Gangguan Disosiatif Bisa Disebabkan Kejadian Traumatis

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   04 Agustus 2020
Gangguan Disosiatif Bisa Disebabkan Kejadian TraumatisGangguan Disosiatif Bisa Disebabkan Kejadian Traumatis

Halodoc, Jakarta – Gangguan disosiatif atau dikenal dengan gangguan kepribadian ganda adalah gangguan mental yang terjadi akibat kejadian traumatis dan seringnya menjadi cara untuk membantu menghindari kenangan buruk. Seseorang yang mengalami disosiasi, yaitu ketika kamu terbawa suasana, berkhayal, atau melamun saat sedang bekerja.

Namun, gangguan disosiatif adalah bentuk disosiasi yang parah ketika seseorang terputus dari pikiran, ingatan, lingkungan, tindakan, dan identitasnya. Kondisi tersebut menjadi cara bagi pengidap untuk melarikan diri dari kenyataan secara tidak sehat yang akhirnya menyebabkan pengidap tidak bisa berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.  

Baca juga: Kenali 3 Jenis Gangguan Disosiatif yang Dapat Terjadi

Penyebab Gangguan Disosiatif

Belum diketahui secara pasti penyebab seseorang alami gangguan disosiatif. Namun, menurut National Health Service UK, pengidap gangguan ini biasanya memiliki pengalaman traumatis sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak. Kejadian traumatis tersebut bisa berupa kekerasan fisik, pelecehan seksual maupun emosional.

Selain itu, ada juga beberapa orang yang mengalami gangguan disosiatif setelah mengalami perang, penculikan, atau bahkan prosedur invasif. Pengalaman yang sangat buruk tersebut menyebabkan seseorang menciptakan mekanisme pertahanan diri. Caranya dengan menciptakan kepribadian lain di luar kesadarannya agar terlepas dari rasa trauma hebat yang dialaminya.

Kelompok Orang yang Berisiko Tinggi Mengidap Gangguan Disosiatif

Orang-orang yang pernah mengalami pelecehan fisik, seksual atau emosional dalam waktu yang lama selama masih kanak-kanak memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami gangguan disosiatif. Begitu juga dengan anak-anak dan orang dewasa yang pernah mengalami peristiwa traumatis lainnya, seperti perang, bencana alam, penculikan, penyiksaan atau prosedur medis di awal kehidupan. 

Oleh karena itu, bila kamu termasuk salah satu orang yang pernah mengalami kejadian traumatis seperti di atas, kamu perlu waspada terhadap gangguan disosiatif dengan cara mengenali gejalanya.

Baca juga: Bagaimana Cara Berdamai dengan Pengalaman Traumatis?

Waspada, Ini Gejala Gangguan Disosiatif

Gejala yang dialami tiap pengidap bisa bervariasi, tergantung pada jenis gangguan disosiatif yang dimiliki. Namun, secara umum, gejala gangguan disosiatif antara lain:

  • Hilang ingatan atau amnesia tentang periode waktu tertentu, peristiwa, orang, dan informasi pribadi.
  • Perasaan terlepas dari diri sendiri dan emosi.
  • Pemikiran bahwa orang-orang dan hal-hal yang ada di sekitar kamu tidak nyata.
  • Rasa identitas yang kabur.
  • Mengalami stres atau masalah yang signifikan dalam hubungan, pekerjaan atau bidang penting lainnya dalam hidup kamu.
  • Tidak mampu mengatasi stres emosional atau profesional dengan baik.
  • Mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan dan pikiran, serta perilaku bunuh diri.

Bila kamu mengalami gejala di atas, segera kunjungi psikolog atau psikiater untuk mendapatkan perawatan. Banyak orang dengan gangguan disosiatif dapat pulih dengan menjalani perawatan dan mendapatkan dukungan dari orang terdekat.

Baca juga: Gangguan Disosiatif Bisa Mendorong Pikiran Menyakiti Diri

Perawatan untuk Gangguan Disosiatif

Perawatan gangguan disosiatif bervariasi berdasarkan jenis gangguan yang dimiliki, tapi umumnya melibatkan psikoterapi dan obat-obatan.

  • Psikoterapi

Terapi berbicara seperti konseling dan psikoterapi sering direkomendasikan untuk gangguan disosiatif. Tujuannya untuk membantu kamu mengatasi penyebab gejala yang dialami dan mempelajari teknik-teknik untuk mengelola periode perasaan terputus.

  • Obat-obatan

Sebenarnya tidak ada obat khusus untuk mengobati gangguan disosiatif. Namun, obat-obatan seperti antidepresan dapat diresepkan untuk mengatasi kondisi terkait seperti depresi, kecemasan, dan serangan panik.

Bila kamu pernah mengalami kejadian traumatis dan kamu sulit mengatasinya, kamu bisa bicarakan pada psikolog dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa curhat dan minta saran kesehatan kapan saja dan di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Dissociative disorders.
National Health Service UK. Diakses pada 2020. Dissociative disorders.