Ibu, Ini 4 Ciri Remaja yang Menyalahgunakan Napza
“Remaja adalah kelompok usia yang rentan terjerumus ke penyalahgunaan napza. Itu sebabnya, orang tua perlu mengenali ciri-ciri anak yang menyalahgunakan obat terlarang ini. ”
Halodoc, Jakarta – Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Zat berbahaya ini bisa memengaruhi pikiran dan perilaku pemakaianya. Remaja merupakan kelompok usia yang rentan melakukan penyalahgunaan napza.
Itu sebabnya, para orang tua perlu lebih berhati-hati dan mengawasi anak supaya tidak terjerumus ke dalam perilaku negatif ini. Amati setiap tanda-tanda yang mencurigakan. Terutama jika ada perubahan kepribadian, minat dan penampilan fisik anak.
Tanda Penyalahgunaan Napza pada Remaja
Berikut ini beberapa tanda penyalahgunaan napza pada remaja:
1. Perubahan kebiasaan normal
Orang tua perlu waspada jika anak mengalami perubahan kebiasaan yang sebelumnya rutin mereka lakukan. Sebab, hal ini bisa menjadi ciri penyalahgunaan napza. Contoh perubahannya bisa berupa:
- Nafsu makan meningkat, atau justru tiba-tiba kurang nafsu makan.
- Perubahan dalam grup teman, terutama jika mereka tidak menghabiskan waktu dengan orang-orang yang dulu dekat dengannya.
- Keluhan dari guru tentang perilaku buruk di kelas.
- Prestasi di sekolah yang kian memburuk.
2. Perubahan penampilan fisik
Ciri lain yang bisa orang tua amati adalah perubahan fisik. Sebenarnya, perubahan ini tergantung pada jenis napza yang anak gunakan. Namun, penyalahgunaan obat terlarang ini umumnya menimbulkan perubahan fisik berikut ini:
- Mata merah.
- Memar, luka, atau bekas luka di bagian lengan.
- Memakai lengan panjang di cuaca panas saat mereka biasanya memakai lengan pendek.
- Pipi memerah.
- Tidak memperhatikan penampilan dan kebersihan pribadi.
- Ada jelaga di jari atau bibir.
- Gemetar atau tremor.
- Bau yang tidak biasa pada pakaian atau napas. Mereka mungkin mengunyah permen karet atau makan permen untuk menutupinya.
- Mimisan atau pilek.
- Menjilat bibir terus menerus.
3. Perilaku rahasia
Mayoritas remaja yang melakukan penyalahgunaan obat terlarang ini biasanya menjadi lebih tertutup. Waspadalah jika anak yang tadinya ekstrovert mulai menjadi pendiam atau seorang introvert menarik diri lebih jauh.
Berikut perubahan yang perlu orang tua waspadai:
- Keluar di malam hari atau menghilang untuk waktu yang lama.
- Mengunci pintu.
- Menghindari kontak mata.
- Melakukan pencurian.
- Sering bolos sekolah atau tidak masuk kelas.
4. Perubahan di rumah
Perubahan kebiasaan di rumah juga bisa menjadi tanda penyalahgunaan napza. Tanda-tandanya mungkin saja lebih halus, sehingga orang tua perlu lebih ketat mengawasi anak.
Contoh perilaku yang perlu diwaspadai contohnya:
- Menyimpan bungkus atau wadah di tempat tersembunyi.
- Terdapat obat-obatan, seperti alat merokok, obat tetes mata, korek api butana, dan jarum suntik di kotak penyimpanannya.
Selain ciri di atas, gejala yang ditimbulkan akibat pemakaian napza juga tergantung pada jenisnya. Untuk mengetahuinya lebih dalam, sebaiknya baca artikel berikut ini: Penyalahgunaan Napza – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan.
Penyebab Penyalahgunaan Napza
Ada sejumlah faktor yang bisa menjerumuskan anak remaja kepada perilaku penyalahgunaan obat terlarang ini . Berikut sederet faktornya:
1. Faktor individu
Masa remaja adalah perubahan drastis seorang anak sebelum menginjak dewasa. Bukan hanya mengalami perubahan biologis, remaja juga mengalami perubahan psikologis dan sosial yang amat pesat.
Nah, perubahan drastis ini bisa menyulitkannya bahkan memicu stres. Kurangnya dukungan dari orang tua, keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang sangat otoriter atau serba membolehkan bisa memperburuk keadaan ini. Alhasil, mereka rentan masuk ke dalam pergaulan bebas yang mengarah ke perilaku negatif. Salah satunya penyalahgunaan napza.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga berperan besar dalam penyalahgunaan napza. Nah, faktor yang satu ini bisa berasal dari lingkungan sekolah, teman sebaya bahkan keluarga sekalipun.
Berikut beberapa hal yang bisa memicu terjadinya penyalahgunaan napza pada anak remaja:
- Orang tua atau anggota keluarga yang menyalahgunakan obat terlarang ini .
- Tata tertib keluarga yang tidak konsisten atau tidak disiplin.
- Kurangnya pendidikan beragama dalam keluarga.
- Sekolah yang kurang disiplin atau berada dilingkungan tempat hiburan yang rentan terjadi perdagangan obat terlarang ini .
- Teman sebaya yang menggunakan obat terlarang ini .
- Sekolah tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan diri ke arah yang positif .
- Adanya ancaman dari teman atau pengedar narkoba.
- Mudahnya akses untuk mendapatkan napza.
- Melihat iklan rokok atau minuman alkohol yang menarik untuk dicoba.
Langkah Pengobatan Penyalahgunaan Napza
Apabila orang tua mendapati anak menggunakan obat terlarang ini, bicarakan baik-baik terlebih dahulu. Beri pengertian tentang bahaya penggunaan obat terlarang ini.
Tekankan bahwa meskipun berbahaya, tetapi itu tidak berarti bahwa mereka adalah orang jahat. Ayah dan ibu bisa membaca artikel berikut saat ingin menjelaskan bahaya narkoba pada anak: Cara Menjelaskan Bahaya Narkoba pada Remaja.
Luangkan lebih banyak waktu dengan anak, ketahui keberadaan mereka, dan minta mereka untuk lebih terbuka. Langkah selanjutnya adalah mencari bantuan supaya anak bisa terlepas dari bahaya kecanduan obat terlarang ini.
Di Indonesia sendiri terdapat sistem rehabilitasi yang dijalankan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). IPWL bisa berupa puskesmas, rumah sakit, atau lembaga lain yang ditetapkan pemerintah.
Nah, ada tiga tahap rehabilitasi untuk seseorang yang melakukan penyalahgunaan napza, yaitu:
1. Pemeriksaan
Pertama-tama pengguna obat-obatan terlarang ini perlu menjalani serangkaian pemeriksaan sebelum memulai proses rehabilitasi. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kecanduan dan efek samping yang anak rasakan.
Pemeriksaannya bisa berupa tes urine, tes darah dan Drugs Abuse Screen Test (DAST). DAST terdiri dari berbagai pertanyaan seputar pemakaian narkoba dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika hasilnya mengarah ke tanda-tanda depresi dan gangguan perilaku, terapis akan membuat strategi perawatan untuk mengatasi efek tersebut sebelum rehabilitasi dilakukan.
2. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi)
Pada tahap rehabilitasi medis, remaja yang menggunakan obat terlarang harus menghentikan pemakaian obat-obatan secara total. Boleh dibilang, ini adalah tahap yang cukup berat karena bisa membuat pemakai obat terlarang ini sakau atau mengalami gejala penarikan.
Untuk meringankannya, dokter memberikan obat-obatan seperti metadon, buprenofin, atau naltrexone untuk mengendalikan gejala sakau tersebut. Proses detoksifikasi bisa memakan waktu yang berbeda-beda, tergantung tingkat kecanduan.
3. Tahap rehabilitasi non medis
Setelah berhasil melalui tahap detoksifikasi, pemakai obat terlarang ini masuk ke tahap rehabilitasi non medis. Di sini, terapis akan membantu pemulihan mereka untuk jangka panjang.
Misalnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif, konseling, psikoterapi, atau pembinaan spiritual. Mereka juga bisa bergabung ke komunitas atau kelompok penyintas untuk saling berbagi pengalaman dan mendapat dukungan.
Konsultasi langsung dengan psikiater atau psikolog terpercaya di Halodoc✔️ sebagai bagian dari upaya pengobatan remaja yang sudah terlanjur kecanduan.
4. Bina lanjut (after care)
Pada tahap akhir ini, terapis menyarankan anak remaja yang melakukan penyalahgunaan napza untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Tujuan utamanya untuk mengisi aktivitas mereka dengan kegiatan yang bermanfaat.
Usai dinyatakan sembuh, anak bisa kembali kehidupan normalnya. Meski begitu, orang tua dan terapis wajib mengawasinya secara ketat. Anak juga perlu pemeriksaan secara berkala untuk memastikan mereka tidak kembali ke perilaku negatif sebelumnya. Sebab, tak sedikit anak yang kembali terjerumus ke penyalahgunaan napza.