Hal yang Terjadi pada Otak saat Mengalami OCD
Halodoc, Jakarta - Obsessive compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan kesehatan mental kronis ketika pengidapnya memiliki pikiran yang tidak terkendali atau atau dorongan yang muncul berulang-ulang. National Institute of Mental Health menyebutkan, orang dengan OCD tidak dapat mengendalikan pikiran atau perilakunya, bahkan ketika perilakunya itu berlebihan.
OCD tentunya dapat mengganggu kualitas hidup pengidapnya. Seseorang mungkin mengatasi masalah umum dengan mengikuti dorongan yang berlebihan atau tidak masuk akal. OCD menunjukkan gangguan otak yang disebabkan oleh pemrosesan informasi yang salah. Orang dengan OCD mengatakan bahwa otak mereka menjadi macet pada dorongan atau pemikiran tertentu.
Baca juga: Mengenal Lebih Jauh 5 Tipe Gangguan OCD
Pengembangan Otak pada Pengidap OCD
Pengidap gangguan obsesif-kompulsif memiliki sedikit masalah “abu-abu” di wilayah otak, yang menekan respons dan kebiasaan. Pemeriksaan otak mungkin memperlihatkan bagaimana seseorang yang berisiko genetik mengembangkan gangguan OCD. Pemeriksaan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa orang dengan OCD mungkin mewarisi kondisi ini dari keluarga.
Pada orang dengan OCD onset dini dan onset lambat saja mungkin akan berbeda satu sama lain. Studi pencitraan otak menunjukkan, orang dengan OCD onset dini memiliki pengurangan ukuran wilayah tertentu yang tidak terbukti pada orang yang OCD-nya terjadi secara terlambat.
Menariknya, orang dengan OCD onset lambat ternyata lebih buruk pada ukuran fungsi kognitif (berpikir) dibandingkan orang dengan OCD onset dini. Hanya saja, belum diketahui secara pasti mengapa ini terjadi dan apakah akan berdampak pada pengobatan.
Jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki OCD, orang-orang dengan OCD secara signifikan menunjukkan lebih banyak aktivitas di area otak yang terkait dengan mengenali kesalahan, tetapi lebih sedikit aktivitas di wilayah otak yang dapat menghentikan suatu tindakan atau dorongan kompulsif.
Perilaku juga berperan dalam pengembangan OCD, terutama saat seseorang sedang stres. Otak mulai mengasosiasikan objek atau situasi tertentu dengan ketakutan. Dan sebagai respons, kamu mungkin mulai menghindarinya dan membuat ritual untuk mengurangi kecemasan yang kamu rasakan ketika kamu mengalaminya.
Baca juga: Ketahui Obsesi Seksual yang Dialami Pengidap OCD
Perubahan serotonin neurokimia, serta dalam neurokimia dopamin atau glutaman, kemungkinan hadir dalam otak pengidap OCD. Manusia tampaknya mengalami perubahan dalam berbagai neurokimia, setidaknya sebagian bertanggung jawab atas gejala OCD. Namun, belum jelas apakah perubahan neurokimia ini menyebabkan gejala OCD atau apakah mereka muncul sebagai akibat dari mengalami gejala OCD. Selain itu, OCD mempengaruhi fungsi otak. Pengidap OCD mengalami fungsi otak yang berbeda dibanding orang yang tidak memiliki OCD.
Perawatan yang Dapat Dijalani Pengidap OCD
Perawatan yang paling efektif untuk pengidap OCD adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT), khususnya jenis CBT yang disebut Exposure and Response Prevention (ERP), yang terbukti kuat mendukung dalam pengobatan OCD. Selain itu perawatan yang dilakukan yaitu dengan obat yang disebut serotonin reuptake inhibitor (SRI).
Pilihan perawatan lain yang lebih invasif untuk OCD yang lebih parah termasuk bedah saraf untuk memutuskan koneksi antara daerah otak atau menempatkan elektroda di daerah otak tertentu untuk memberikan stimulasi.
Sayangnya, masih ada orang yang berusaha mengobati OCD mereka sendiri dengan penyalahgunaan zat seperti obat-obatan atau alkohol. Jenis perilaku ini justru dapat menyebabkan kecanduan.
Baca juga: Penanganan yang Dilakukan pada Pengidap OCD
Jika kamu mengetahui seseorang yang kenal atau kamu cintai bergumul dengan penyalahgunaan zat akibat gangguan kesehatan mental, sebaiknya segera bicarakan pada psikolog melalui aplikasi Halodoc mengena cara mengatasinya. Yuk, segera download aplikasi Halodoc sekarang!