Ibu Harus Tahu, Gejala Atresia Ani pada Bayi
Halodoc, Jakarta - Atresia ani, atau dikenal Imperforate Anus dan Anorectal Malformations, adalah kondisi cacat lahir yang terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan ini berarti bayi memiliki anus yang tidak berkembang dengan benar. Hal ini mengakibatkan ia tidak mampu buang air besar secara normal.
Kondisi ini berkembang di dalam rahim mulai minggu kelima hingga ketujuh kehamilan. Penyebab dari kelainan lahir ini belum diketahui. Bisa juga, bayi yang mengalami gangguan kesehatan ini juga memiliki kelainan lain pada organ duburnya. Bayi yang mengalami imperforate anus dapat mengalami kondisi-kondisi seperti ini, di antaranya:
-
Pembukaan pada dubur terlalu kecil atau berada pada lokasi yang salah, sehingga menyebabkan buang air besar terasa menyakitkan, atau berakibat sembelit yang parah.
-
Tidak ada pembukaan dubur, tetapi ada bagian lain dari usus kecil atau rektum yang memasuki bagian lain di daerah panggul, seperti kandung kemih atau vagina. Kondisi ini bisa mengakibatkan infeksi kronis atau penyumbatan usus (kondisi ketika kotoran atau tinja terperangkap di dalam tubuh).
-
Tidak ada pembukaan dubur. Rektum, sistem reproduksi, dan sistem urologi membentuk saluran tunggal yang disebut kloaka, tempat pengeluaran urin dan juga feses. Hal ini dapat menyebabkan infeksi kronis.
Baca juga: Bayi Mengidap Atresia Ani, Ibu Harus Apa?
Apa Saja Gejalanya?
Gejala dan tanda dari kelainan atresia ani biasanya akan semakin jelas setelah bayi lahir. Gejala ini meliputi:
-
Tidak adanya lubang anus.
-
Lubang anus berada di tempat yang salah.
-
Bayi tidak buang air besar selama 24 hingga 48 jam pertama.
-
Feses keluar dari tempat yang salah, seperti uretra, skrotum, vagina, atau pada pangkal penis.
-
Perut membengkak.
Tidak sedikit bayi yang lahir dengan kelainan ini memiliki kelainan tambahan. Beberapa di antaranya adalah:
Baca juga: Begini Diagnosis Atresia Ani pada Bayi dalam Kandungan
-
Kelainan pada ginjal atau saluran kemih.
-
Kelainan pada tulang belakang.
-
Kelainan pada tenggorokan atau trakea.
-
Kelainan pada esofagus.
-
Kelainan pada lengan dan kaki.
-
Down syndrome, yang merupakan kelainan kromosom yang terkait dengan keterlambatan kognitif, cacat intelektual, penampilan wajah yang khas, dan otot yang lemah.
-
Penyakit Hirschsprung, yaitu kondisi melibatkan sel-sel saraf yang hilang dari usus besar.
-
Atresia duodenal, yang merupakan perkembangan yang tidak sempurna dari bagian pertama usus kecil.
-
Kelainan jantung bawaan.
Pengobatan untuk Atresia Ani
Kelainan atresia ani hampir selalu membutuhkan operasi. Beberapa prosedur tambahan mungkin juga diperlukan, seperti misalnya kolostomi. Khusus untuk kasus kolostomi, ahli bedah membuat dua lubang kecil pada bagian perut. Dokter akan menempelkan bagian bawah usus pada salah satu lubang, dan bagian atas usus pada lubang lainnya. Tindakan pengobatan dilakukan bergantung pada kondisi dari bayi, seperti letak rektum atau keterlibatan fistula.
Baca juga: 2 Prosedur Medis pada Bayi dengan Atresia Ani
Metode anoplasti perineum memungkinkan penutupan fistula sehingga rektum tidak lagi melekat pada uretra atau vagina. Lalu, akan dibuat lubang anus dengan posisi normal. Cara mencegah terjadinya penyempitan anus, diperlukan peregangan anus secara berkala atau yang disebut dengan pelebaran anal. Aktivitas ini dilakukan selama beberapa bulan.
Itu tadi gejala atresia ani pada bayi yang perlu ibu ketahui. Inilah mengapa ibu perlu memeriksakan kondisi kehamilan secara rutin. Jika ibu merasa muncul adanya gejala aneh pada kehamilan ibu, segera tanyakan pada dokter ahli kandungan melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan