sering ditemui pada orang paruh baya, meski gejalanya bisa terjadi pada segala usia. Jika tidak segera ditangani, gangguan hormonal ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang berujung pada kematian. Meski dapat diobati, gejala akromegali sering kali terlambat terdeteksi, atau terjadi salah diagnosis.
Komplikasi paling serius dari akromegali yang tidak tertangani adalah diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan artritis. Pengidap akromegali berisiko tinggi mengalami polip usus besar yang dapat berkembang menjadi kanker usus besar jika polip tersebut tidak segera diangkat.
Baca juga: 3 Faktor Risiko Gigantisme
Ketika tumor penghasil hormon pertumbuhan terjadi pada anak-anak, penyakit yang timbul lebih dikenal dengan gigantisme daripada akromegali. Tinggi anak ditentukan oleh panjang tulang pada kaki. Sebagai respon terhadap hormon pertumbuhan, terjadi pertumbuhan yang abnormal pada bagian lempeng pertumbuhan, yang terletak dekat dengan kedua ujung tulang.
Lempeng pertumbuhan akan melebar setelah masa pubertas, sehingga produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan pada orang dewasa cenderung tidak menimbulkan pertambahan tinggi badan. Namun, paparan hormon pertumbuhan berlebih sebelum lempeng pertumbuhan melebur akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan tulang, sehingga tinggi tubuh pun bertambah.
Bagaimana Mendiagnosis Akromegali?
Oleh karena gejala akromegali mengalami perkembangan secara bertahap selama beberapa tahun, diagnosis akromegali mungkin menjadi sulit didapatkan. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan gejalanya, yang meliputi berikut ini.
-
Pemeriksaan Darah
Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar hormon pertumbuhan yang terdapat di dalam tubuh. Agar tes darah memberikan hasil yang akurat, kamu diminta untuk minum larutan gula sebelum pemeriksaan dilakukan. Jika kamu tidak mengidap akromegali, larutan gula bisa menghentikan produksi hormon pertumbuhan. Sementara pada pengidap akromegali, kadar hormon pertumbuhan akan semakin tinggi. Tes ini disebut pemeriksaan intoleransi glukosa.
Baca juga: Ketahui Komplikasi yang Bisa Disebabkan Oleh Gigantisme
Dokter akan mengukur kadar hormon dalam tubuh lainnya yang disebut dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1). Level IGF-1 yang tinggi menjadi indikasi yang paling akurat bahwa kamu memiliki akromegali.
-
Pengambilan Gambar
Setelah diagnosis akromegali dengan pemeriksaan darah dan pengukuran level hormon IGF-1, pemeriksaan selanjutnya dengan pemindaian menggunakan MRI untuk menemukan dan mendeteksi ukuran tumor pada kelenjar hipofisis yang menyebabkan berlebihnya produksi hormon pertumbuhan ini. Selain MRI, alat pindai yang digunakan adalah CT-scan jika pasien tidak dianjurkan menjalani tes MRi karena suatu hal.
Apabila pemindaian pada kepala tidak berhasil mendeteksi adanya tumor, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menemukan tumor “ektopik” non-hipofisis pada bagian dada, perut, atau panggul sebagai bagian yang berdampak terhadap kelebihan hormon pertumbuhan.
Baca juga: Sindrom Sotos Bisa Sebabkan Gigantisme
Itu tadi cara diagnosis akromegali yang dilakukan untuk mendeteksi adanya tumor yang menyebabkan berlebihnya produksi hormon pertumbuhan dalam tubuh. Kalau kamu ingin tahu apa saja gejala akromegali, kamu bisa langsung bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Caranya tentu saja dengan download aplikasi Halodoc di ponsel kamu!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan