Ibu Hamil Terkena Kusta, Dapatkah Menular pada Bayinya?
Halodoc, Jakarta – Kusta adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, jaringan saraf perifer, mata, dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung. Gejala utama kusta adalah timbulnya bercak warna putih dan benjolan di lesi kulit yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau lebih. Lesi kulit juga disertai gejala kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot. Walaupun penyebabnya sama, penyakit kusta dapat menyebabkan gejala yang berbeda pada kulit, tergantung dari pertumbuhan bakteri itu sendiri.
Baca Juga: 4 Jenis Penyakit Kulit yang Perlu Diwaspadai
Meskipun tidak mengancam jiwa, pengidap kusta sering mendapatkan stigma dan diskriminasi yang berdampak negatif pada kondisi psikologisnya. Hal ini juga berdampak bagi anggota keluarganya.
Penyakit kusta ditularkan melalui kontak kulit yang lama dengan pengidap. Misalnya dalam keluarga, ibu dapat menularkan kista ke Si Kecil atau anggota keluarga lainnya. Lalu dalam kasus ibu hamil yang terkena kusta, apakah bisa menular pada janin yang dikandungnya?
Kusta dan Kehamilan
Kusta dan kehamilan saling memengaruhi satu sama lain. Tanda dan gejala kusta sebagian besar disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh. Perubahan hormon selama kehamilan dan kusta yang diidap ibu hamil menurunkan kekebalan tubuhnya, sehingga bisa berdampak negatif pada janin dalam kandungan. Misalnya, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (BBLR), plasenta lebih kecil, hingga kematian janin. Risiko penularan kusta mungkin terjadi saat Si Kecil baru lahir atau seiring tumbuh kembangnya. Kusta dapat memburuk selama kehamilan dan tanpa perawatan yang tepat, kusta dapat merusak kulit, saraf, anggota badan, dan mata secara permanen. Maka itu, penting untuk mendiagnosis dan mengobati kusta selama kehamilan.
Baca Juga: Deteksi 9 Penyakit Serius Ini Melalui Kesehatan Kuku
Diagnosis Kusta
Ketika ibu merasa memiliki gejala kusta, ibu dapat berdiskusi dengan dokter Halodoc untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis kusta antara lain:
-
Pemeriksaan bakterioskopik. Dilakukan dengan pengambilan jaringan kulit di beberapa tempat, lalu diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri M. Lepra.
-
Pemeriksaan histopatologis. Tujuannya untuk melihat perubahan jaringan dikarenakan infeksi.
-
Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh pengidap kusta.
Penanganan Kusta untuk Ibu Hamil
Tujuan utama pengobatan kusta adalah memutuskan mata rantai penularan, menurunkan insiden penyakit, mengobati, dan mencegah timbulnya kecacatan permanen. Untuk mencapai kesembuhan dan mencegah resistensi, pengobatan infeksi kulit menggunakan kombinasi beberapa antibiotik yang disebut dengan multi drug treatment (MDT) yang terdiri dari dapson, rifampisin, dan clofazimine. Terapi ini sangat efektif untuk pengidap kusta dan dianggap aman, baik untuk ibu maupun anak. Sebagian besar obat anti-lepra diekskresikan ke dalam ASI dan sejauh ini tidak ada laporan efek samping yang ditimbulkan, kecuali perubahan warna kulit bayi karena clofazimine. MDT untuk pengidap kusta harus terus dilakukan selama kehamilan dan menyusui.
Baca Juga: Ibu Hamil Bolehkah Minum Obat?
Di Indonesia, masih sangat jarang ditemui kasus ibu hamil yang mengidap kusta. Apabila ibu mengalami gejala yang mirip dengan kusta, segera bicara dengan dokter kulit Halodoc untuk mendapatkan rekomendasi penanganan yang tepat. Gunakan fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan dimana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan