Disleksia Menjadi Faktor Terhambatnya Perkembangan Anak

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   12 Oktober 2020
Disleksia Menjadi Faktor Terhambatnya Perkembangan AnakDisleksia Menjadi Faktor Terhambatnya Perkembangan Anak

Halodoc, Jakarta - Istilah disleksia merujuk pada kondisi saat anak kesulitan untuk mencerna bahasa, mulai dari mendengar, membaca, juga menulis. Meski gangguan ini menyerang otak yang memproses bahasa, tetapi disleksia tidak berpengaruh sama sekali terhadap penglihatan atau kecerdasan pengidapnya. Gangguan ini menjadi salah satu pemicu terhambatnya perkembangan anak yang banyak dialami. Berikut penjelasan selengkapnya.

Baca juga: Latihan Ini Dapat Bantu Anak Disleksia Lancar Membaca

Disleksia Menjadi Pemicu Terhambatnya Perkembangan Anak

Disleksia merupakan gangguan yang umum dialami oleh anak-anak dan terkadang tidak terdeteksi hingga dewasa. Gangguan belajar ini memiliki intensitas yang bervariasi pada setiap pengidapnya dan tidak bisa disembuhkan seumur hidup. Meski tidak dapat disembuhkan, tetapi kondisi yang terjadi bisa dikelola, sehingga keadaan pengidapnya menjadi semakin membaik.

Seperti pada penjelasan sebelumnya, disleksia menjadi pemicu terhambatnya perkembangan anak. Anak dengan disleksia akan sangat sulit untuk belajar membaca atau menulis, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan bahasa. Meski begitu, pengidap gangguan ini masih dapat meningkatkan perkembangan bahasanya. Untuk membantu meningkatkan kemampuan Si Kecil, ibu perlu mengetahui sejumlah tanda dan gejalanya.

Baca juga: Pentingnya Peran Orangtua dalam Mengasuh Anak Disleksia

Tanda dan gejala disleksia pada anak akan tergantung pada usia. Berikut ini sejumlah tanda dan gejala yang perlu ibu waspadai:

  • Anak usia pra sekolah. Di masa ini, gejala disleksia pada anak akan ditandai dengan keterlambatan berbicara, kesulitan untuk mempelajari kata baru, kesulitan membentuk kalimat, serta kesulitan untuk mengingat huruf atau angka.
  • Anak usia sekolah. Di masa ini, gejala disleksia pada anak akan ditandai dengan kemampuan membaca yang lebih rendah dibanding anak lainnya, kesulitan memahami apa yang didengarnya, sulit mengingat urutan kejadian, kesulitan mengeja, sulit membedakan arti kata, serta menghindari kegiatan membaca.
  • Usia remaja dan dewasa. Di masa ini, gejala disleksia akan ditandai dengan sulit membaca dengan suara lantang, melambatnya kemampuan membaca dan menulis, kurang bisa mengeja, sulit memahami idiom, menghabiskan waktu cukup lama untuk mengerjakan tugas, serta kesulitan menghafal dan mengerjakan soal matematika.

Terkadang disleksia tidak terdeteksi hingga anak memasuki masa remajanya. Selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas. Disleksia pada remaja akan membuat anak depresi saat belajar, menarik diri dari interaksi sosial, serta kehilangan minat untuk sekolah dan belajar. Hal-hal tersebut yang membuat anak dengan disleksia dinilai malas belajar.

Padahal sebenarnya, anak mengalami gangguan dalam memahami bahasa yang bisa saja tidak diketahui oleh orangtua dan gurunya. Orangtua yang tidak memahami anak dengan kondisi ini terkadang membuat anak menyerah dengan kegiatan belajar mengajar.

Baca juga: Disleksia Menjadi Salah Satu Efek dari ADHD

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, orangtua perlu peka terhadap segala tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anak. Jika anak mengalami sejumlah tanda dan gejala yang telah disebutkan, silahkan temui psikolog di rumah sakit terdekat untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami oleh anak. Anak disleksia bukan anak yang bodoh, mereka hanya kurang mampu memahami bahasa.

Referensi:
NHS UK. Diakses pada 2020. Dyslexia.
Medicine Net. Diakses pada 2020. Dyslexia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Dyslexia.