Disebut Hematospermia, Ini Penyebab Air Mani Berdarah
“Hematospermia adalah adanya darah dalam cairan ejakulasi. Kondisi ini dikaitkan dengan aktivitas seksual, seperti ejakulasi setelah lama tidak melakukan hubungan seksual.”
Halodoc, Jakarta – Keluarnya sperma yang diikuti dengan darah bisa menjadi hal yang menakutkan bagi pria. Namun, kondisi ini tidak selalu menjadi tanda adanya masalah kesehatan serius, misalnya kanker prostat. Terutama untuk pria berusia di bawah 40 tahun yang masih sehat dan tidak ada riwayat atau risiko masalah kesehatan pada sistem urologi.
Lantas, apa penyebab air mani berdarah dan hal lainnya yang perlu kita ketahui?
Mengenal Lebih Dalam Hematospermia
Hematospermia yang disebut juga hemospermia atau ejakulasi berdarah diartikan sebagai adanya darah pada air mani atau sperma. Penyebab dari hematospermia beragam. Mulai dari peradangan, infeksi, penyumbatan pada duktus, pembentukan kista, kondisi sistemik, tumor, kelainan vaskular kelenjar seks aksesori, dan penyebab iatrogenik.
Hematospermia bisa dikatakan jarang terjadi, jarang pula disebabkan karena masalah yang serius, terlebih untuk pria yang masih berusia di bawah 40 tahun. Namun, risiko semakin meningkat untuk pria yang telah berusia 40 tahun atau lebih karena beberapa kondisi, dalam hal ini terutama karena prosedur biopsi pada kelenjar prostat.
Baca juga: Nyeri saat Ejakulasi Bisa Jadi Tanda Kanker Prostat
Gejala Hematospermia yang Perlu Diwaspadai
Beberapa gejala yang umum dirasakan oleh pria dengan hematospermia, di antaranya:
- Darah dalam urine (disebut hematuria).
- Buang air kecil yang terasa panas, terbakar, atau gejala lain dari buang air kecil yang menyakitkan.
- Kesulitan mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.
- Kandung kemih terasa sakit.
- Ejakulasi yang menyakitkan.
- Bengkak atau nyeri pada organ seksual.
- Keluarnya cairan dari penis atau tanda-tanda lain dari infeksi menular seksual.
- Demam, denyut nadi berdetak lebih kenyang, dan tekanan darah lebih tinggi dari normal.
Penyebab Terjadinya Hematospermia
Cairan semen terdiri dari sperma yang berasal dari epididimis distal dan cairan dari vesikula seminalis, prostat, serta kelenjar cowper dan bulbourethral. Dengan demikian, lesi yang muncul di mana saja di sepanjang jalur ini dapat memicu kondisi hematospermia.
Beberapa kondisi yang mungkin menyebabkan hematospermia, di antaranya:
1. Infeksi dan inflamasi
Ini adalah penyebab paling umum dari hematospermia. Darah dapat berasal dari infeksi atau peradangan yang terjadi pada salah satu kelenjar, atau saluran yang memproduksi dan memindahkan air mani dari tubuh, termasuk:
- Prostat (kelenjar yang menghasilkan bagian cairan air mani.)
- Uretra (tabung yang membawa urine dan air mani dari penis).
- Epididimis dan vas deferens (struktur seperti tabung kecil tempat sperma matang sebelum ejakulasi).
- Vesikula seminalis (berperan untuk menambahkan lebih banyak cairan ke air mani)
Menurut jurnal Reproductive Medicine and Biology, hematospermia juga dapat disebabkan karena penyakit menular seksual (PMS) seperti gonore atau klamidia. Bisa juga akibat infeksi virus atau bakteri lainnya.
2. Trauma atau menjalani prosedur medis tertentu
Darah dalam air mani merupakan kondisi yang umum terjadi setelah menjalani prosedur medis, misalnya setelah menjalani prosedur biopsi prostat. Prosedur yang dilakukan sebagai pengobatan masalah berkemih, juga menyebabkan trauma ringan yang berujung pada pendarahan sementara. Darah biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu setelah prosedur usai.
Terapi radiasi, vasektomi, dan suntikan untuk wasir juga bisa menyebabkan air mani berdarah. Selain itu, trauma fisik pada organ seks setelah patah tulang panggul, cedera pada testis, aktivitas seksual yang terlalu keras atau masturbasi, dan cedera lainnya juga berpotensi menyebabkan hematospermia.
3. Sumbatan
Salah satu tabung atau saluran kecil di saluran reproduksi dapat tersumbat. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah pecah dan melepaskan sejumlah kecil darah. Kondisi yang disebut pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) dapat menyebabkan prostat membesar dan menjepit uretra, juga dihubungkan dengan darah dalam air mani.
4. Tumor dan polip
Darah dalam air mani dapat dikaitkan dengan kanker testis, kandung kemih, prostat, dan organ reproduksi serta saluran kemih lainnya. Pria yang berusia lebih tua dengan faktor risiko kanker harus mendapatkan pemeriksaan secara intensif jika memiliki darah dalam air mani.
Sementara itu, polip yang terdapat di saluran reproduksi sebenarnya merupakan pertumbuhan tumor jinak yang tidak menyebabkan masalah medis. Namun, dalam beberapa kasus kondisi tersebut dapat menyebabkan adanya darah dalam air mani.
5. Masalah pada pembuluh darah
Semua struktur halus yang terlibat dalam proses ejakulasi, mulai dari prostat hingga tabung kecil yang membawa sperma, mengandung pembuluh darah. Nah, pembuluhan dari ini dapat mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan terjadinya hematospermia.
