Gejala Tifus pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Halodoc, Jakarta – Tifus adalah penyakit bakteri yang disebarkan oleh kutu. Tifus disebabkan oleh dua jenis bakteri yaitu Rickettsia typhi atau Rickettsia prowazekii. Rickettsia typhi menyebabkan tifus endemik atau murine.
Tifus endemik biasanya terjadi di daerah yang kebersihannya buruk dan suhunya dingin, sedangkan tifus murine sering terjadi selama musim panas dan jarang mematikan. Kamu bisa lebih mungkin terkena tifus jenis ini jika berada di sekitar kotoran tikus atau kutu, dan hewan lain seperti kucing dan rakun. Apa yang terjadi jika anak terkena tifus dan gejala apa yang harus diwaspadai?
Baca juga: Fakta dan Bahaya Tentang Penyakit Tifus yang Perlu Diketahui
Gejala Tifus dan Penanganannya pada Anak
Adapun gejala tifus pada anak kurang lebih sama seperti gejala tifus pada umumnya yaitu:
1. Sakit kepala.
2. Demam.
3. Panas dingin.
4. Ruam.
5. Mual dan muntah.
6. Diare.
7. Kelenjar getah bening membengkak.
8. Kelelahan.
9. lesi merah atau nyeri pada kulit di tempat gigitan.
Masa inkubasi penyakit tifus ini rata-rata lima hingga 14 hari. Artinya, gejala biasanya tidak akan muncul hingga lima hingga 14 hari setelah anak digigit.
Ketika anak dicurigai mengidap tifus, segera bawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Melalui Halodoc orangtua bisa membuat janji bertemu dokter tanpa harus menunggu lama di rumah sakit. Belum punya aplikasinya? Download saja langsung, ya!
Gejala tifus sejatinya mirip dengan gejala banyak penyakit lainnya. Konsultasikan kesehatan anak ke dokter jika orangtua merasa anak mengembangkan gejala yang menyerupai tifus. Beri tahu dokter mengenai kondisi kesehatan dan kontak anak dengan faktor-faktor pemicu tifus.
Tifus harus diobati dengan antibiotik doksisiklin, yang dapat digunakan pada orang dari segala usia. Antibiotik paling efektif bila diberikan segera setelah gejala dimulai. Anak yang diobati lebih awal dengan doksisiklin biasanya pulih dengan cepat.
Baca juga: Inilah Gejala Umum yang Terjadi saat Terserang Tifus
Pencegahan Tifus pada Anak
Sejauh ini belum ada vaksin untuk mencegah wabah tifus. Pencegahan yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan mengurangi risiko terkena tifus epidemi dengan menghindari area yang terlalu padat.
Kutu tubuh berkembang biak di area yang penuh sesak dan orang yang jarang mandi ataupun tidak berganti pakaian secara teratur. Untuk menghindari kutu tubuh:
1. Mandi secara teratur dan ganti pakaian bersih setidaknya seminggu sekali.
2. Cuci pakaian yang terkena kutu setidaknya sekali seminggu. Cuci pakaian, seprei, sarung bantal dengan menggunakan air panas.
3. Jangan berbagi pakaian, tempat tidur, tempat tidur, atau handuk yang digunakan oleh orang yang memiliki kutu tubuh atau terinfeksi tifus.
4. Rawat tempat tidur, seragam, dan pakaian lain dengan permethrin 0,5 persen Permethrin membunuh kutu dan dapat memberikan perlindungan tahan lama pada pakaian untuk banyak pencucian. Lihat informasi produk untuk mempelajari berapa lama perlindungan akan bertahan. Ikuti instruksi produk dengan hati-hati dan jangan gunakan produk permethrin langsung pada kulit karena produk ini digunakan untuk merawat pakaian.
Baca juga: 5 Pengobatan Gejala Tifus yang Perlu Dicoba
Menurut Clinical Microbiology and Infection, tifus pada anak-anak dapat menyebabkan penyakit ringan dengan gambaran klinis yang tidak spesifik. Karakteristik klinis dan laboratorium dari penyakit ini menunjukkan keragaman tertentu. Jika anak mengalami, demam, ruam, anoreksia, dan hepatosplenomegali atau pembesaran hati, harus dicurigai kalau anak mungkin mengalami infeksi dari R. typhi.
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2021. Epidemic Typhus.
Clinical Microbiology and Infection. Diakses pada 2021. Murine typhus in children: clinical and laboratory features from 41 cases in Crete, Greece.
MedlinePlus. Diakses pada 2021. Typhus.
Healthline. Diakses pada 2021. Typhus.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan