Comfort Food, Kuliner Kekinian saat Pandemi
Halodoc, Jakarta - Bagi beberapa orang, makan menjadi aktivitas yang bisa mengalihkan perhatian dan meningkatkan kenyamanan, terlebih di era pandemi seperti sekarang yang entah kapan akan berakhir. Sama halnya dengan stres, makan disinyalir bisa meredakan rasa gelisah dan tekanan yang sedang dihadapi.
Ternyata, comfort food menjadi jenis kuliner yang sedang tren di era pandemi ini. Sebenarnya, apa definisi dari comfort food ini? Sebuah ulasan yang diterbitkan dalam International Journal of Gastronomy and Food Sciences menyebutkan, comfort food berarti makanan yang bisa menimbulkan kenyamanan bagi siapa saja yang mengonsumsinya.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa, jenis makanan tersebut disinyalir memiliki kandungan kalori yang terbilang tinggi dan dikaitkan dengan nostalgia semasa kecil serta menu-menu yang khas rumahan. Artinya, orang-orang yang mengonsumsinya bisa teringat akan masa kecil di kampung halaman, teman, atau keluarga.
Baca juga: Tips Masak Tanpa Merusak Gizi Makanan
Dampaknya bagi Kesehatan
Sudah pasti, jenis makanan yang termasuk dalam comfort food berbeda pada setiap orang. Ini bisa termasuk juga dengan bakso, nasi goreng, makanan siap saji, martabak, hingga makanan dengan kandungan lemak dan kalori yang tinggi. Lalu, apa dampak mengonsumsi makanan comfort food bagi kesehatan tubuh?
Ya, makanan yang menenangkan biasanya terbuat dari bahan yang sebagian besar adalah lemak jenuh. Semua jenis lemak membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna dan membuat kamu merasa lebih kenyang. Namun, kamu perlu tahu bahwa 1 gram lemak mengandung sekitar 9 kalori atau setidaknya dua kali lipat dari kalori karbohidrat dan protein.
Artinya, konsumsinya yang berlebihan sudah pasti akan meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah dan berisiko terjadinya penyakit jantung. Selain lemak, bahan makanan yang banyak digunakan dalam comfort food lainnya adalah karbohidrat olahan, dan tentu saja, gula. Keduanya sangat muda dicerna oleh tubuh dan membuat gula darah meningkat dengan cepat.
Baca juga: Ketahui Dampak MSG Berlebihan bagi Kesehatan
Konsumsi terlalu banyak gula dan karbohidrat olahan ini akan memicu kenaikan berat badan, yang mengarah pada obesitas, diabetes, dan penyakit peradangan. Kentang, meski termasuk dalam kategori sayuran, tetapi memiliki kandungan karbohidrat yang bisa meningkatkan gula darah dengan cara yang tidak jauh berbeda seperti ketika kamu mengonsumsi makanan tinggi gula.
Selanjutnya adalah garam. Meski tubuh membutuhkan sejumlah natrium yang terkandung dalam garam guna mendukung kinerja dan kesehatan, tetapi mengonsumsi terlalu banyak garam akan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah yang memicu terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Konsumsilah Secukupnya
Lalu, haruskah kamu menjauhi dan tidak mengonsumsinya? Padahal, di masa pandemi ini, tekanan dan stres bisa jadi meningkat dan comfort food bisa jadi “pelarian” terbaik untuk menguranginya? Tidak, kamu tidak perlu benar-benar menghindari konsumsi makanan yang bisa membuat diri menjadi lebih tenang, cukup batasilah konsumsinya sehingga tidak berlebihan.
Baca juga: Cara Memasak Sehat Tanpa Minyak
Artinya, tidak masalah sesekali mengonsumsi makanan yang bisa membuat diri menjadi lebih bahagia. Namun, jangan jadikan menu-menu tersebut sebagai bagian dari diet harian kamu. The American Heart Association merekomendasikan asupan garam harian tidak lebih dari 2.300 miligram dengan target ideal kurang dari 1.500 miligram, terutama jika kamu mengidap tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Sementara itu untuk lemak jenuh, batasilah konsumsinya tidak lebih dari 10 persen dari kalori harian tubuh.
Jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyusun menu diet sehari-hari, kamu bisa langsung bertanya pada ahli gizi di aplikasi Halodoc. Jadi, kamu bisa mendapatkan porsi makan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan tubuh dan berat badan ideal sesuai dengan keinginan.