Ini Penjelasan Mengapa Ibu Rumah Tangga Lebih Rentan Mengalami Depresi
Halodoc, Jakarta – Seperti halnya depresi ataupun stres yang dialami para ibu setelah melahirkan, ibu rumah tangga yang menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah juga kerap mengalami depresi.
Menurut Melinda Paige, Ph.D., profesor konseling kesehatan mental klinis di Argosy University, Atlanta, mengatakan perasaan terisolasi, kehilangan tujuan dan identitas, serta kurangnya interaksi sosial karena terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah adalah pemicu depresi pada ibu rumah tangga.
Mengatur rumah tangga bukan perkara gampang, menjaga anak-anak kecil, mengatur situasi rumah tangga, butuh tak hanya kesehatan fisik yang prima, tapi juga mental yang stabil. Waktu yang terkuras karena mengurus rumah tangga membuat ibu rumah tangga mengabaikan kebutuhannya sendiri. Hal inilah yang membuat ibu rumah tangga kurang menghargai dirinya sendiri.
Ternyata rasa rendah diri, bahkan lebih besar tekanannya ketika seorang perempuan yang dulunya adalah wanita karier tiba-tiba berubah menjadi ibu rumah tangga. Kehilangan identitas dan kemandiriannya sebagai perempuan pekerja bisa jadi pemicu depresi.
Baca juga: Memahami Psikologi Remaja Lewat Karakter Euis dalam Film Keluarga Cemara
Selain hal-hal internal dan perubahan “profesi”, pola asuh dan pandangan mengenai peran laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga bisa menjadi faktor lainnya. Terutama bila laki-laki tidak memberikan peran yang sewajarnya dalam rumah tangga, sehingga bisa jadi menambah beban emosi pada ibu rumah tangga.
Emosi Berpengaruh pada Pola Asuh Anak
Bila menggali lebih dalam dampak stres ataupun depresi pada ibu rumah tangga yang tinggal di rumah, tak jauh-jauh akan juga terkait pada pola asuh anak. Ini nantinya akan berpengaruh bagaimana ibu mengasuh anak dan bukan tak mungkin malah menularkan stres ke anak-anak.
Ibu rumah tangga yang mengalami depresi cenderung melampiaskan amarah dan emosi negatifnya ke anak, dan ini sangat tidak baik terhadap perkembangan psikologis anak. Anak bisa jadi mengembangkan sikap agresif atau malah tertutup, menjadi pendiam, dan memendam perasaan.
Berteriak pada anak dapat menghasilkan masalah ketidakamanan yang serius bagi anak-anak. Dalam beberapa kasus, itu juga dapat menyebabkan anak memiliki masalah dengan rasa bersalah.
Baca juga: Orangtua Perlu Tahu Dampak Negatif Menakut-nakuti Anak
Anak-anak antara usia 0–3 tahun sangat rentan terhadap ketidakstabilan emosional orangtua mereka. Namun, ini tidak berarti bahwa anak yang lebih besar tidak terluka.
Sangat penting bagi orangtua untuk menyadari dan mengendalikan perilaku di sekitar anak-anak mereka setiap saat. Ini tidak hanya mendukung kesehatan mental sebagai orang dewasa, tapi juga kesehatan anggota keluarga lain terutama perkembangan anak-anak.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan ibu rumah tangga untuk menghindari stres dan depresi:
-
Bicarakan Mengenai Tugas dan Kewajiban kepada Pasangan
Tidak ada salahnya membicarakan tugas dan kewajiban kepada pasangan. Jangan karena ibu tinggal di rumah, suami lepas tangan.
-
Minta Bantuan
Ibu rumah tangga juga manusia yang membutuhkan bantuan untuk mengerjakan urusan rumah tangga. Bila tidak bisa memiliki asisten rumah tangga, segeralah bicarakan dengan suami mengenai kemungkinan untuk membagi tugas ataupun bantuan dari saudara, serta pemecahan solusinya.
-
Ambil Waktu untuk Diri Sendiri
Supaya tetap “waras” ibu rumah tangga, sebaiknya mengambil waktu untuk jauh dari anak-anak dan suami. Aktivitas yang dilakukan bisa menonton film di bioskop, ke salon, atau hanya sekadar berendam di bak mandi hangat.
Baca juga: WHO: Kecanduan Game Merupakan Gangguan Mental
-
Ingat Anak-Anak
Sejatinya, sekeras atau sesusah apapun pekerjaan rumah tangga ataupun ketidakpuasan dengan pasangan, ibu rumah tangga harus mengingat anak-anak. Pernikahan bukan hanya soal kepuasan pasangan, tapi lebih pada tanggung jawab mengasuh anak-anak.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai kenapa ibu rumah tangga rentan mengalami depresi, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.