INFORMASI SEBELUM MELAKUKAN TES SKRINING ANTI-HIV (RAPID TEST)
Tes skrining untuk mengetahui antibodi terhadap virus HIV, menggunakan sampel darah vena, dilakukan di laboratorium menggunakan metode rapid test.
Tes Anti-HIV (Rapid Test)
Tes skrining untuk mengetahui antibodi terhadap virus HIV, menggunakan sampel darah vena, dilakukan di laboratorium menggunakan metode rapid test.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi.Penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan. Orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak merasa sakit pada awalnya, tetapi perlahan-lahan sistem kekebalan tubuh akan rusak. Dia akan menjadi sakit dan tidak mampu melawan infeksi. Dengan menjalani pengobatan yang dapat memperlambat perkembangan penyakit, pasien bisa menjalani hidup dengan normal.
Penularan HIV
HIV dapat ditularkan melalui:
- Cairan tubuh yang terinfeksi HIV seperti: semen, cairan vagina atau darah selama hubungan seksual yang tidak aman.
- Jarum suntik yang terpapar virus HIV
- Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya selama: −
- Kehamilan
- Melahirkan dan persalinan
- Menyusui
HIV tidak dapat ditularkan lewat berpelukan atau berjabat tangan, atau gigitan nyamuk.
Faktor Risiko
Faktor risiko tertular HIV:
- Melakukan hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kondom), hubungan melalui anus, dan memiliki pasangan seksual lebih dari 1.
- Melakukan hubungan seksual yang tidak aman dengan pasangan yang terinfeksi HIV.
- Memiliki penyakit infeksi menular seksual (sifilis, gonore, klamidia, keputihan) yang menyebabkan adanya luka pada genitalia.
- Penggunaan jarum suntik bersama oleh pengguna NAPZA
- Penggunaan alat tato / jarum yang tidak steril dan terpapar virus HIV dari pengguna sebelumnya.
- Menerima suntikan, transfusi darah, transplantasi jaringan, dan prosedur medis tidak steril atau tidak dilakukan oleh tenaga professional.
- Kehamilan dari ibu yang terinfeksi HIV, berpotensi menularkan kepada bayinya.
- Kecelakaan kerja pada tenaga medis, yaitu berisiko tertusuk jarum yang terpapar virus HIV.
Tes HIV dan Konfidensialitas
Pelaksanaan tes HIV dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan. Petugas medis tidak diperkenankan untuk menyampaikan hasil kepada orang lain di luar kepentingan kesehatan klien, kecuali pada kondisi-kondisi yang memang dibutuhkan kepada pihak-pihak sesuai ketentuan undang-undang.
Alasan Dilakukan Tes HIV
Tes HIV dilakukan terutama pada orang yang mempunyai faktor risiko, hal ini dilakukan agar dapat dilakukan pengobatan lebih dini maupun pencegahan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Arti Hasil Tes Skrining Anti-HIV (Rapid Test)
Hasil tes anti-HIV (rapid test) berupa reaktif dan non-reaktif.
Bila hasil tes reaktif, disarankan untuk dilanjutkan dengan tes konfirmasi dan berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan status infeksi HIV nya. Selanjutnya dokter akan memberikan informasi dan layanan untuk mengendalikan penyakit, termasuk obat antiretroviral dan atau obat lain untuk mengatasi penyakitnya.
Bila hasil tes non reaktif, namun mempunyai faktor risiko, hasil non reaktif belum tentu berarti bebas dari infeksi HIV, ada kemungkinan masih dalam fase “window period” yaitu sudah terinfeksi namun belum terbentuk antibodi terhadap virus, maka disarankan untuk mengulang pemeriksaan 3 bulan kemudian.
Ketersediaan Pengobatan pada Fasilitas Kesehatan
Dokter akan membantu mengarahkan atau merujuk kepada fasilitas Kesehatan yang menyediakan terapi dan perawatan HIV.
Pada Fasilitas Kesehatan yang telah ditunjuk untuk menjadi tempat rujukan HIV, orang yang terinfeksi HIV akan diberi perawatan dan terapi untuk mengendalikan penyakit, di antaranya:
- Pemeriksaan berkala dan dukungan
- Terapi antiretroviral (ARV)
- Tindakan untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi
- Pembuatan perencanaan yang tepat tentang kehamilan yang datang.
- Mendapatkan terapi post-exposure prophylaxis (PEP) pada kasus baru terpajan virus HIV.
Keuntungan Membuka Status Kepada Orang Terdekat
Penting untuk mempertimbangkan kapan dan kepada siapa dapat membuka status infeksi HIV.
Beberapa keuntungan membuka status HIV, antara lain:
- Membantu mendapatkan dukungan dari pasangannya
- Meningkatkan penerimaan penggunaan kondom dan praktek seksual yang lebih aman untuk mencegah infeksi
- Membantu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
- Membantu menurunkan risiko kecurigaan dan tindak kekerasan
- Memotivasi orang terdekat untuk mau menjalani tes HIV.
Mempertahankan dan Melindungi Diri Serta Pasangan/ Keluarga Agar Tetap Sehat
Agar perkembangan penyakit dapat dikendalikan, orang yang terinfeksi HIV harus segera mendapat terapi ARV. Risiko menjadi AIDS akan semakin besar jika menunda pengobatan karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Dengan menjalani terapi dan pengobatan, ODHA dapat mempertahankan kualitas hidupnya dan menjalani hidupnya seperti orang normal.
Tentunya penting untuk melakukan pencegahan penularan kepada pasangan / keluarga, berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:
- Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim.
- Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
- Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.
- Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.