Dampak Wanita Alami Kelebihan Hormon Estrogen
Halodoc, Jakarta - Estrogen dikenal sebagai hormon “wanita”, sedangkan testosteron dikenal sebagai hormon “pria”. Meskipun setiap hormon diidentifikasi dengan jenis kelamin tertentu, keduanya ditemukan pada wanita dan pria. Hanya saja kadarnya berbeda. Rata-rata wanita memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dan pria memiliki lebih banyak testosteron.
Pada wanita, estrogen membantu memulai perkembangan seksual. Bersama dengan hormon seks wanita lainnya yang dikenal sebagai progesteron. Hormon ini juga mengatur siklus menstruasi wanita dan memengaruhi seluruh sistem reproduksinya. Pada wanita premenopause, kadar estrogen dan progesteron bervariasi dari satu tahap siklus menstruasi ke tahap lainnya.
Baca juga: Wanita Harus Tahu, Ini Dampak Hormon Estrogen Rendah
Peningkatan Estrogen dan Dampaknya
Tingkat estrogen yang tinggi atau berlebih pada wanita dapat berkembang secara alami, tetapi terlalu banyak estrogen juga dapat dihasilkan dari obat tertentu. Misalnya, terapi penggantian estrogen (pengobatan populer untuk gejala menopause) dapat menyebabkan estrogen mencapai tingkat yang bermasalah. Tubuh wanita juga dapat mengembangkan testosteron rendah atau kadar estrogen yang relatif tinggi secara abnormal terhadap kadar progesteron. Kondisi tersebut dikenal sebagai dominasi estrogen.
1. Estrogen dan Otak
Estrogen merupakan pemain utama dalam mengatur suasana hati. Estrogen bekerja di mana saja di tubuh wanita, termasuk bagian otak yang mengendalikan emosi. beberapa efek tingginya estrogen pada wanita meliputi:
-
Meningkatkan serotonin dan jumlah reseptor serotonin di otak.
-
Memodifikasi produksi dan efek endorfin, zat kimia “rasa enak” di otak.
-
Melindungi saraf dari kerusakan, dan mungkin merangsang pertumbuhan saraf.
2. Estrogen dan Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Sebanyak 90 persen wanita mengalami gejala tidak menyenangkan sebelum menstruasi. Jika gejalanya cukup parah sehingga mengganggu kualitas hidup, itu didefinisikan sebagai sindrom pramenstruasi (PMS). Secara umum, PMS hadir saat:
-
Gejala fisik dan emosional terjadi beberapa hari sebelum menstruasi berulang.
-
Gejala hilang setelah menyelesaikan periode dan tidak terjadi di waktu lain.
-
Gejala-gejalanya menyebabkan masalah pribadi yang signifikan (seperti di tempat kerja, sekolah, atau dalam hubungan).
-
Tidak ada obat-obatan, narkoba, alkohol, atau kondisi kesehatan lain yang dapat disalahkan.
Baca juga: Jarang Diketahui, Ini Fungsi Hormon Estrogen Bagi Tubuh
3. Estrogen dan Depresi Pasca-persalinan
Mengalami “baby blues” setelah melahirkan sangat umum terjadi pada wanita sehingga dianggap normal. Namun, sebanyak 10 persen hingga 25 persen wanita mengalami depresi berat dalam enam bulan pertama setelah melahirkan. Peningkatan estrogen yang tiba-tiba setelah melahirkan tampaknya merupakan penyebab yang jelas.
4. Estrogen dan Gangguan Dysphoric Pramenstruasi (PMDD)
Sama halnya PMS, wanita dengan gangguan pramenstruasi (PMDD) secara teratur mengalami gejala suasana hati yang negatif sebelum menstruasi. Beberapa ahli menganggap gangguan dysphoric pramenstruasi sebagai bentuk PMS yang parah. Pada PMDD, gejala mood lebih parah dan sering menaungi gejala fisik. Gangguan emosi cukup signifikan untuk menyebabkan masalah dengan kehidupan sehari-hari. Dari 3 persen hingga 9 persen wanita mengalami gangguan dysphoric pramenstruasi.
Baca juga: Harus Tahu, 6 Penyakit yang Disebabkan oleh Gangguan Hormon
Estrogen tampaknya terlibat dalam dinamika suasana hati wanita. Tingkat estrogen pada wanita dengan PMS atau PMDD hampir selalu normal. Masalahnya justru terletak pada cara estrogen “berbicara” ke bagian otak yang terlibat dalam suasana hati. Wanita dengan PMS atau PMDD juga mungkin lebih terpengaruh oleh fluktuasi estrogen normal selama siklus menstruasi.
WebMD. Diakses pada 2019. Estrogen and Women’s Emotion.
Health Line. Diakses pada 2019. Sign and Symptoms of High Estrogen