Gangguan Panik Bisa Diobati dengan Psikoterapi, Ini Faktanya

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   26 Juli 2020
Gangguan Panik Bisa Diobati dengan Psikoterapi, Ini FaktanyaGangguan Panik Bisa Diobati dengan Psikoterapi, Ini Faktanya

Halodoc, Jakarta – Gangguan panik bukan kondisi panik pada umumnya. Gangguan panik termasuk ke dalam gangguan mental ketika pengidapnya punya rasa takut berlebihan hingga memicu reaksi yang parah. Ketakutan berlebihan ini muncul pada situasi yang tidak berbahaya sekalipun. 

Saat kamu mengalami gangguan panik, kamu dapat kehilangan kendali, lebih parahnya, gangguan panik dapat memicu serangan jantung. Selain obat-obatan, gangguan panik bisa diatasi dengan terapi untuk mengurangi gejalanya. Psikoterapi adalah jenis terapi yang sering direkomendasikan pada pengidap gangguan panik.

Baca juga: 5 Pemeriksaan Penunjang untuk Deteksi Gangguan Panik

Psikoterapi untuk Obati Gangguan Panik

Pengidap gangguan panik sangat membutuhkan perawatan untuk mengurangi gejala dan frekuensi serangan panik serta meningkatkan kualitas hidup sehari-hari. Pilihan perawatan utamanya adalah psikoterapi dan obat-obatan. Namun, setiap perawatan yang diperoleh pastinya akan disesuaikan dengan riwayat kesehatan dan tingkat keparahan gangguan panik yang kamu miliki. 

Dikutip dari Mayo Clinic, psikoterapi atau terapi bicara menjadi pengobatan pilihan pertama yang efektif untuk mengatasi serangan panik dan gangguan panik. Psikoterapi membantu untuk memahami serangan panik dan gangguan panik dan belajar cara mengatasinya. Adapun terapi perilaku kognitif yang membantu kamu belajar pengalaman dan mengubah mindset terhadap situasi yang menurut kamu berbahaya sebenarnya tidak berbahaya. 

Selama psikoterapi, terapis profesional membantu menghadapi gejala serangan panik dengan cara yang aman secara berulang-ulang. Ketika sensasi fisik tidak lagi terasa mengancam, tandanya serangan-serangan panik yang dialami mulai bisa teratasi. Perawatan yang berhasil juga membantu untuk mengatasi ketakutan terhadap situasi yang sering dihindari karena serangan panik.

Kamu mungkin mulai melihat gejala serangan panik berkurang dalam beberapa minggu dan seringkali gejala berkurang secara signifikan atau hilang dalam beberapa bulan. Kamu juga dapat menjadwalkan kunjungan pemeliharaan sesekali untuk memastikan bahwa serangan panik yang dimiliki tetap terkendali atau untuk mengobati kekambuhan.

Baca juga: Benarkah Stres yang Berat Sebabkan Gangguan Panik?

Penyebab dan Gejala Gangguan Panik

Melansir dari Healthline gangguan panik diketahui berkaitan secara genetik. Kondisi ini juga kerap berkaitan dengan masalah kehidupan yang dialami pengidapnya. Perubahan hidup atau masalah hidup yang mampu memicu stres ternyata mampu mengembangkan gangguan panik pada diri seseorang.

Gejala gangguan panik sering mulai muncul pada remaja dan dewasa muda di bawah usia 25 tahun. Gejalanya biasanya dimulai dengan serangan panik yang timbul secara tiba-tiba serta menghasilkan ketakutan hebat . Serangan biasanya berlangsung selama 10 hingga 20 menit, tetapi dalam kasus yang ekstrim, gejala dapat berlangsung lebih dari satu jam. Gejala umum yang terkait dengan serangan panik meliputi:

  • Jantung berdebar; 
  • Sesak napas;
  • Tersedak;
  • Pusing hingga vertigo;
  • Mual;
  • Berkeringat dingin;
  • Gemetaran;
  • Perubahan kondisi mental, seperti perasaan derealization (perasaan tidak sadar) atau depersonalisasi (lepas kendali);
  • Mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki; 
  • Nyeri dada atau sesak;
  • Takut seperti akan mati.

Baca juga: Alami Kejadian Traumatis Bisa Picu Gangguan Panik

Gejala serangan panik sering terjadi tanpa alasan yang jelas. Biasanya, gejalanya tidak sebanding dengan tingkat bahaya yang ada di lingkungan. Karena serangan ini tidak dapat diprediksi, gejala dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pengidapnya.

Bila kamu mengalami gejala-gejala di atas, kamu bisa bicara dengan psikolog atau psikiater di aplikasi Halodoc untuk memastikannya. Lewat aplikasi, kamu dapat menghubungi mereka kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Panic attacks and panic disorder.
Healthline. Diakses pada 2020. Panic disorder.