Gejala Uveitis, Dapatkah Menyerang di Usia Muda?
Halodoc, Jakarta – Uveitis adalah penyakit yang terjadi karena peradangan pada uvea atau lapisan tengah mata. Umumnya, kondisi ini menyerang orang dewasa antara usia 20—50 tahun. Meski demikian, ada kemungkinan penyakit ini juga dialami anak-anak. Uveitis ditandai dengan perubahan pada salah satu atau kedua mata menjadi terlihat sangat merah.
Uvea merupakan lapisan yang ada di bagian tengah mata, bagian ini terdiri atas selaput pelangi mata (iris), lapisan pembuluh darah mata (koroid), dan jaringan ikat antara iris dan koroid yang disebut sebagai badan siliar. Uvea terletak di antara bagian putih mata yang disebut sklera dan retina, yaitu bagian belakang mata yang menangkap cahaya.
Sebagian besar kondisi uveitis sering dikaitkan dengan penyakit autoimun, yaitu satu penyakit yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi, tapi malah menyerang tubuh. Meski demikian, terkadang kondisi ini juga tidak diketahui apa penyebabnya dan bisa terjadi pada orang yang sehat sekalipun.
Ada beberapa jenis penyakit autoimun yang bisa menyebabkan uveitis, mulai dari rheumatoid arthritis, psoriasis, sarkoidosis, penyakit Kawasaki, kolitis ulseratif, hingga crohn’s disease. Selain itu, ada beberapa kondisi yang juga bisa menyebabkan uveitis, yaitu cedera atau operasi mata, kanker mata, dan infeksi yang meliputi herpes, tuberkulosis, toksoplasmosis, sifilis, hingga HIV/AIDS.
Gejala Uveitis dan Cara Mengobatinya
Seperti gangguan kesehatan pada umumnya, uveitis juga memiliki gejala yang muncul sebagai tanda penyakit. Gejala uveitis bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara bertahap dalam jangka waktu beberapa hari.
Gejala yang sering muncul sebagai tanda penyakit ini adalah rasa nyeri di sekitar mata, terutama saat mata sedang menatap fokus ke satu objek, penglihatan menjadi kabur, mata merah, dan menjadi lebih sensitif terhadap cahaya. Uveitis juga bisa memicu gejala penyempitan lapang pandang, yaitu menurunnya kemampuan mata untuk melihat benda yang letaknya di samping, serta muncul titik kecil yang menghalangi penglihatan.
Untuk mendiagnosis penyakit ini, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan mencari tahu gejala yang dirasakan. Setelahnya, baru akan dilakukan pemeriksaan secara fisik, terutama di mata. Jika dibutuhkan, mungkin akan dilakukan pemeriksaan lanjutan meliputi tes darah, analisis cairan mata, angiografi mata, hingga pemeriksaan pencitraan fotografi fundus mata. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur ketebalan retina dan mengetahui ada atau tidaknya cairan di dalam retina.
Pengobatan yang dilakukan pada pengidap uveitis adalah untuk mengurangi peradangan di mata. Mengatasi gangguan ini bisa dilakukan dengan konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat untuk mengurangi peradangan, obat untuk melawan bakteri atau virus, serta obat yang memengaruhi sistem imun atau menghancurkan sel.
Uveitis yang sudah menunjukkan gejala serius, biasanya membutuhkan penanganan berupa prosedur operasi. Tindakan ini pun biasanya baru akan diambil jika ternyata pemberian obat sudah dianggap tidak efektif mengatasi gejala. Pengobatan penyakit ini harus segera dilakukan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Beberapa komplikasi uveitis yang bisa terjadi adalah katarak, glaukoma, ablasio retina, edema makula kistoid, hingga sinekia posterior.
Cari tahu penyebab gangguan pada mata dengan bertanya kepada dokter di aplikasi Halodoc. Kamu juga bisa menanyakan seputar uveitis atau penyakit mata lain melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi kesehatan dan tips menjaga mata tetap sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Baca juga: