Eklampsia bisa Mengancam Nyawa Ibu Hamil dan Janin, Mengapa?
Halodoc, Jakarta – Eklampsia adalah kondisi gawat darurat pada ibu hamil yang harus diwaspadai. Kondisi ini terjadi sebagai lanjutan dari preeklamsia dan ditandai dengan kejang-kejang. Meski jarang terjadi dan hanya sedikit ibu hamil yang mengalaminya, eklampsia harus segera mendapat penanganan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan pada ibu maupun bayi yang dikandung. Pasalnya, kondisi ini bisa mengancam nyawa ibu hamil dan Janin.
Eklamsia bisa terjadi pada ibu hamil yang mengalami hipertensi berat atau preeklamsia. Waspadai jika ibu hamil mengalami kejang-kejang, biasanya disertai dengan penurunan kesadaran atau tatapan yang kosong. Jika tidak segera ditangani, eklampsia pada ibu hamil bisa menyebabkan komplikasi yang bersifat bahaya, bahkan berujung pada kematian. Cara paling efektif untuk menghindari hal ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan, sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Preeklamsia dalam Kehamilan bisa Terulang
Mengenali Eklampsia dan Dampaknya pada Kehamilan
Eklampsia adalah kondisi lanjutan yang lebih berbahaya dari preeklamsia. Sebelumnya perlu diketahui, preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi alias hipertensi dan tanda-tanda kerusakan organ, seperti kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine. Kondisi ini rentan menyerang pada trimester ketiga atau masa-masa akhir kehamilan. Preeklamsia berpotensi memicu kejang alias eklamsia saat semakin mendekati proses persalinan.
Jika dilihat dari tingkat keparahannya, kejang akibat eklamsia dibagi ke dalam 2 fase, yaitu fase pertama dan fase kedua kejang. Pada fase pertama, kejang terjadi sekitar 15–20 detik dengan tanda awal kedutan di sekitar wajah. Sementara fase kedua eklampsia ditandai dengan kejang otot di sekitar rahang, otot mata, sampai akhirnya menyebar ke seluruh tubuh. Kejang pada fase kedua eklamsia biasanya akan berlangsung selama 60 detik.
Eklampsia yang tidak ditangani segera bisa memicu terjadinya komplikasi, baik bagi ibu hamil maupun janin yang dikandung. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu hamil dan bayi mengalami kerusakan saraf otak permanen, kerusakan organ ginjal dan hati, hingga yang paling parah bisa menyebabkan kematian akibat kejang yang terjadi.
Pada ibu hamil, eklampsia akan didahului dengan munculnya preeklamsia yang merupakan komplikasi kehamilan yang sering terlambat disadari. Gejala dari kondisi ini seringnya baru muncul setelah kehamilan memasuki usia 20–24 minggu, atau beberapa saat setelah bayi lahir. Selain itu, dalam beberapa kasus preeklamsia bisa berkembang tanpa menunjukkan gejala apapun atau hanya gejala yang ringan. Preeklamsia yang tidak disadari berisiko berkembang menjadi eklamsia.
Baca juga: 5 Cara Cegah Preeklampsia Usai Persalinan
Hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa penyebab eklampsia maupun preeklamsia. Namun, kedua jenis komplikasi kehamilan ini sering dikaitkan dengan kelainan pada pembuluh darah dan kelainan pada plasenta. Selain itu, ada beberapa faktor yang disebut bisa meningkatkan risiko preeklamsia dan eklamsia yaitu hamil terlalu muda maupun terlalu tua, memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia, mengalami obesitas, mengidap hipertensi, mengalami anemia sel sabit, serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Baca juga: Ibu Hamil Alami Kejang, Apa Sebabnya?
Punya masalah selama kehamilan dan butuh bantuan dokter segera? Hubungi dokter di aplikasi Halodoc saja. Tanya dokter di Halodoc sebagai pertolongan pertama saat gangguan terjadi. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!