Selain itu, peningkatan tekanan darah tinggi, penyakit acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), penyakit hati, leukemia, dan kondisi medis lainnya juga berhubungan dengan kelainan kesehatan ini. Sebagian kasus hematospermia tidak dapat diketahui penyebabnya. Meski demikian, darah dalam air mani biasanya akan menghilang dengan sendirinya tanpa perlu melakukan perawatan medis.
Baca juga: Ini 5 Cara Efektif Meningkatkan Kualitas Sperma Untuk Kesuburan Pria
Cara Mendiagnosis Hematospermia
Guna mendapatkan diagnosis hematospermia yang lebih akurat, dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pengidap dan keluarga. Ini untuk mengetahui apakah ada kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hematospermia, terutama untuk pria yang telah berusia lebih dari 40 tahun.
Menurut jurnal Translational Andrology and Urology, pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan diagnosis hematospermia, di antaranya:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting untuk diagnosis yang tepat dari hematospermia. Dokter akan mengecek tanda vital termasuk tekanan darah dan suhu. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan pada perut untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan abnormal, untuk menyingkirkan pembesaran hati dan limpa atau massa panggul.
Selain itu, pemeriksaan pada daerah selangkangan, perineum, dan genitalia eksterna termasuk meatus uretra, testis, dan korda spermatika, harus diperiksa untuk lesi dermal dan adanya kemungkinan hipospadia.
2. Pemeriksaan laboratorium
Beberapa jenis pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi hematospermia, yaitu:
- Pemeriksaan sitologi urine harus untuk menyingkirkan patologi terkait kandung kemih.
- Pemeriksaan kultur semen, usap uretra, kultur mikroba bakteri, dan serologi virus untuk menyingkirkan etiologi infeksi.
- Pengujian untuk menyingkirkan kemungkinan risiko PMS seperti klamidia dan gonore.
- Pemeriksaan panel metabolik dasar atau basic metabolic panel (BMP) adalah tes darah yang mengukur jumlah natrium, kalium, klorida, bikarbonat, nitrogen urea darah, kreatinin, glukosa, dan kalsium. Tujuannya untuk menguji fungsi hati dan ginjal.
- Tes PSA atau prostate-specific antigen, protein yang terkandung di dalam prostat yang memastikan sperma akan bertahan saat berada di vagina setelah berhubungan seksual, dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker prostat. Sebab, pria dengan kanker prostat biasanya mengalami peningkatan kadar PSA.
- Pemeriksaan sistoskopi dan vesikulografi seminalis untuk mendapatkan visualisasi langsung dari kelainan anatomi.
3. Pemeriksaan pencitraan
Sedangkan pemeriksaan pencitraan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis hematospermia, yaitu:
- Pemeriksaan transrectal ultrasound scan (TRUS) yang direkomendasikan bila hematospermia terjadi selama lebih dari satu bulan. Pemeriksaan ini efektif dalam memvisualisasikan struktur internal vesikula seminalis, vas deferens, duktus ejakulatorius, dan prostat.
- Pemeriksaan MRI bila hasil pemeriksaan TRUS positif menunjukkan nodul atau lesi.
Penanganan Hematospermia
Oleh karena dapat membaik dengan sendirinya, tidak perlu segera melakukan pemeriksaan ke dokter jika mendapati adanya darah pada sperma. Apabila kondisi ini muncul setelah kamu mengalami cedera, kamu dianjurkan untuk mendapatkan cukup istirahat.
Selanjutnya, jika hematospermia diikuti oleh pembengkakan yang terjadi pada area pangkal paha, lakukan kompres dingin untuk menguranginya. Apabila tidak kunjung membaik, segeralah temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dokter bisa memberikan beberapa pilihan pengobatan berikut:
- Antibiotik digunakan untuk infeksi.
- Obat antiinflamasi dapat diresepkan untuk beberapa jenis peradangan.
- Jika disebabkan karena infeksi menular seksual, dokter akan melakukan penanganan terhadap kondisi tersebut.
- Ketika darah dalam air mani berasal dari prosedur urologi, seperti biopsi prostat, biasanya menghilang dengan sendirinya dalam hitungan minggu.
Keamanan Saat Berhubungan Seksual
Bila kamu masih berusia kurang dari 40 tahun dan mengalami hematospermia tetapi tidak diikuti gejala lainnya, hubungan seksual bisa tetap dilakukan. Namun, jika merasa ada gejala yang lebih serius, sebaiknya kamu tidak melakukan hubungan intim sampai sepenuhnya sembuh.
Hal yang Harus Diwaspadai
Sebagian besar kasus hematospermia yang terjadi pada pria yang berusia kurang dari 40 tahun bisa membaik dengan sendirinya. Meski demikian, tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya guna menghindari risiko terjadinya masalah medis, misalnya PMS.
Sementara itu, hematospermia yang terjadi pada pria yang berusia lebih dari 40 tahun perlu mendapatkan perhatian. Segera hubungi dokter bila mendapati adanya darah pada air mani yang diikuti dengan gejala berikut:
- Darah tetap ada hingga lebih dari tiga atau empat minggu.
- Hematospermia terjadi berulang.
- Buang air kecil terasa nyeri.
- Memiliki riwayat penyakit kanker, malformasi genital atau sistem kemih, gangguan perdarahan, atau belum lama terlibat dalam aktivitas yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual.
Berbagai informasi seputar penyakit anak lainnya bisa disimak di laman theAsianparent Indonesia. Dapatkan pula informasi menarik dan lengkap lainnya seputar kehamilan, kesehatan anak, serta keluarga di aplikasi theAsianparent Indonesia.