Hamil di Usia Remaja Tingkatkan Angka Kematian Ibu
Halodoc, Jakarta – Hamil dan memiliki anak adalah impian bagi sebagian besar wanita. Sayangnya, saat ini semakin banyak wanita yang sudah memutuskan untuk mengandung bahkan di usia yang masih sangat dini. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, ada sekitar 10 persen remaja yang berusia 15-19 tahun sudah menjadi ibu.
Artinya, remaja perempuan tersebut sudah melakukan penetrasi dan melewati proses persalinan. Padahal, ada risiko yang bisa berbahaya jika wanita hamil di usia yang masih sangat muda, salah satunya adalah terjadi komplikasi persalinan yang bisa berujung dengan kematian ibu.
Nyatanya, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut data Riskesdas tahun 2013, kematian ibu paling banyak terjadi di rumah sakit pemerintah, yaitu sekitar 41,9 persen. Kendati demikian, sebenarnya jumlah persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan (faskes), mulai dari bidan hingga rumah sakit meningkat. Data yang dimiliki SDKI, persalinan di faskes meningkat dari 46 persen di tahun 2007, naik menjadi 63,2 persen pada tahun 2017.
Baca juga: Belum 20 Tahun Sudah Hamil? Siap-Siap Hadapi Risiko Ini
Sementara data Susenas menunjukkan peningkatan angka persalinan di faskes dari 77,6 persen di tahun 2015, menjadi 79,7 persen pada tahun 2016. Artinya, sudah mulai banyak calon ibu yang mengerti bahwa keselamatan dirinya dan si buah hati adalah yang utama. Meski demikian, faktanya angka kematian ibu di Indonesia masih saja tinggi. Hingga tahun 2017, Kemenkes mencatat AKI mencapai 306 orang per 110 ribu.
Survei SDKI 2012 juga menyebut bahwa persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian dalam persalinan. Bahkan survei yang sama menyebut bahwa risiko kematian pada ibu di bawah usia 20 tahun jauh lebih tinggi dibanding pada ibu usia 20-39 tahun.
Baca juga: Pentingnya Pendamping saat Persalinan
Mengapa risiko komplikasi kehamilan dan persalinannya begitu besar?
Pada dasarnya, masa remaja merupakan waktu di mana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, psikologis maupun intelektual. Termasuk juga perkembangan reproduksi. Remaja biasanya masih berada dalam tahap perkembangan dan belum siap untuk menggunakan organ reproduksinya secara maksimal, terutama bagian rahim.
Selain itu, kehamilan pada usia remaja bisa menimbulkan efek negatif pada kesehatan remaja dan bayinya. Hamil di usia muda dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Kehamilan pada remaja pun terkait dengan aborsi yang tidak aman karena kehamilan yang tidak diinginkan.
Tak hanya itu, wanita di bawah usia 20 tahun umumnya belum siap dan belum cukup matang secara seksual, terutama dalam menghadapi kehamilan. Ditambah lagi, rata-rata wanita pada usia tersebut belum memiliki pengetahuan yang memadai seputar masalah persiapan dan kehamilan, hingga ke masalah persalinan. Selain terlalu muda, risiko juga menghantui para wanita yang hamil di usia terlalu tua. Risiko komplikasi persalinan semakin besar pada wanita di atas usia 35 tahun.
Baca juga: Persiapkan 3 Hal Ini Menjelang Kelahiran Si Kecil
Punya resep obat tapi enggak ada waktu untuk beli? Pakai aplikasi Halodoc saja! Lebih mudah beli vitamin, suplemen, atau produk kesehatan lain di Halodoc. Dengan layanan antar, pesanan akan dikirim ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan