Infeksi Jamur vs Bakteri, Mana yang Lebih Berbahaya?
“Jamur dan bakteri bisa menginfeksi tubuh dan menimbulkan keluhan kesehatan. Keduanya berpotensi membahayakan, tergantung pada jenis dan jumlahnya di dalam tubuh.”
Halodoc, Jakarta – Setelah terpapar jamur dan bakteri, tubuh manusia menjadi rentan terkena infeksi. Keduanya menimbulkan gejala yang mirip, sehingga seringkali sulit dibedakan.
Infeksi jamur adalah penyakit menular antar manusia. Namun tak jarang, infeksi jamur juga ditularkan dari hewan yang terinfeksi dan benda yang terkontaminasi.
Sementara infeksi bakteri adalah penyakit yang disebabkan oleh paparan bakteri. Ini merupakan mikroorganisme berukuran sangat kecil yang ditemukan di tanah, air dan tubuh manusia.
Perbedaan Infeksi Jamur dan Bakteri
Infeksi Jamur
Jamur merupakan organisme yang tumbuh secara alami. Bahkan, beberapa jenisnya seperti tinea, tinea corporis dan tinea cruris bisa hidup di kulit dan organ dalam tubuh manusia.
Sebagian besar jenisnya tidak membahayakan. Namun, beberapa di antaranya bisa menyebabkan gangguan kesehatan serius.
Infeksi jamur paling sering menginfeksi kulit manusia. Organisme ini juga dapat menyerang bagian tubuh lain, termasuk paru-paru, aliran darah dan lapisan pelindung otak serta saraf tulang belakang (meningen).
Risiko infeksi jamur semakin tinggi pada orang yang jorok dan memiliki daya tahan tubuh lemah. Beberapa kondisinya, termasuk HIV/AIDS, pasien kemoterapi dan seseorang yang baru menjalani transplantasi organ.
Adapun, gejala yang dialami oleh pengidap, di antaranya:
- Bercak putih yang terasa nyeri di mulut atau kerongkongan.
- Kulit pecah-pecah di sudut bibir.
- Demam.
- Menggigil.
- Gatal di kulit.
- Ruam menyerupai cincin.
- Kulit kemerahan, bersisik dan pecah-pecah.
- Rambut rontok.
Infeksi Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang bertempat tinggal di air, tanah dan dalam tubuh manusia. Beberapa spesiesnya dibutuhkan guna meningkatkan kesehatan tubuh.
Namun, ada pula jenis yang berbahaya dan berpotensi menyebabkan infeksi. Di antaranya Escherichia coli, Salmonella gastroenteritis, Mycobacterium tuberculosis dan Staphylococcus aureus.
Infeksi bakteri terjadi ketika mikroorganisme ini masuk ke dalam tubuh, memperbanyak diri dan menyebabkan reaksi pada tubuh. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui celah atau organ terbuka, termasuk luka, hidung, mulut, telinga, anus dan saluran genital.
Adapun beberapa gejala yang dialami oleh pengidap, di antaranya:
- Demam.
- Batuk atau bersin.
- Mual dan muntah.
- Diare.
- Lemas berlebihan.
- Ruam kemerahan.
- Pembengkakan.
- Nyeri di area infeksi.
- Benjolan berisi nanah.
- Gatal-gatal.
Lebih Bahaya Mana?
Sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa salah satu dari infeksi jamur atau bakteri lebih berbahaya bagi kesehatan. Keduanya bisa berbahaya, tergantung pada jenis dan jumlahnya di dalam tubuh.
Pada pengidap infeksi jamur, metode pengobatan akan tergantung pada penyebab, tingkat keparahan dan bagian tubuh yang terinfeksi. Umumnya, pengobatan dilakukan dengan pemberian obat antijamur.
Sementara pada pengidap infeksi bakteri, pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik. Obat ini berguna untuk membunuh dan memperlambat perkembangbiakannya.
Guna menurunkan risiko infeksi jamur dan bakteri, seseorang perlu menjaga kebersihan diri dengan baik. Adapun cara yang bisa dilakukan, di antaranya:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
- Menjaga kebersihan kulit dengan baik.
- Jangan berbagi menggunakan barang pribadi.
- Rutin memotong kuku.
- Gunakan alas kaki saat pergi ke luar rumah.
- Jangan memakai pakaian dalam ketat.
- Ganti pakaian secara rutin.
Selain beberapa langkah di atas, mencegah infeksi jamur dan bakteri bisa dilakukan dengan mengonsumsi multivitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk mendapatkannya, segera download Halodoc dan cek kebutuhan multivitamin di Toko Kesehatan pada aplikasi tersebut, ya!