Enggak Boleh Sembarangan, Ketahui Cara Pengobatan Stenosis Pilorus

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   27 Maret 2019
Enggak Boleh Sembarangan, Ketahui Cara Pengobatan Stenosis PilorusEnggak Boleh Sembarangan, Ketahui Cara Pengobatan Stenosis Pilorus

Halodoc, Jakarta - Stenosis pilorus menyebabkan terhalangnya makanan saat memasuki usus kecil akibat katup berotot (pilorus). Katup ini normalnya berada di antara lambung dan usus kecil untuk menahan makanan di lambung sampai siap dicerna tubuh. Namun pada kondisi abnormal, pilorus akan menebal dan membesar sehingga menghalangi makanan untuk mencapai usus halus. Penyakit ini sering dialami oleh bayi.

Gejalanya stenosis pilorus berupa muntah, dehidrasi, dan penurunan berat badan. Bayi dengan stenosis pilorus sering merasa lapar. Belum jelas apa penyebab penyakit ini, tetapi faktor genetik dan lingkungan diduga berperan dalam berkembangnya stenosis pilorus.

Baca Juga : Perlu Tahu, Ini Alasan Stenosis Pilorus Lebih Rentan Menyerang Bayi Laki-laki

Gejala Stenosis Pilorus

Tanda stenosis pilorus biasanya muncul dalam 3-5 minggu setelah kelahiran. Bayi yang mengalami stenosis pilorus akan memuntahkan ASI atau susu formula hingga beberapa meter jauhnya (muntah proyektil). Muntah ringan akan terjadi pada awal perkembangan penyakit.

Namun, kondisi ini bisa berkembang secara bertahap dan menjadi lebih parah saat pilorus menyempit. Terkadang muntah yang dialami bayi juga mengandung darah. Ciri lain dari penyakit ini meliputi:

  • Rasa lapar yang terus-menerus.
  • Kontraksi perut.
  • Dehidrasi.
  • Kurang aktif.
  • Mudah tersinggung (rewel).
  • Buang air kecil lebih jarang atau memiliki pergerakan usus yang lebih sedikit.
  • Berat badan stagnan atau menurun.

Faktor Risiko Stenosis Pilorus

Bayi yang lahir prematur rentan mengalami kondisi ini. Riwayat keluarga dan ibu yang merokok selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko stenosis pilorus. Penyakit ini jarang dialami oleh masyarakat Asia. Di sisi lain, masyarakat kulit putih keturunan eropa utara berisiko lebih tinggi mengidap stenosis pilorus. Faktor risiko lainnya berupa:

  1. Penggunaan Antibiotik

Pemberian antibiotik pada bayi berusia beberapa minggu berisiko tinggi terkena stenosis pilorus. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan antibiotik tertentu pada akhir kehamilan kemungkinan juga bisa meningkatkan stenosis pilorus.

Baca Juga : Cara Pencegahan Stenosis Pilorus yang Perlu Diketahui

  1. Pemberian Susu Botol

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian susu botol dapat meningkatkan risiko stenosis pilorus. Sebagian besar orang yang berpartisipasi dalam penelitian menggunakan susu formula daripada ASI, sehingga masih belum begitu jelas apakah peningkatan risiko terkait dengan susu formula atau mekanisme pemberian susu botol.

Pengobatan Stenosis Pilorus

Untuk mendiagnosis stenosis pilorus, bayi akan menjalani pemeriksaan fisik. Apabila terdapat benjolan sebesar buah zaitun saat memeriksa perut bayi, bisa dipastikan itu gejala otot pilorus. Gelombang peristaltik di perut bayi juga menjadi tanda lain dari stenosis pilorus.

Setelah itu, tes darah dilakukan untuk memeriksa dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit. Ultrasonografi juga diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis stenosis pilorus. Apabila pemeriksaan USG belum begitu jelas, prosedur sinar-X mungkin diperlukan.

Prosedur pembedahan yang disebut piloromiotomi diperlukan untuk mengobati stenosis pilorus. Apabila Si Kecil mengalami dehidrasi atau memiliki ketidakseimbangan elektrolit, pemenuhan cairan diperlukan sebelum dilakukan operasi.

Dalam prosedur piloromiotomi, ahli bedah akan memotong lapisan luar otot pilorus yang menebal sehingga lapisan dalam menonjol ke luar. Hal ini bertujuan untuk membuka saluran agar makanan dapat melewati usus kecil.

Baca Juga: Perlu Tahu Penanganan Operasi pada Bayi dengan Stenosis Pilorus

Piloromiotomi banyak dilakukan dengan operasi invasif minimal. Alat penglihatan ramping (laparoskop) akan dimasukkan melalui sayatan kecil di dekat pusar bayi. Pemulihan dari prosedur laparoskopi biasanya lebih cepat daripada pemulihan dari operasi tradisional. Alasannya karena prosedur ini meninggalkan bekas luka yang lebih kecil.

Jika Si Kecil mengalami kondisi seperti di atas, sebaiknya segera periksakan ke dokter agar cepat ditangani. Kalau ibu punya pertanyaan seputar penyakit lainnya, tanyakan saja ke dokter Halodoc. Gunakan  fitur Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!