HOAX atau Fakta: Benarkah Mr P Pria Bisa Patah?
“Mr. P (penis) patah bisa terjadi saat ada trauma pada penis yang ereksi. Trauma pada penis paling sering disebabkan oleh hubungan intim. Kondisi ini adalah cedera menyakitkan yang biasanya terjadi pada dua pertiga bagian bawah penis.”
Halodoc, Jakarta – Mungkin banyak yang penasaran, benarkah penis bisa patah? Sebagian orang menganggap itu hanya hoax. Namun, faktanya penis bisa patah, meski hal tersebut jarang terjadi. Penis patah bisa terjadi saat ada trauma pada penis yang ereksi.
Penis patah berbeda dari kondisi patah pada bagian tubuh lain, karena penis tidak memiliki tulang. Selama ereksi, penis membesar karena darah mengisi dua silinder (corpora cavernosa). Jika penis yang membesar dibengkokkan secara tiba-tiba atau dengan paksa, maka trauma dapat merusak lapisan luar salah satu dari dua silinder (tunica albuginea). Hal inilah yang dapat mengakibatkan penis patah.
Keadaan yang Menyebabkan Penis Patah
Trauma pada penis paling sering disebabkan oleh hubungan seksual. Seperti ketika penis keluar dari vagina dan secara tidak sengaja terdorong ke panggul. Namun, penis patah juga bisa terjadi karena mastrubasi agresif.
Perlu diketahui, penis memiliki area jaringan seperti spons yang disebut corpus cavernosa. Ketika seorang pria mengalami ereksi, darah di penis terkonsentrasi di area ini. Saat penis ereksi, satu atau kedua sisi corpus cavernosa bisa patah yang mengakibatkan penis patah.
Penis patah biasanya hanya akan terjadi saat penis pria ereksi. Penis yang lembek biasanya tidak dapat patah, karena corpus cavernosa tidak membesar seperti saat penis ereksi.
Namun nyatanya, penis patah tidak hanya terjadi saat pria melakukan hubungan intim. Akan tetapi, bisa juga ketika posisi penis terbentur tulang. Penis patah juga diketahui dapat terjadi dalam keadaan berikut:
- Berguling di tempat tidur ketika penis sedang ereksi.
- Penis terbentur benda keras saat penis ereksi.
- Kecelakaan lainnya.
Gejala yang Dirasakan saat Penis Patah
Penis patah adalah cedera menyakitkan yang biasanya terjadi pada dua pertiga bagian bawah penis. Gejala penis patah meliputi:
- Pendarahan dari penis.
- Mengalami memar berwarna gelap pada penis.
- Mengalami kesulitan buang air kecil.
- Terdengar suara retak atau letupan.
- Kehilangan ereksi secara tiba-tiba.
- Rasa sakit yang bervariasi, dari minimal hingga parah.
Menurut penelitian, gejala penis patah yang tidak disertai suara letupan atau kehilangan ereksi yang cepat biasanya disebabkan oleh jenis cedera lain. Penis patah sering menyebabkan penis mengalami kondisi “eggplant deformity”, yaitu kondisi penis yang tampak ungu dan bengkak.
Gejala yang jarang terjadi, yaitu pembengkakan di skrotum dan darah dalam urine. Kondisi lain yang menyerupai penis patah termasuk pecahnya pembuluh darah dan arteri di penis dan ligamen suspensori yang pecah. Namun, diperlukan pemeriksaan fisik dan pencitraan untuk menentukan perbedaan antara kondisi tersebut.
Penanganan untuk Penis Patah
Kondisi penis patah biasanya memerlukan pembedahan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memulihkan atau mempertahankan kemampuan pria untuk ereksi dan mempertahankan fungsi kemih.
Setelah operasi, pengidap akan dirawat di rumah sakit dan diberikan obat pereda nyeri dan antibiotik. Pemulihan penis patah memerlukan waktu berbulan-bulan untuk sembuh total. Pengidap tidak boleh melakukan hubungan seksual setidaknya selama sebulan setelah operasi.
Pembedahan memiliki potensi pemulihan lebih dari 90 persen. Namun, beberapa pria akan mengalami efek samping setelah pemulihan. Misalnya, disfungsi ereksi, kelengkungan penis, dan ereksi yang menyakitkan.
Nah, itulah fakta bahwa penis bisa patah. Jika kamu pernah mengalami cedera serupa dan mengalami gejala yang mengkhawatirkan, sebaiknya kunjungi dokter untuk mendapatkan pemeriksaan. Kamu bisa membuat jadwal kunjungan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!