Hubungan Tantrum Berlebihan dan Kesehatan Mental Anak
“Tantrum adalah ekspresi frustrasi pada anak yang belum bisa menunjukkan emosinya. Meski wajar, tantrum berlebihan bisa jadi indikasi adalah gangguan kesehatan mental pada anak.”
Halodoc, Jakarta – Tantrum adalah kondisi yang ditandai dengan tangisan, rengekan, menendang, dan memukul. Kondisi ini menyasar anak berusia 1-3 tahun. Tantrum pada anak terjadi ketika mereka lapar, haus, lelah, dan merasa tidak nyaman.
Kaitan Tantrum pada Anak dan Kesehatan Mentalnya
Tantrum terdiri dari beberapa jenis. Kondisi ini ditandai karena adanya masalah emosional, mental, dan perilaku pada anak. Beberapa gejala tantrum yang mengindikasikan adanya masalah mental yaitu:
- Tantrum terjadi dalam waktu yang lama.
- Tantrum sering terjadi.
- Anak melakukan kekerasan seperti menyiksa diri sendiri.
- Anak membanting dan membuang barang.
Tantrum termasuk perilaku normal yang dialami oleh anak kecil. Para peneliti menemukan jika durasi tantrum yang lama, sering, kekerasan dan/atau merusak diri sendiri, dapat mengindikasikan adanya penyakit kejiwaan.
Tantrum terbagi beberapa bagian. Salah satunya temper tantrum. Kondisi ini umum dan normal untuk anak kecil. Peneliti Washington University telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang terkait dengan tantrum yang dapat mengindikasikan adanya penyakit kejiwaan.
Mengutip Januari The Journal of Pediatrics para peneliti membandingkan amukan pada anak-anak yang sehat dengan amukan pada anak-anak yang didiagnosis dengan depresi yang mengganggu. Sebagian besar anak-anak mengalami temper tantrum di beberapa titik.
Hanya saja, para peneliti menemukan anak-anak yang sehat cenderung kurang agresif dan umumnya memiliki tantrum yang lebih pendek daripada teman-teman mereka yang mengalami depresi dan gangguan tertentu.
Apakah Tantrum Dapat Dicegah?
Belum ada langkah pasti yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantrum. Namun, dengan pola asuh anak yang tepat akan mendorong ia berperilaku baik. Berikut beberapa langkah yang bisa ibu lakukan:
- Konsisten. Tetapkan rutinitas harian sehingga anak tahu apa yang ibu harapkan. Salah satunya waktu tidur siang dan malam. Anak akan menjadi tantrum jika waktu istirahatnya tidak cukup.
- Buat rencana. Jika ibu dalam kondisi menunggu dalam antrian, bawalah mainan kecil atau makanan ringan untuk menemani anak. Situasi ini bisa membuat perhatiannya teralihkan.
- Biarkan anak ibu membuat pilihan. Kurangi frekuensi mengatakan tidak untuk semuanya. Caranya, berikan anak pilihan: “Mau pakai baju merah atau baju biru?” “Apakah kamu ingin makan stroberi atau pisang?” “Apakah ingin membaca buku atau membangun menara dengan balok-balok?”
- Pujilah perilaku yang baik. Tawarkan perhatian ekstra ketika anak berperilaku baik. Beri anak pelukan atau beri tahu anak betapa bangganya ibu ketika anak berbuat sesuatu yang positif.
- Hindari situasi yang mungkin memicu tantrum. Jangan berikan mainan anak yang terlalu canggih untuknya. Jika anak meminta mainan atau camilan saat berbelanja, jauhi area dengan ini.
Saat kontrol diri anak meningkat, amukan seharusnya menjadi kurang umum. Sebagian besar anak mulai mengalami lebih sedikit tantrum pada usia 3 1/2 tahun. Jika anak membahayakan dirinya sendiri atau orang lain, menahan napas selama mengamuk sampai pingsan, atau amukan memburuk setelah usia 4 tahun tanya dokter tentang bagaimana langkah mengatasinya.
Jika ibu membutuhkan informasi lain seputar kesehatan, gaya hidup, dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga!
Referensi: