Ilmuwan Sebut Virus Corona Bisa Menyebar Melalui Udara
Halodoc, Jakarta - Pada Februari 2020 Wakil kepala Biro Urusan Sipil Shanghai, Tiongkok mengutarakan klaim mengejutkan menyoal virus corona jenis SARS-CoV-2. Pejabat tersebut mengatakan virus penyebab pagebluk COVID-19 ini bisa menyebar lewat udara (airborne disease).
Kala itu, klaim kontroversial ini tentu menimbulkan kepanikan. Sanggahan demi sanggahan pun berdatangan. Menurut ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, tidak ada bukti ilmiah yang mendasari argumen tersebut. Bantahan juga datang dari pakar virus di Australian Infectious Diseases Research Centre. Sang pakar berkata, pernyataan tersebut hanya klaim liar tanpa bukti pendukung.
Lalu, apa kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)? Laporan yang dibuat WHO dalam Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) juga berkata senada. Di sana jelas dikatakan, penyebaran melalui udara belum dilaporkan untuk COVID-19. Penyebaran melalui udara tidak diyakini sebagai pendorong utama transmisi berdasarkan bukti yang tersedia.
Namun, bantahan-bantahan tersebut kini memasuki babak baru. Lima bulan berselang, saat ini virus corona diduga kuat sebagai airborne disease.
Baca juga: Hadapi Virus Corona, Ini Hal yang Harus dan Jangan Dilakukan
Ratusan Ilmuwan Tekan WHO
Selama masa pandemi COVID-19, WHO mengamini virus corona hanya menular melalui droplet (percikan bersin atau batuk), belum melalui udara. Singkat kata, COVID-19 bukanlah airborne disease, begitulah tegas WHO.
Akan tetapi, 239 ilmuwan dari 32 negara kontra dengan pernyataan WHO tersebut. Mereka pun mengirimkan surat terbuka pada WHO yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases. Para ilmuwan tersebut menemukan adanya bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus jahat ini bisa menyebar di udara.
Artinya, SARS-CoV-2 terdapat di dalam partikel yang jauh lebih kecil dari droplet, dan bisa melayang selama berjam-jam setelah seseorang berbicara atau bernapas. Para ilmuwan di atas menganggap WHO lamban untuk merespons situasi terkini. Padahal, SARS-CoV-2 benar-benar baru, dan fakta mengenai virus tersebut bisa berubah kapan saja.
"Ini jelas bukan serangan terhadap WHO, ini merupakan debat ilmiah. Namun, kami merasa harus mengumumkan kepada publik karena WHO menolak bukti ini” terang Jose Jimenez, ahli kimia dari University of Colorado, seperti dilansir BBC, 8 Juli 2020 (Coronavirus: WHO rethinking Coronavirus: WHO rethinking how Covid-19 spreads in air).
Dugaan virus corona yang mampu menyebar di udara sebenarnya bukan barang baru. Ada studi menarik yang bisa kita simak. Contohnya, pada Maret 2020, studi dari The New England Journal of Medicine bertajuk: Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. Apa kata para pakar dalam studi tersebut?
Baca juga: Kasusnya Meningkat , Ini 8 Cara Perkuat Sistem Imun Tangkal Virus Corona
Di sana disebutkan, virus corona bisa hidup hingga tiga jam di udara, mirip dengan saudara kandungnya, yaitu SARS-CoV-1 (penyebab SARS). Lalu, dapatkah virus ini menular lewat udara?
"Kami sama sekali tidak mengatakan bahwa ada transmisi (penularan) virus secara aerosol, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa virus tetap bertahan untuk jangka waktu yang lama dalam kondisi tersebut, sehingga secara teori dimungkinkan," jelas pemimpin studi Neeltje van Doremalen di National Institute of Allergy Infectious Diseases.
Akui dan Terus Kumpulkan Bukti
Lalu, bagaimana sikap WHO terhadap penelitian ratusan ahli di atas? WHO pun kini akhirnya mengakui bukti bahwa SARS-CoV-2 dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara. Pejabat di WHO mengatakan, bukti-bukti dari para ilmuwan tak bisa dikesampingkan.
"Kemungkinan akan adanya transmisi lewat udara di lingkungan publik, khususnya di kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup dan berventilasi buruk telah dideskripsikan, tapi bukti ini tidak bisa dikesampingkan," ujar Benedetta Allegranzi, pemimpin teknis untuk pencegahan dan pengendalian infeksi WHO, seperti dilansir Reuters (7/7)
Meski selama ini virus corona yang menyebar lewat udara hanya ditemui pada kondisi atau lingkungan terbatas, tetapi bukti tersebut tak terbantahkan. "Bukti-bukti tetap harus dikumpulkan dan diinterpretasikan, dan kami akan terus mendukung ini," tambah Allegranzi.
Baca juga: Ini yang Harus Diperhatikan saat Isolasi di Rumah Terkait Virus Corona
Ubah Protokol Kesehatan?
Seperti penjelasan di atas, selama ini WHO mengamini virus corona hanya menular lewat droplet. Faktanya, ada bukti baru yang menunjukkan virus corona dapat menyebar di udara dan mungkin bersifat infeksius. Nah, kini pertanyaanya bagaimana dengan protokol kesehatan yang selama ini diterapkan?
Meski sudah mengakui bukti dan teori di atas, WHO belum menurunkannya secara resmi sebagai sikap lembaga. WHO pun juga belum memasukkan risiko ke dalam protokol kesehatan. Akan tetapi, WHO mengatakan mungkin saja protokol kesehatan di atur ulang.
Misalnya, menerapkan penggunaan masker yang lebih masif dan mengetatkan aturan jaga jarak, terutama di restoran atau transportasi umum. Tak cuma itu saja, protokol di rumah sakit juga mungkin diatur ulang. Sebab ketika pasien yang terinfeksi penyakit yang bersifat airborne, maka hal tersebut akan mengubah tata laksana perawatan di rumah sakit.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
WHO. Diakses pada 2020. Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
The New England Journal of Medicine. Diakses pada 2020. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1.
BBC. Diakses pada 2020. Coronavirus: WHO rethinking how Covid-19 spreads in air.
The New York Times. Diakses pada 2020. 239 Experts With One Big Claim: The Coronavirus Is Airborne.
Reuters. Diakses pada 2020. WHO acknowledges 'evidence emerging' of airborne spread of COVID-19.
CNBC. Diakses pada 2020. WHO considers ‘airborne precautions’ for medical staff after study shows coronavirus can survive in air.
Newsweek. Diakses pada 2020. Coronavirus Could Be Airborne, Chinese Official Claims.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan