Demam pada Bayi, Kapan Sebaiknya Periksa ke Dokter?
Halodoc, Jakarta – Demam pada bayi bisa menjadi salah satu yang paling menakutkan buat orangtua, terutama bila bayi baru berusia beberapa minggu. Perlu orangtua ketahui, demam sebenarnya bukanlah penyakit, tetapi gejala saat tubuh sedang melawan serangan penyakit. Ketika demam terjadi, berarti sistem kekebalan tubuh sedang bekerja.
Jika bayi mengalami demam, bisa saja bayi terkena flu atau infeksi virus lainnya. Meskipun lebih jarang terjadi pada bayi, pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, atau infeksi yang lebih serius seperti infeksi bakteri darah atau meningitis dapat menyebabkan demam pada bayi. Lantas, kapan sebaiknya memeriksakan demam pada bayi ke dokter? Selengkapnya baca di sini!
Baca juga: Ibu Harus Tahu, Inilah 4 Fakta Penting Demam pada Anak
Tindakan Pertama Mengatasi Demam pada Bayi
Bayi kemungkinan akan berperilaku berbeda saat akan mengalami demam, salah satunya lebih rewel. Ada beberapa tanda lain yang terjadi saat bayi akan mengalami demam, seperti:
1. Tidur yang buruk.
2. Makan yang buruk.
3. Kurangnya minat bermain.
4. Kurang aktif atau bahkan lesu.
5. Kejang.
Untuk mengetahui apakah bayi memang sedang demam atau tidak, orangtua dapat mengukur suhu anak melalui rektum (rektal), mulut (oral), telinga, di bawah lengan (ketiak), atau di pelipis. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan orangtua untuk hanya menggunakan termometer digital pada anak-anak. Termometer merkuri tidak boleh digunakan karena dapat menimbulkan risiko paparan merkuri dan keracunan jika pecah.
Termometer rektal memberikan pembacaan suhu paling akurat dan paling mudah dilakukan pada bayi. Untuk mengukur suhu rektal, pertama-tama pastikan termometer bersih. Cuci dengan sabun dan air atau bersihkan dengan alkohol gosok.
Letakkan bayi secara tengkurap atau telentang dengan kaki ditekuk ke arah dada. Oleskan sedikit petroleum jelly di sekitar bohlam termometer dan masukkan perlahan ke dalam lubang rektal. Tahan termometer digital di tempatnya selama sekitar 2 menit sampai terdengar bunyi bip. Kemudian, lepaskan termometer dengan hati-hati dan baca suhunya.
Baca juga: Cuaca Tidak Menentu, Waspada Demam pada Anak
Suhu normal bayi dapat berkisar sekitar 36-37 derajat Celsius. Ada juga dokter yang beranggapan bayi termasuk kategori demam saat suhunya 38 derajat Celsius. Nah, kalau ibu dan ayah butuh informasi lebih jelas seputar demam bayi coba tanyakan saja langsung ke dokter di Halodoc. Ibu dan ayah bisa langsung menghubungi dokter kapan dan di mana saja melalui Chat atau Voice/Video Call. Ayo, download aplikasinya sekarang juga di App Store atau Google Play!
Jadi, Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Orangtua perlu memeriksakan Si Kecil ke dokter jika ia mengalami:
1. Berusia di bawah 3 bulan dan mengalami demam.
2. Lesu dan tidak responsif.
3. Mengalami masalah pernapasan atau makan.
4. Sangat rewel atau sulit untuk ditenangkan.
5. Mengalami ruam.
6. Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti lebih sedikit popok basah, mulut kering, tidak ada air mata dengan tangisan, atau bintik lembut cekung di kepala.
7. Mengalami kejang.
Sulit bagi dokter untuk mengetahui apakah bayi baru lahir mengidap virus sederhana (seperti pilek) atau infeksi yang lebih serius (seperti ISK, pneumonia, atau meningitis). Itulah mengapa dokter terkadang akan melakukan tes khusus seperti tes darah atau urine, rontgen dada, atau pemeriksaan tulang belakang untuk menentukan penyebab demam bayi.
Baca juga: Ini yang Perlu Dilakukan saat Demam Anak Tinggi
Jika bayi berusia di atas 3 bulan mengalami demam, orangtua bisa mencoba tips berikut:
1. Mandikan bayi dengan air hangat. Selalu periksa suhu air di pergelangan tangan sebelum memandikan bayi.
2. Kenakan bayi baju berbahan tipis.
3. Beri bayi cukup cairan untuk menghindari dehidrasi. Cairan tersebut harus berupa ASI, susu formula, larutan elektrolit, atau air, bergantung pada usia bayi. Tanyakan kepada dokter bayi pedoman yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
Bayi yang mengalami dehidrasi mungkin memiliki lebih jarang pipis, tidak ada air mata saat menangis, atau mengalami mulut kering. Jika anak berusia lebih dari 6 bulan dan dokter mengatakan tidak apa-apa, orangtua bisa memberikan bayi asetaminofen atau ibuprofen untuk anak. Jangan pernah memberi bayi aspirin, karena dapat memicu risiko kondisi langka dan berbahaya yang disebut sindrom Reye.
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2021. Fever in Babies.
Stanford Children.org. Diakses pada 2021. Fever in Children.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan