Depresi Tingkatkan Risiko Kecanduan Obat-obatan Terlarang

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   05 Januari 2021
Depresi Tingkatkan Risiko Kecanduan Obat-obatan TerlarangDepresi Tingkatkan Risiko Kecanduan Obat-obatan Terlarang

Halodoc, Jakarta - Saat ini, hampir semua orang peduli terhadap kesehatan mental. Hal tersebut dibuktikan dengan dukungan yang ramai diberikan kepada pengidap masalah mental agar ia dapat melewati masa-masa kritisnya dengan baik. Jika tidak diatasi dan dirawat dengan cara yang benar, maka pengidap masalah mental dapat berujung pada kecanduan obat-obatan terlarang.

Hal yang sama dengan pengidap depresi. Depresi menjadi salah satu masalah kesehatan mental yang tidak bisa disepelekan begitu saja. Pasalnya, bukan hanya berisiko memakai obat-obatan terlarang saja, pengidap bisa saja memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena beban masalah yang tidak sanggup ditopang. Mengapa depresi menjadi faktor risiko kecanduan obat terlarang? Ini kaitan keduanya.

Baca juga: Cara Mengatasi Terjadinya Depresi Setelah Perceraian

Depresi Menjadi Faktor Risiko Kecanduan Obat Terlarang

Depresi dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, termasuk gangguan penyalahgunaan zat atau substance abuse disorder. Kondisi ini dialami oleh sepertiga pengidap depresi klinis. Alasan mengonsumsi obat terlarang adalah untuk menenangkan perasaan dan pikiran yang sedang kacau. Padahal jika diulik lebih dalam lagi, kecanduan obat terlarang justru menjadi pemicu depresi semakin parah.

Obat terlarang memang dapat memberikan efek ketagihan jika dikonsumsi. Semakin banyak obat dikonsumsi, maka tubuh semakin ketergantungan terhadap berbagai macam zat di dalamnya. Jika sudah ketergantungan, pengidap bisa saja mengalami sejumlah masalah kesehatan lain, seperti:

  • Mengidap HIV akibat pemakaian jarum bersama.
  • Mengidap masalah kesehatan jangka pendek atau panjang.
  • Berisiko melakukan kegiatan berbahaya saat berada dibawah pengaruh obat.
  • Meningkatkan keinginan untuk bunuh diri.
  • Perubahan perilaku dan memicu masalah dalam keluarga.
  • Penurunan kinerja, bahkan kehilangan pekerjaan.
  • Penurunan kemampuan akademik di sekolah.
  • Memicu terjadinya masalah hukum, karena nekat mencuri untuk memenuhi hasrat kecanduannya.

Baca juga: Benarkah Media Sosial Bisa Sebabkan Depresi?

Ini Tanda Depresi dan Kecanduan Obat Terlarang

Orang yang mengalami depresi menghadapi perjuangan berat setiap harinya. Jika ditambah kecanduan obat-obatan terlarang, gejalanya akan tumpang tindih dengan gejala depresi. Hal tersebut berarti, baik depresi maupun kecanduan obat-obatan terlarang dapat memicu penggunanya melakukan beberapa hal berikut ini:

  • Tidak berminat melakukan kegiatan sosial.
  • Tidak berminat melakukan hobi.
  • Tidak mengakui masalah yang sedang dihadapi.
  • Memiliki hubungan yang renggang atau bermasalah terhadap orang di sekitar.
  • Selalu ingin mengasingkan diri dari orang lain.

Pengidap depresi memiliki risiko bunuh diri sekitar 10 persen. Jika ditambah dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, maka risiko bunuh diri akan naik menjadi sekitar 25 persen. Jangan sampai hal ini terjadi, segera temui psikiater di rumah sakit terdekat untuk membantumu menemukan jalan keluar dari masalah yang kamu hadapi. Silahkan temui psikiater jika kamu mengalami sejumlah gejala depresi berikut ini:

  • Terus-menerus merasa bersalah.
  • Putus asa, rendah diri, dan merasa tidak berharga.
  • Cemas dan khawatir berlebihan.
  • Merasa sedih berkepanjangan.
  • Mudah marah atau sensitif.
  • Sering menangis.
  • Sulit konsentrasi dan mengambil keputusan.
  • Tidak memiliki motivasi.
  • Selalu merasa lelah.
  • Penurunan gairah seksual.
  • Mengidap gangguan tidur.
  • Penurunan berat badan dan selera makan.

Baca juga: Cyberbullying Bisa Sebabkan Depresi Hingga Bunuh Diri

Pada kebanyakan kasus, pengidap depresi mengalami lebih dari satu gejala yang telah disebutkan. Namun, pengidap dengan tipe depresi berat, gejalanya yang muncul biasanya lebih berbahaya, bahkan dapat mengancam jiwa, seperti memiliki pikiran untuk bunuh diri, berhalusinasi atau delusi, serta berperilaku sembrono.


Referensi:
American Addiction Centers. Diakses pada 2021. Depression & Substance Abuse.
Addiction Center. Diakses pada 2021. Depression and Addiction.
Medical News Today. Diakses pada 2021. Depression.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Depression.