Faktor Risiko dan Pengobatan Penyakit Addison
Halodoc, Jakarta – Addison adalah penyakit yang terjadi akibat kelenjar adrenal tidak berfungsi secara maksimal. Akibatnya, tubuh tidak memproduksi hormon kortisol dan aldosteron yang membuat tekanan darah menurun drastis. Pada waktu bersamaan, ketiadaan hormon tersebut meningkatkan jumlah potasium hingga tingkat yang membahayakan tubuh.
Gangguan Kelenjar Tiroid Sebabkan Penyakit Addison
Penyebab utama penyakit Addison adalah gangguan kelenjar tiroid. Selain itu, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit Addison. Di antaranya adalah:
-
Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung potasium, seperti pisang, jeruk, dan makanan dengan garam pengganti.
-
Mengabaikan gejala penyakit. Misalnya kelelahan, penurunan nafsu makan, tekanan darah rendah, nyeri sendi, sakit perut, mual, muntah, diare hingga warna kulit menggelap.
-
Tidak melakukan pengobatan setelah gejala muncul. Semakin dini penyakit Addison terdeteksi, semakin efektif pengobatan yang dilakukan.
-
Tidak mengonsumsi obat-obatan yang sudah diresepkan dan tidak melakukan terapi yang sudah dijadwalkan. Hal ini bisa memperparah gejala yang muncul.
Penyakit Addison Tidak Bisa Disembuhkan
Addison termasuk penyakit autoimun, yaitu sistem imun tubuh menganggap korteks adrenal sebagai benda asing dan kemudian dihancurkan. Meskipun belum bisa disembuhkan, gejala penyakit Addison bisa dikendalikan untuk meminimalkan risiko komplikasi berupa krisis Addison atau gagal adrenal akut.
Penyakit Addison diobati dengan terapi hormon untuk menggantikan jumlah hormon steroid yang berkurang dan tidak bisa diproduksi tubuh. Lantas, apa saja pilihan pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit Addison?
-
Kortikosteroid tablet. Misalnya prednison atau hydrocortisone untuk menggantikan kortisol, serta fludrocortisone untuk menggantikan aldosteron.
-
Kortikosteroid suntik, biasanya diberikan pada pengidap penyakit Addison yang mengalami muntah dan tidak bisa mengonsumsi obat kortikosteroid tablet.
-
Terapi penggantian androgen, bertujuan untuk mengatasi kekurangan hormon androgen pada wanita. Misalnya dengan pemberian dehydroepiandrosterone. Beberapa studi mengatakan terapi ini bisa mengobati gairah dan kepuasan seksual saat berhubungan intim bagi pengidap penyakit Addison.
Obat tersebut umumnya tidak menimbulkan efek samping. Namun, pemberian dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping berupa osteoporosis, perubahan suasana hati dan insomnia. Selama masa pengobatan, pengidap penyakit Addison perlu memeriksakan diri secara rutin tiap 6 bulan atau 1 tahun. Tujuannya untuk memantau perkembangan kondisi dan menyesuaikan dosis obat jika diperlukan.
Sementara pada kasus krisis Addison, dokter akan memberikan infus larutan melalui pembuluh darah vena. Larutan yang diberikan berupa gula (dextrose) dan garam (saline). Pengidap penyakit Addison dianjurkan untuk selalu menyediakan obat-obatan yang diperlukan untuk memaksimalkan efektivitas pengobatan. Hal ini untuk meminimalkan risiko lupa minum obat yang bisa memperburuk gejala dan kondisi.
Itulah faktor risiko dan pengobatan penyakit Addison yang perlu diketahui. Kalau kamu mengalami nyeri sendi, berat badan berkurang dan kulit menggelap tanpa alasan yang jelas, segera bicara pada dokter Halodoc untuk mencari tahu penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. Kamu bisa memanfaatkan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter. Kamu bisa menghubungi dokter Halodoc kapan saja dan dimana saja melalui Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca Juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan