Imunisasi BCG dan DPT, Mana yang Lebih Dulu?
Halodoc, Jakarta - Menurut jadwal imunisasi rekomendasi IDAI 2017 (Ikatan Dokter Anak Indonesia) tertera bahwa vaksin DPT paling cepat diberikan pada anak saat usia 6 minggu. Sedangkan vaksin BCG diberikan saat sebelum anak memasuki usia 3 bulan, optimalnya pada usia 2 bulan.
Jika pemberian vaksin terlambat atau tidak sesuai jadwal, sebenarnya tidak akan mengurangi efektivitas dari vaksin tersebut dalam membentuk imunitas tubuh. Namun, selama jangka waktu keterlambatan atau ketidaksesuaian jadwal, antibodi yang dimiliki anak untuk melawan jenis penyakit akan melemah. Karenanya anak jadi lebih rentan terhadap penyakit. Jika anak mendapatkan vaksin tidak sesuai jadwal, vaksin ulang perlu dilakukan dengan memberikan vaksin lanjutan.
Baca juga: Perlu Tahu, Ini Jadwal Pemberian Imunisasi pada Anak
Manfaat Vaksin BCG
Pemberian vaksin BCG pada bayi di Indonesia biasanya dilakukan pada bayi yang baru lahir. Biasanya, vaksin dianjurkan paling lambat diberikan sebelum usianya 3 bulan, paling optimal saat usia 2 bulan. Bagi bayi yang diberikan imunisasi BCG setelah usia 3 bulan, maka perlu dilakukan tes tuberkulin terlebih dahulu.
Tes tuberkulin (tes Mantoux) dilakukan dengan cara menyuntik protein kuman TB (antigen) pada lapisan kulit lengan atas. Kulit akan bereaksi terhadap antigen, jika sudah terpapar kuman TB. Reaksi tersebut berupa benjolan merah pada kulit di area penyuntikan.
Vaksin BCG dibuat dari bakteri tuberkulosis yang telah dilemahkan dan tidak menyebabkan penerima vaksin menjadi mengidap TB. Bakteri yang digunakan merupakan Mycobacterium bovine, yang mirip dengan bakteri penyebab tuberkulosis pada manusia.
Baca juga: Bukan Cuma Bayi, Orang Dewasa Butuh Imunisasi DPT
Pemberian vaksin ini dapat memicu sistem imun menghasilkan sel-sel yang dapat melindungi tubuh dari bakteri tuberkulosis. Vaksin BCG sangat efektif mencegah penyakit tuberkulosis, termasuk jenis yang paling berbahaya yaitu meningitis TB pada anak.
Vaksin BCG merupakan tindakan yang penting untuk melindungi kesehatan bayi. Hanya saja, sebelum melakukan vaksin sebaiknya perhatikan juga kondisi bayi. Bila perlu, diskusikan pada dokter spesialis anak melalui aplikasi Halodoc untuk mendapatkan solusi terbaik.
Pemberian Vaksin DPT pada Anak
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan pemberian vaksin DPT kepada anak sejak usia balita. Vaksin DPT terjadi dari 3 jenis, yaitu vaksin campuran DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan secara bertahap sesuai usia anak.
Vaksin DPT merupakan program imunisasi dasar dan lanjutan yang wajib diberikan kepada anak-anak. Imunisasi dasar diawali sejak bayi belum genap satu tahun, yang diberikan sebanyak 3 kali (2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan). Selanjutnya, anak akan diberikan imunisasi lanjutan atau booster pada usia 18 bulan dan usia 5 tahun.
Baca juga: Jenis Imunisasi yang Harus Didapatkan Anak Sejak Lahir
Ibu perlu mewaspadai efek samping dari vaksin DPT. Risiko penerimaan vaksin DPT lebih kecil dibanding risiko anak mengalami penyakit difteri, pertusis, atau tetanus. Seperti obat lainnya, vaksin DPT pun mengakibatkan efek samping, walaupun risiko efek samping yang mengarah pada kondisi berbahaya dan mengancam jiwa sangat kecil.
Berikut efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin DPT:
- Demam.
- Rasa nyeri, bengkak, atau merah pada daerah tubuh yang disuntik.
- Anak menjadi rewel, muntah, lemas, atau tidak nafsu makan.
Itulah yang perlu orangtua ketahui mengenai pemberian dan urutan jadwal pelaksanaan vaksin BCG dan DPT. Jangan lupa untuk memberikan vaksin secara lengkap dan terjadwal, ya!