Harus Tahu, 9 Gejala dari Solusio Plasenta yang Dialami Bumil
Halodoc, Jakarta - Masalah pada kehamilan sebenarnya enggak melulu menyoal morning sickness saja, sebab masih banyak keluhan yang bisa menyerang ibu hamil. Salah satunya masalah pada plasenta, seperti solusio plasenta. Dalam dunia medis, gejala solusio plasenta bisa ditandai oleh banyak gejala.
Solusio plasenta sendiri merupakan lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan. Lepasnya plasenta ini bisa sebagian atau bisa pula seluruhnya. Meski kondisi ini jarang terjadi, namun solusio plasenta merupakan komplikasi kehamilan serius yang mesti ditangani dengan cepat dan tepat.
Baca juga: Baca juga:Solusio Plasenta Bisa Sebabkan Syok Saat Persalinan
Ingat, plasenta memiliki fungsi vital selama masa kehamilan. Organ inilah yang memberikan nutrisi dan oksigen ke janin dalam kandungan. Nah, solusio plasenta ini nantinya akan membahayakan nyawa ibu dan bayi bila tak segera ditangani. Pasalnya, kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan hebat pada ibu dan pastinya mengurangi suplai nutrisi dan oksigen untuk Si Kecil.
Bisa Menimbulkan Banyak Gejala
Selama sembilan bulan ibu mengandung (waktu normal), ada waktu-waktu tertentu yang membuat ibu rawan mengalami masalah ini. Contohnya, di usia kehamilan di atas enam bulan (trimester ketiga), terutama beberapa pekan sebelum proses persalinan. Gejala solusio plasenta ini tak hanya satu-dua hal saja. Sebab, ia bisa menimbulkan banyak tanda di tubuh pengidapnya.
Lalu, seperti apa sih gejala solusio plasenta?
-
Rasa nyeri pada punggung
-
Gerakan bayi dalam kandungan jadi kurang aktif, tak seperti biasanya
-
Kontraksi yang berlangsung cepat
-
Kejang rahim (tetanik) yang berat dan sangat nyeri
-
Kelainan denyut jantung janin
-
Nyeri perut
-
Hipofibrinogenemia
-
Perdarahan pada Miss V
-
Koagulopati.
Baca juga:Ibu Hamil Perlu Tahu 9 Penyebab Solusio Plasenta
Awasi Penyebabnya
Sampai kini penyebab pasti terjadinya solusio plasenta belum diketahui secara pasti. Tapi, ada beberapa faktor yang diduga bisa memicu atau meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta. Contohnya:
-
Trauma maternal, seperti jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor.
-
Merokok.
-
Konsumsi alkohol.
-
Penggunaan kokain.
-
Status ekonomi sosial rendah.
-
Tali pusat pendek.
-
Dekompresi rahim tiba-tiba.
-
Hipertensi maternal.
-
Hematoma subkorionik.
-
Peningkatan serum alpha-fetoprotein ibu.
-
Fibromyoma retroplasenta.
-
Perdarahan retroplasenta akibat tusukan jarum, seperti pada amniosentesis.
-
Abnormalitas pembuluh darah rahim.
-
Memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
-
Korioamnionitis.
-
Ketuban pecah dini.
-
Usia ibu lebih dari 35 tahun.
-
Usia ibu kurang dari 20 tahun.
-
Janin laki-laki.
Baca juga:Pada Usia Kehamilan ke Berapa Solusio Plasenta Terjadi?
Lalu, bagaimana sih cara mengatasi masalah plasenta ini? Sebenarnya jenis perawatan yang dilakukan tergantung dari tingkat keparahannya, usia kandungan, dan seberapa besar pengaruhnya bagi bayi. Andaikan ibu mengalami kondisi ringan, dan bayi tak mengalami tekanan, ibu bisa menjalani perawatan di rumah dengan rutin sepanjang kehamilan.
Tapi, jika kondisinya cukup parah, mau tak mau ibu harus menjalani rawat inap, sehingga kesehatan ibu dan bayi dapat diawasi dengan ketat.
Ibu memiliki masalah kesehatan atau keluhan kehamilan? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!