Depresi Bisa Tingkatkan Risiko Sindrom Iritasi Usus
Halodoc, Jakarta – Sindrom iritasi usus atau irritable bowel syndrome adalah penyakit pencernaan yang memengaruhi kerja usus besar. Normalnya, makanan yang berpindah melalui saluran pencernaan bergerak dari usus kecil menuju usus besar. Otot yang ada pada usus besar berkontraksi untuk mendorong kotoran keluar.
Baca juga: Ini yang Terjadi pada Saluran Cerna Saat Puasa
Pada kondisi sindrom iritasi usus, kontraksi yang terjadi pada usus besar bergerak dengan tidak normal. Kontraksi yang terlalu besar dapat menyebabkan diare, sedangkan kontraksi yang terlalu lambat menyebabkan konstipasi pada pengidap sindrom ini.
Namun, jangan khawatir, penyakit ini umum terjadi dan dapat dihindari dengan mengurangi faktor-faktor pemicunya. Ketahui faktor yang meningkatkan seseorang rentan mengalami kondisi sindrom iritasi usus, yaitu:
-
Masalah stress dan psikologi dapat meningkatkan seseorang mengalami kondisi ini. Terlalu tinggi rasa cemas dan depresi membuat seseorang rentan alami sindrom iritasi usus. Tidak ada salahnya untuk menurunkan tingkat cemas dan depresi pada tubuh kamu dengan melakukan istirahat yang cukup, rutin berolahraga, melakukan hal-hal yang menyenangkan, dan jangan lupa konsumsi makanan sehat.
-
Perubahan hormon seperti menstruasi dapat meningkatkan seseorang mengalami kondisi ini. Inilah penyebabnya wanita lebih banyak mengalami sindrom iritasi usus dibandingkan pria.
-
Infeksi saluran pencernaan menjadi faktor yang meningkatkan seseorang mengalami kondisi sindrom iritasi usus. Sebaiknya, cegah kondisi infeksi saluran pencernaan dengan mengonsumsi banyak air putih, mengonsumsi makanan yang mengandung serat, dan hindari konsumsi alkohol.
Gejala Sindrom Iritasi Usus
Setelah mengetahui beberapa faktor yang meningkatkan seseorang mengalami sindrom iritasi usus, ketahui gejala atau tanda yang dialami oleh seseorang dengan sindrom iritasi usus agar kondisi ini bisa segera ditangani dengan baik.
Gejala umumnya adalah sakit perut, kembung, sembelit atau diare. Tidak hanya itu, feses yang keluar biasanya bercampur dengan lendir. Tidak hanya itu, pengidap sindrom iritasi usus juga mengalami pengeluaran gas yang berlebihan. Perhatikan gejala yang muncul, biasanya kondisi ini muncul selama beberapa beberapa hari atau bahkan minggu.
Tidak ada salahnya untuk segera mengunjungi dokter jika kamu merasa jadwal buang air besar kamu terganggu dan mengalami beberapa gejala diatas. Penanganan yang tepat nyatanya dapat menghindari pasien dari komplikasi penyakit lain seperti kanker usus.
Baca juga: 5 Gangguan Pencernaan yang Sering Dialami Lansia
Diagnosis Sindrom Iritasi Usus
Biasanya, dokter melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis kondisi sindrom iritasi usus, yaitu:
1. Sigmoidoskopi
Pemeriksaan ini menggunakan alat yang memiliki kamera dan dimasukan melalui anus untuk melihat area sigmoid.
2. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini hampir sama dengan sigmoidoskopi namun untuk memerhatikan permukaan seluruh usus besar.
3. Foto Rontgen dan CT Scan
Biasanya proses ini menggunakan cairan kontras untuk memerhatikan struktur usus secara spesifik.
Pengobatan di Rumah
Perubahan gaya hidup membantu kamu untuk meredakan gejala sindrom iritasi usus. Tidak ada salahnya untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi, konsumsi air putih yang cukup, berolahraga secara teratur, dan jangan lupa untuk mengelola tingkat stres agar terhindar dari sindrom iritasi usus.
Penanganan yang tepat meminimalisir risiko sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. Kamu bisa pilih dokter di rumah sakit yang tepat sesuai dengan kebutuhan melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Baca juga: Begini Prosedur Radiologi pada Kelainan Saluran Cerna
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan