Hal yang Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Usus Buntu
Halodoc, Jakarta - Usus buntu merupakan kantong yang berbentuk, seperti ruas jari, letaknya menonjol dari usus besar ke sisi kanan bawah perut. Peradangan pada bagian ini bisa menyebabkan penyakit usus buntu dan membuat nyeri pada perut bagian kanan bawah.
Penyakit usus buntu bisa terjadi ketika usus buntu mengalami penyumbatan, sering kali oleh kotoran atau feses, benda asing, maupun kanker. Tidak hanya itu, penyumbatan juga bisa terjadi akibat infeksi, karena usus buntu dapat mengalami pembengkakan sebagai respons terhadap terjadinya infeksi apapun pada tubuh.
Gejala dan Faktor Risiko Penyakit Usus Buntu
Penyakit usus buntu memiliki gejala utama berupa rasa nyeri pada perut kanan bagian bawah, diikuti dengan mulai hilangnya selera makan, mengalami mual, muntah, dan gangguan pencernaan, diare, sembelit, perut tampak membengkak, tidak mampu buang angin, hingga demam ringan.
Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ini Bedanya Sakit Perut karena Penyakit Usus Buntu dan Mag
Rasa nyeri pada perut bisa mirip dengan kram ringan yang akan menjadi lebih intens dan tajam seiring waktu. Rasa sakit mulanya akan terasa pada perut atas atau area pusar, sebelum berpindah ke perut bagian bawah.
Apabila kamu mengalami sembelit dan menduga adanya indikasi radang usus buntu, hindari mengonsumsi obat pencahar, karena akan mengakibatkan pecahnya usus buntu. Segera periksakan kondisi kesehatanmu ke rumah sakit terdekat jika kamu merasa nyeri perut yang parah diikuti dengan gejala penyakit usus buntu lainnya.
Agar kamu bisa lebih cepat mendapatkan penanganan dan tidak perlu lagi mengantre ketika kamu berobat ke rumah sakit, kamu bisa pakai aplikasi Halodoc, bisa langsung kamu download di ponselmu. Pun, kalau kamu punya keluhan kesehatan lain dan tidak sempat berobat ke rumah sakit, kamu bisa tanya langsung pada dokter di aplikasi Halodoc.
Baca juga: 5 Kebiasaan Sepele Ini Menyebabkan Radang Usus Buntu
Penyakit usus buntu bisa menyerang siapa saja dan termasuk gangguan kesehatan yang sering dijumpai. Beberapa faktor bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini, termasuk:
- Faktor genetik, jika ada anggota keluarga inti memiliki riwayat penyakit usus buntu, maka kamu akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.
- Usia dan jenis kelamin, penyakit usus buntu lebih rentan terjadi pada usia remaja hingga dewasa muda. Dibandingkan dengan wanita, pria lebih rentan mengalami gangguan kesehatan ini.
- Menjalani diet yang tidak tepat.
- Infeksi dan cedera pada area perut akan memperbesar risiko terjadinya masalah peradangan pada usus buntu.
Komplikasi dan Penanganan Penyakit Usus Buntu
Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit usus buntu akan mengakibatkan komplikasi serius, seperti:
- Pecahnya apendiks, yang akan menyebarkan infeksi ke seluruh perut atau peritonitis.
- Terbentuknya kantong nanah pada perut.
Penyakit usus buntu sering dikategorikan sebagai penyakit yang membutuhkan penanganan segera. Pembedahan untuk mengangkat usus buntu atau apendektomi, menjadi pilihan penanganan untuk sebagian besar kasus gangguan kesehatan ini.
Baca juga: Bukan karena Makanan Pedas, Ini Penyebab Usus Buntu
Jika dokter mendapati adanya gejala penyakit usus buntu, pengangkatan perlu dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari pecahnya apendiks. Apabila telah terbentuk abses, akan ada dua prosedur penanganan, yaitu mengeluarkan nanah dan cairan dari abses, dan prosedur berikutnya adalah pengangkatan usus buntu. Jadi, agar kamu terhindar dari masalah peradangan pada usus buntu, sudah pasti kamu harus menghindari berbagai faktor yang meningkatkan risikonya.