Donor Sel Telur, Bagaimana Efek Jangka Panjangnya bagi Wanita?
Halodoc, Jakarta - Ketika mendengar kata donor sel telur, apa yang langsung ada dalam pikiran? Bagi wanita, pasti terasa menyeramkan dan enggak sampai terbayangkan bagaimana prosedur pelaksanaannya, karena di Indonesia pun prosedur ini dilarang. Oleh karena itu, donor sel telur masih jadi kontroversi.
Dulu, pelaku donor sel telur hanya punya satu alasan untuk menjalani prosedur ini, yaitu untuk membantu pasangan lain memiliki momongan. Namun, baru-baru ini mahasiswi di China menjual sel telurnya di pasar gelap karena terlilit hutang. Mahasiswi tersebut pasti tidak memikirkan efek jangka panjang dari donor sel telur, karena pilihannya yang cenderung gegabah. Yuk, ketahui efek jangka panjang kesehatan bagi pelaku donor sel telur.
Baca juga: Kenali Penyebab Anovulasi, Kondisi Tidak Terlepasnya Sel Telur Wanita
Donor Sel Telur, Bagaimana Prosedur Pelaksanaannya?
Sel telur yang dipanen akan dibuahi. Kemudian, jika ada sel telur yang dibuahi dan tidak terpakai, sel telur ini akan dibekukan untuk digunakan kembali di kemudian hari. Pada akhirnya, kebanyakan sel telur yang dibuahi dan tidak terpakai akhirnya dibuang atau digunakan untuk penelitian. Sebelum menjalani prosedur, biasanya pendonor perlu minum obat untuk menghentikan siklus menstruasi normal mereka. Efek samping dari obat ini adalah kelelahan, sakit kepala, dan pegal-pegal.
Selain obat yang diminum, pendonor juga diharuskan untuk menyuntikkan obat di bawah kulit atau ke dalam otot guna merangsang ovarium untuk menghasilkan sel telur lebih. Prosedur ini dikenal dengan hiperstimulasi. Penggunaan obat yang disuntikkan juga mempunyai efek samping, seperti perubahan suasana hati, dan memar pada bekas suntikan. Kondisi ini juga bisa menyebabkan sindrom hiperstimulasi, yaitu komplikasi langka yang ditemukan pada wanita yang menerima perawatan kesuburan untuk merangsang produksi telur. Wanita dengan kondisi ini akan memerlukan rawat inap.
Baca juga: Belum Punya Anak, Periksa Kesuburan dengan Cara Ini
Selama dan Setelah Pelaksanaan Prosedur Donor Sel Telur
Sesaat sebelum pengambilan telur, pendonor akan menerima suntikan akhir sebagai persiapan untuk prosedur. Kemudian, dokter akan melakukan aspirasi ovarium transvaginal untuk mengeluarkan telur dari indung telur donor. Selama prosedur berlangsung, dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit, obat penenang, atau obat bius kepada pendonor.
Karena ini merupakan prosedur kecil, seorang donor tidak perlu menginap di klinik atau rumah sakit semalaman. Setelah prosedur berlangsung, beberapa wanita akan memerlukan istirahat beberapa hari untuk pulih dari aspirasi ovarium transvaginal. Setelah itu, mereka bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasanya.
Begini Efek Jangka Panjang Donor Sel Telur bagi Wanita
Meskipun pelaksanaannya yang cukup mudah, prosedur ini tidak disarankan bagi wanita. Pasalnya, belum diketahui apa yang menjadi efek jangka panjang bagi wanita. Selama pelaksanaan prosedur ini, beberapa wanita mungkin akan mengalami pendarahan ketika dokter memasukkan jarum ke dalam ovarium mereka.
Prosedur ini juga bisa saja mengakibatkan kerusakan pada usus, kandung kemih, atau pembuluh darah, tetapi dalam kasus yang jarang terjadi. Infeksi bisa saja terjadi setelah pengangkatan sel telur. Dalam kasus yang parah dan membutuhkan rawat inap, gejala yang ditimbulkan meliputi sakit perut, muntah, kesulitan bernapas, dan pertambahan berat badan yang cepat.
Baca juga: Faktor Ini Memengaruhi Kesuburan Wanita
Jika kamu penasaran dengan prosedur ini dan ingin menambah pengetahuanmu, kamu bisa bertanya langsung dengan dokter ahli di aplikasi Halodoc, melalui Chat atau Voice/Video Call. Enggak hanya itu, kamu juga bisa membeli obat yang sedang kamu butuhkan. Tanpa perlu repot, pesanan kamu akan diantar ke tempat tujuan dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya di Google Play atau App Store!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan