Gejala Kurang Darah yang Perlu Ditangani Dokter Spesialis
“Gejala kurang darah sering kali tidak terlihat sehingga kerap diabaikan. Padahal, kurang darah atau anemia yang tidak segera diobati bisa berkembang lebih parah sampai mungkin perlu ditangani oleh dokter spesialis.”
Halodoc, Jakarta – Kurang darah atau anemia dapat menimbulkan gejala yang cukup serius sampai perlu ditangani dokter spesialis. Namun, gejala anemia kerap kali diabaikan dan dianggap kondisi yang bisa sembuh sendirinya. Padahal, bila tidak segera ditangani kurang darah bisa berkembang lebih parah dan akan sulit diobati.
Pengobatan kurang darah pun bisa berbeda-beda pada setiap orang. Pasalnya, pengobatan harus disesuaikan dengan penyebab anemia. Sebenarnya, kurang darah tidak melulu harus ditangani dokter. Namun, ada beberapa gejala yang membuat kurang darah perlu ditangani oleh dokter spesialis.
Kapan Kurang Darah Perlu Ditangani Dokter Spesialis?
Anemia atau kurang darah umumnya ditandai dengan lemas, pusing dan pucat. Namun, sebaiknya kunjungi dokter spesialis apabila kurang darah disertai dengan gejala berikut ini:
- Kelelahan, sesak napas, detak jantung cepat, kulit pucat yang terjadi terus-menerus.
- Pola makan yang buruk atau asupan vitamin dan mineral yang tidak memadai.
- Periode menstruasi yang sangat berat.
- Mengalami gejala maag, gastritis, wasir, tinja berdarah atau lembek.
- Memiliki riwayat keluarga yang mengidap anemia atau mengidap anemia herediter.
- Mengalami gejala setelah terpapar timbal.
Apabila kamu mengalami masalah-masalah di atas, sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakan diri sebelum anemia berlanjut memburuk. Sebab, anemia yang tidak kunjung diobati rentan menyebabkan komplikasi serius.
Waspada Komplikasi Anemia
Sel darah merah, terutama hemoglobin berperan penting dalam memasok oksigen ke seluruh tubuh, sehingga ketika kadarnya turun, hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi berikut ini:
1. Masalah jantung
Saat mengalami kekurangan darah, jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengatasi kekurangan hemoglobin. Alhasil, jantung perlu memompa lebih keras untuk memastikan darah yang mengandung oksigen beredar ke seluruh tubuh. Namun, pekerjaan yang berat ini lama kelamaan dapat membebani jantung dan menyebabkan komplikasi seperti murmur jantung, hipertrofi jantung sampai gagal jantung.
2. Masalah kehamilan
Ibu hamil adalah salah satu kelompok individu yang rentan mengalami anemia. Jika anemia yang terjadi cukup parah dan tidak segera diobati, kondisi ini dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah atau kelahiran prematur sampai perdarahan saat persalinan. Anemia juga dapat meningkatkan risiko bayi mengalami anemia selama masa pertumbuhannya.
3. Depresi
Kerusakan saraf akibat anemia pernisiosa dapat menyebabkan depresi. Ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi selama kehamilan juga lebih berisiko mengalami depresi pascapersalinan.
4. Menurunnya sistem kekebalan tubuh
Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan sistem kekebalan terganggu, sehingga kamu lebih rentan terkena infeksi dan mengurangi kemampuan tubuh untuk melawannya.
5. Sindrom kaki gelisah
Penyakit Willis-Ekbom atau lebih sering disebut sebagai sindrom kaki gelisah juga termasuk komplikasi dari anemia. Kondisi ini terjadi ketika sistem saraf menghasilkan dorongan tak tertahankan untuk menggerakkan kaki. Dorongan ini biasanya dirasakan pada sore dan malam hari.
6. Pertumbuhan terhambat
Banyak penelitian menunjukkan bahwa zat besi dibutuhkan otak untuk berkembang dengan baik. Anemia khususnya anemia defisiensi besi pada masa bayi dan anak-anak, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan mental, kognitif, dan motorik.
Konsumsi suplemen sering direkomendasikan dalam pengobatan maupun pencegahan anemia. Oleh sebab itu, segera cek kebutuhan vitamin di toko kesehatan Halodoc. Jangan tunggu sampai sakit untuk minum vitamin, download Halodoc sekarang juga!